Tentang Standar Ganda (3)

3 0 0
                                    

Kecewa merupakan rasa yang timbul atas tidak sesuainya harapan dengan kenyataan. Kecewa merupakan tanda bahwa kita masih hidup di dunia dan manusia yang dewasa artinya: sanggup dengan kekecewaan.

Dalam hidup tidak semuanya sesuai dengan harapan, namun Allah senantiasa memberikan yang terbaik. Kadang, rasa lelah mengajarkan kita menjadi kuat. Selama masih diberi usia, maka teruslah melangkah dan memperbaiki diri.

Kesombongan artinya: menolak nasihat dan meremehkan manusia. Allah tidak rida dengan kesombongan, karena hanya Allah yang berhak memakai pakaian kesombongan. Maka, lihatlah barangkali kecewa ada karena noda kesombongan kita sendiri.

Miliki hubungan baik dengan diri sendiri, sehingga tanpa perlu dukungan luar, diri ini bisa sayang-menghargai-memeluk-menyemangati untuk terus menjalani hidup sesuai apa yang Allah kehendaki.

Maju terus, jangan punya ekpektasi terhadap orang lain. Bersyukurlah pada apa yang sudah Allah anugrahkan. Qona'ah, rida, serta husnudzon.

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,
"Rencana Allah padamu lebih baik dari rencanamu. Terkadang Allah menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu. Maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak lama kamu akan melihat sesuatu yang menggembirakanmu."
(Shaidul Khathir 1/205)

Orang tidak pernah peduli bagaimana sedih, menahan diri, dan menangis dalam hati, namun sampai kamu marah karena meledak; kemudian orang menilai buruk. Inilah hidup; jika tidak bisa membahagiakan lebih baik diam.

Berdoa dan berharaplah pada Allah, serta cintai akhirat. Allah Ta'ala berfirman,

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"
(QS. Al-An'am [6]: 32)

Penerimaan diri dan kehidupan mengantarkan pada sikap ikhlas serta rida. Terima dan muhasabah diri terhadap kesalahan serta kekurangan kita. Apa yang seharusnya kita lakukan namun belum kita lakukan, serta apa yang sudah kita lakukan namun sejatinya tidak boleh dilakukan.

Mohonlah hidayah serta kesabaran untuk menepati hidayah. Karena takwa benar-benar butuh perjuangan.

Mohon kepada Allah dalam doa;

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – عَنِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

"Dari Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu, dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam beliau biasa berdoa:

Allaahumma innii as-alukal hudaa wat tuqaa wal 'afaafa wal ghinaa

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan"

(HR. Muslim no. 2721, At Tirmidzi no. 3489, Ibnu Majah no. 3105, Ibnu Hibban no. 900 dan yang lainnya).

Doa ini mencakup 4 permohonan agung; yaitu: memohon petunjuk, takwa, terjaga dari hal buruk ('iffah) dan kecukupan. 

Dalam doa ini, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengajarkan kita untuk memohon 4 hal, yaitu:

Al Hudaa (petunjuk)At Tuqaa (ketaqwaan)Al 'Afaaf (keterjagaan)Al Ghina (kekayaan)

Namun para ulama menjabarkan lebih luas makna dari 4 hal yang kita minta di sini. Al Mulla Ali Al Qari menjelaskan makna-makna: "Al Hudaa, artinya hidayah yang sempurna. At Tuqaa, artinya ketaqwaan yang menyeluruh. Al 'Afaaf, dengan 'ain di-fathah, artinya al kafaaf (kecukupan rezeki). Sebagian ulama mengatakan artinya adalah al iffah (terjaganya diri dari maksiat). Sebagian ulama mengatakan artinya keterjagaan diri dari yang haram. Dalam kamus Ash Shihah, ya'ifu – 'affan, 'iffatan, 'afaafan artinya kaffun (kecukupan). Dan dinukil dari Abul Futuh An Naisaburi bawah ia berkata: 'Al Afaaf artinya keshalihan jiwa dan hati'. Adapun al ghinaa artinya kekayaan hati, yaitu merasa cukup dari apa yang ada pada manusia" (Mirqatul Mafatih, 5/1721).

99 Catatan IlmaWhere stories live. Discover now