Bersabar merupakan sesuatu yang tidak selalu mudah, namun bisa diusahakan. Nafas kesabaran itu ada ketika kita senantiasa menyandarkan diri kepada Allah. Senantiasa terhubung dengan Allah melalui ibadah, baik berupa ibadah qolbu atau batin maupun ibadah zahir atau lahir.
Ibadah yang paling sederhana adalah berzikir. Zikir artinya mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, serta berbaring. Shalat adalah mengingat Allah.
Bersabar artinya menahan, melawan atau menaklukkan, serta menundukkan hawa nafsu untuk memilih perkara yang Allah ridai, meskipun itu tidak kita sukai.
Contoh: bersabar saat kondisi ekonomi sulit, jangan mengeluh namun berusahalah dengan lebih baik. Bisa dengan bekerja lebih cerdas, lebih keras, lebih gesit (cerdas), lebih tuntas, serta lebih ikhlas.
Memang tidak semua orang sanggup bersabar, namun seorang mukmin bisa meminta pertolongan kepada Allah. Optimislah, karena solusi menyertai kesulitan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ"Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah."(HR Al-Bukhari no. 5763 dan Muslim no. 2609, shahih)
Bersabar bisa dilakukan jika kita mengusahakan kesabaran. Tidak terburu-buru dalam menanggapi sesuatu, melainkan diproses terlebih dahulu. Diolah menjadi sesuatu yang baik, serta menunggu ketidakpastian tanpa amarah ataupun keluhan.
Kesabaran adalah perkara yang sangat indah, jika kita bisa mengerti. Namun, tidak semua orang sanggup bersabar, antara lain: karena pertolongan Allah.
Al Imam Adz-Dzahaby berkata, untuk menyikapi zaman fitnah maka:1. Berpeganglah Kepada Sunnah2. Banyaklah Diam3. Jangan berkecimpung dalam hal-hal yang tidak bermanfaat4. Dan jika engkau kesulitan, maka kembalikan kepada Allah & Rasul-Nya5. Berhentilah dan Katakan "Wallahu 'alam"(Siyar 'alamin Nubala 20: 141)
Orang yang bersabar saat terjadi banyak kerusakan memang berat sekali, seperti menggenggam bara api. Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ"Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api."
(HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadzi bahwa di zaman tersebut, orang yang berpegang teguh dengan agama hingga meninggalkan dunianya, ujian dan kesabarannya begitu berat. Ibaratnya seperti seseorang yang memegang bara (nyala) api.
Ath Thibiy berkata bahwa maknanya adalah sebagaimana seseorang tidak mampu menggenggam bara api karena tangannya bisa terbakar sama halnya dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Islam saat ini, ia sampai tak kuat ketika ingin berpegang teguh dengan agamanya. Hal itu lantaran banyaknya maksiat di sekelilingnya, pelaku maksiat pun begitu banyak, kefasikan pun semakin tersebar luas, juga iman pun semakin lemah.
Sedangkan Al Qari mengatakan bahwa sebagaimana seseorang tidaklah mungkin menggenggam bara api melainkan dengan memiliki kesabaran yang ekstra dan kesulitan yang luar biasa. Begitu pula dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di zaman ini butuh kesabaran yang ekstra.
Ada janji Allah untuk mereka yang bersabar,إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar [39]: 10).
Sikapi hidup dengan sederhana. Jika tidak mengetahui atau tidak perlu, lebih baik diam. Perbanyak memaafkan orang lain dengan kesabaran. Ingatlah bahwa diri kita pun banyak berbuat dosa, kesalahan, serta perlu untuk dimaafkan oleh Allah dan orang-orang yang pernah berurusan dengan kita.
Hindari perilaku tajassus, atau mencari-cari kesalahan orang lain.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ"Waspadalah dengan buruk sangka karena buruk sangka adalah sejelek-jeleknya perkataan dusta." (HR. Bukhari no. 5143 dan Muslim no. 2563)
Ibnu Jauzy berkata,"Melupakan kesalahan orang lain adalah sifat orang-orang mulia. Karena manusia tidak ada yang lepas dari kesalahan dan dosa. Apabila seseorang selalu memperhatikan tiap kesalahan orang lain, ia akan lelah dan membuat orang lain lelah. Orang yang berakal dan cerdas adalah orang yang tidak menghitung-kesalahan kesalahan saudaranya, tetangganya, temannya, dan keluarganya."(Tahdzibul Kamal 19/230)
Masih banyak aib kita yang perlu kita perbaiki. Karena itu, hendaknya kita lebih mengutamakan muhasabah diri, serta mendoakan orang lain memperoleh hidayah. Bukan dengan sikap tajassus yang akan mengundang murka Allah.
Allah Ta'ala berfirman,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang." (QS. Al Hujurat [49]: 12).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata,يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاةَ فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذَلَ- أَوِ الجَذَعَ – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ"Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya." (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 592. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih).
Referensi:https://rumaysho.com/10479-mereka-yang-memegang-bara-api.htmlhttps://rumaysho.com/10529-tajassus-mencari-kesalahan-orang-beriman.html