Peristiwa demi peristiwa terjadi dalam kehidupan kita. Dulu kita masih anak-anak, kemudian tumbuh remaja, dewasa, dan menua. Takdir demi takdir telah dihadirkan Allah. Umar bin Khattab berkata, "Kita akan berpindah dari takdir Allah ke takdir Allah berikutnya."
Saat itu Khalifah Umar bin Khattab berniat melakukan perjalan ke Negeri Syam, yang ketika itu sudah bergabung dengan kekuasaan Islam. Ketika sampai di wilayah Saragh, sebuah daerah di Lembah Tabuk dia bertemu dengan Gubernur Syam, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan para sahabat. Peristiwa ini terjadi di bulan Rabiul Awwal tahun 18 hijriah.Kepada Umar, Abu Ubaidah yang disertai juga para sahabat melaporkan bahwa di Negeri Syam sedang terjadi wabah penyakit menular. Setelah mendapat laporan tersebut, Umar perlu pertimbangan para sahabat, apakah perjalanan ke Syam dilanjutkan atau tidak. Maka dipanggilah orang-orang Muhajirin senior untuk diajak bermusyawarah. Namun musyawarah tak mencapai kata sepakat. Ada yang menyarankan Umar melanjutkan perjalanan ke Syam, sebagian lagi minta sang Khalifah kembali ke Madinah.
Umar kemudian meminta Abdullah bin Abbas agar memanggilkan orang-orang Anshar untuk diajak bermusyawarah. Namun, lagi-lagi mereka saling berselisih pendapat sama seperti tokoh senior Muhajirin. Maka, kemudian Umar minta agar dipanggilkan orang-orang Quraisy yang dulu hijrah saat peristiwa Penaklukkan Makkah atau Fathu Makkah yang ternyata waktu itu tinggal tersisa dua orang saja.
Dua orang Quraisy tersebut menyarankan agar Umar dan rombongan kembali ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan ke Syam yang sedang dilanda wabah penyakit menular. Umar menerima pendapat tersebut. Dia memutuskan kembali ke Madinah keesokan harinya.Abu Ubaidah bin Al-Jarrah kaget atas keputusan Umar tersebut. Dia pun bertanya kepada Umar, sang Singa Padang Pasir, "Engkau ingin lari dari takdir Allah wahai Khalifah?"
"Seandainya bukan engkau yang bertanya wahai Abu Ubaidah, tentu aku jawab, 'Ya, kita akan lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lainnya," kata Umar bin Khattab.
"Bagaimana pendapatmu jika engkau memiliki seekor onta, kemudian di depanmu ada lembah dengan dua lereng. Satu subur dan satunya lagi tandus. Jika engkau memilih menggembala di tempat yang subur, bukankah itu karena takdir Allah? Begitu juga ketika kamu memilih menggembala di tempat yang tandus, bukankah itu juga karena takdir Allah?" Umar melanjutkan kata-katanya.
Beruntung di saat itu datang Abdurrahman bin Auf yang meredakan ketegangan. Kepada Umar, Abu Ubaidah dan para sahabat, Abdurrahman bin Auf kemudian menyampaikan sabda Rasulullah SAW yang bisa menjadi pedoman umat Islam saat menghadapi wabah penyakit.Referensi:
https://news.detik.com/berita/d-5140951/hijrah-menuju-takdir-yang-lain