Bersyukurlah apabila Allah memberikan kelebihan pada diri kita, dan hidayah untuk berbagi. Allah Ta'ala telah menetapkan segala sesuatu dalam ukuran. Jika kita bisa memberikan sebuah manfaat, maka artinya kita menjadi sebaik-baiknya manusia.
Dari Jabir radhiyallau 'anhuma bercerita bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,عَنِ جابر، رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ : قال رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia." (Hadits dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami' nomor 3289)
Supaya tidak merasa dimanfaatkan, maka buatkan kesepakatan yang jelas. Apa yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan. Jika ada keberatan, bisa disampaikan. Itulah batasan.Apabila kita kewalahan, maka berdoalah kepada Allah agar Allah gerakkan hati-hati manusia di sekitar kita.Allah yang membolak-balikkan hati; apakah manusia akan mendukung ataupun tidak.
Dukungan ada atau tidak bukan syarat mutlak keberhasilan ataupun kegagalan. Lihatlah kisah para Nabi Musa yang dikejar bala tentara Fir'aun, namun Allah selamatkan Nabi Musa. Padahal jika direnung; kekuatan Fir'aun jauh lebih besar. Itulah bukti kebesaran Allah.
Jadilah pribadi muslim yang dekat kepada Allah. Jika kita dekat dengan Allah, maka kita bisa sikapi segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita menurut rida-Nya.
Jika kita berniat sesuatu, mohon izin dan restu kepada Allah agar apa yang kita niatkan bisa selaras dengan kehendak Allah. Jika kita berbuat sesuatu maka niatkan agar perbuatan kita bisa sesuai dengan kemauan Allah.
Kita hanya hamba Allah yang taat, patuh, nurut kepada Allah.
Bersikaplah sabar ketika disakiti. Jangan balas perbuatan buruk dengan keburukan, artinya kita diatur untuk berbuat buruk. Kendali ada pada diri kita, untuk berbuat baik.
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa." (Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 12/243)
Berbuat baik itu bisa dengan diam, dalam diam kita menghindarkan diri dari mudarat. Baik mudarat kepada orang lain, maupun mudarat di diri kita. Semakin banyak bicara termasuk menulis, maka semakin banyak kesalahan. Solusinya adalah melatih sifat 'Ibadurrahman.'Ibadurrahman yang dimaksud adalah hamba Allah yang beriman. Di dalam pribadi yang beriman, terdapat sifat tawadhu' dan lemah-lembut.
Sifat pertama: Memiliki sifat tawadhu'
Allah Ta'ala berfirman,وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (QS. Al Furqan [25]: 63)
Yang dimaksud "يمشون على الأرض هوناً " adalah mereka berjalan di muka bumi dalam keadaan tenang dan penuh kewibawaan. Lalu maksud firman Allah "وإذا خاطبهم الجاهلون ", yaitu ketika mereka diajak berbicara orang yang jahil yaitu dengan perkataan yang tidak menyenangkan. Hamba Allah yang beriman membalasnya dengan "سلاماً ", yaitu perkataan yang selamat dari dosa. (Aysarut Tafasir, 874)
Kata Ibnu Katsir rahimahullah,فأما هؤلاء فإنهم يمشون من غير استكبار ولا مرح، ولا أشر ولا بطر،"Adapun mereka berjalan tidak dengan sifat angkuh dan sombong." (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 10/319 )
Dalam tafsir Al Jalalain (365) disebutkan,{ الذين يَمْشُونَ على الأرض هَوْناً } أي بسكينة وتواضعMereka -ibadurrahman- berjalan di muka bumi dalam keadaan 'hawna' yaitu dalam keadaan tenang dan tawadhu'.
Yang dimaksud berjalan dalam keadaan 'hawnan' menurut Mujahid adalah,يمشون بالوقار والسكينة"Berjalan dengan penuh kewibawaan dan ketenangan." (Zaadul Masiir, 6/101)
Sifat kedua: Bersikap lemah lembut meski mendapatkan perlakuan kasar.
Ketika orang yang jahil berkata kasar pada mereka -'ibadurrahman-, mereka membalasnya dengan perkataan yang 'sadaad' (baik). (Zaadul Masiir, 6/101)
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata,لا يجهلون على أحد ، وإِن جهل عليهم حَلُموا"Mereka 'ibadurrahman tidak menjahili (berbuat nakal pada orang lain). Jika dijahili, mereka malah membalasnya dengan sikap lemah lembut."
Maqotil bin Hayyan berkata, "Mereka membalasnya dengan perkataan yang tidak mengandung dosa." (Zaadul Masiir, 6/101)
Sa'id bin Jubair berkata, "Mereka membalas (kejelekan) dengan perkataan yang baik." (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 10/321)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, "Jika orang jahil mengajak bicara mereka yaitu dengan kejelakan, mereka tidak membalasnya dengan semisalnya. Bahkan mereka memberi maaf dan tidak membalas kecuali dengan kebaikan. Sebagaimana sikap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, semakin orang yang jahil bertindak kasar pada beliau, semakin beliau berlaku lemah lembut pada mereka. Hal ini sebagaimana diisyaratkan pula pada firman Allah Ta'ala,وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلامٌ عَلَيْكُمْ لا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ"Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: 'Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil'." (QS. Al Qashash: 55) (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 10/320)
Dalam ayat lain, Allah Ta'ala berfirman,وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar." (QS. Fushilat [41]: 34-35)
Sahabat yg mulia, Ibnu 'Abbas -radhiyallahu 'anhuma- mengatakan, "Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini."
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa." (Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 12/243)
Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di rahimahullah berkata, "Inilah pujian bagi mereka -'ibadurrahman- karena sifat lemah lembut yang mereka miliki, kejelekan yang mereka balas dengan kebaikan, dan mereka pun membalas orang-orang yang jahil (nakal atau jahat)." (Taisir Al Karimir Rahman, 586)
Memerangi hawa nafsu untuk memiliki sifat-sifat demikian memang tidak mudah. Maka, jangan merasa punya wewenang. Wewenang membuat kita merasa punya kuasa, punya ego, dan merasa punya hak. Sedangkan hidup ini berputar, kadang di atas dan kadang di bawah. Jadikanlah peran hamba Allah sebagai pencapaian dan kedudukan paling tinggi. Insya Allah, hati kita akan lebih terjaga.Referensi: https://rumaysho.com/1863-sifat-ibadurrahman-1-tawadhu-a-lemah-lembut.html