Jika seorang hamba bisa beramal saleh, itu karena taufik dari Allah. Ada yang berbangga-banggaan dengan amalnya, namun lupa bahwa tanpa pertolongan Allah tidak mungkin sebuah amalan bisa dikerjakannya.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
وَيَجِبُّ أن يَعلَـمَ العَبـدُّ أنَّ عَمَلَـهُ مِن الحَسَنَـاتِ هُـوَ بِفَـضلِ اللَّهِ وَرَحمَتِـه ، ومِن نِعمَتِـهِ ، كَمَـا قَـالَ أهـلُ الجَنَّـة
Dan wajib diketahui oleh setiap hamba bahwasanya apa yang dia usahakan dari amal kebaikan itu semata mata karena keutamaan dari Allah Ta'ala, rahmat dan kenikmatan dari-Nya. Sebagaimana yang diucapkan oleh para penduduk surga,
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهتَدِيَّ لَولَا أَن هَـدَانَا اللَّهُ
"Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada kami untuk ini dan kami tidak akan mendapatkan hidayah kalau sekiranya kami tidak diberi hidayah oleh Allah."
(Majmu' al Fatawa 8/442)Jauhilah sikap ujub serta riya' dalam beramal saleh, sehingga amal kita bisa sampai kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman,
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
(QS. Fatir [35]: 8)