Kedekatan kepada Allah akan membawa rahmat pada diri kita. Sesungguhnya rezeki yang paling berharga adalah hidayah.
Segala nikmat tidak ada bandingan apa-apanya dibanding akhirat. Juga segala musibah akan terasa ringan jika ingat pahala di akhirat.
Paksakan diri untuk menuju Allah dengan memperbaiki ibadah lahir maupun batin. Jauhi segala dosa, yaitu: berupa perbuatan yang Allah tidak ridai maupun perbuatan yang kita tidak suka jika dilihat orang.
Teruslah berjuang di jalan Allah hingga maut menjemput.
Dari Abu Qatadah radhiallahu'anhu, ia berkata:
أنَّ رَسولَ اللَّهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم مُرَّ عليه بجِنَازَةٍ، فَقالَ: مُسْتَرِيحٌ ومُسْتَرَاحٌ منه. قالوا: يا رَسولَ اللَّهِ، ما المُسْتَرِيحُ والمُسْتَرَاحُ منه؟ قالَ: العَبْدُ المُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِن نَصَبِ الدُّنْيَا وأَذَاهَا إلى رَحْمَةِ اللَّهِ، والعَبْدُ الفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ منه العِبَادُ والبِلَادُ، والشَّجَرُ والدَّوَابُّ
"Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam suatu ketika dilewati rombongan pengantar jenazah. Beliau bersabda: "Mustarih dan mustarah minhu!". Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah apa yang dimaksud dengan mustarih dan mustarah minhu?". Nabi menjawab: "Mustarih adalah seorang hamba yang beriman, yang dengan kematiannya ia telah diistirahatkan dari keletihan dunia, ia telah hentikan keletihan itu, menuju kepada rahmat Allah. Sedangkan mustarah minhu adalah hamba yang fajir (ahli maksiat) yang dengan kematiannya, para hamba, negeri-negeri, pohon-pohon dan hewan-hewan bisa beristirahat"" (HR. Al Bukhari no. 6512, Muslim no. 950).