Tentang: Ihsan (3)

1 0 0
                                    

Ihsan merupakan tingkatan tertinggi sehingga tidak selalu mudah diterapkan. Ihsan dalam ibadah dan muamalah. Walau tidak mudah, ihsan akan melembutkan ketidakberuntungan dan menambah porsi keberuntungan. Bukankah memang kondisi muslim itu sabar dan syukur? Berbuatlah ihsan karena Allah juga demikian terhadap kita. Berbuat sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita.

Manusia akan memproyeksikan apa yang ada di dalam dirinya ke luar. Maka, yang baik akan mudah melihat kebaikan sedang yang selalu melihat keburukan justru itulah yang buruk.

Jauhi buruk sangka, karena Islam mengajarkan kita untuk melihat pada apa yang ditampakkan pada kita. Bersihkan hati, karena sebagian prasangka itu dosa.

Allah Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

(QS. Al-Hujurat [49]: 12)

Allah Ta'ala menyebutkan tiga rangkaian dosa, yaitu su'udzan (buruk sangka tanpa dasar), tajassus (berusaha mencari-cari keburukan orang lain) dan ghibah (menggunjingkan orang lain).

Beda dengan sikap hati-hati jika memang sudah ada pertanda dan pola yang merupakan fakta.

Allah Ta'ala berfirman,

يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

"Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati."
(QS. At-Tagabun [64]: 4)

Ada gambaran indah bagaimana sikap baik sangka ulama Salaf terhadap saudara mereka.Suatu saat istri Thalhah bin Abdullah bin Auf berkata kepada suaminya, "Aku tidak melihat seorang yang lebih rendah akhlaknya daripada sahabatmu." Thalhah berkata, "Jangan kamu mengatakan hal itu kepada mereka, mengapa demikian?" Istrinya menjawab, "Jika kamu berada dalam kemudahan, mereka menemanimu, tetapi ketika kamu dalam kesusahan mereka menjauhimu." Thalhah berkata, "Menurutku, mereka memilki kemuliaan akhlak!" Thalhah melanjutkan, " Mereka mendatangi kita ketika kita berada dalam kondisi kuat membantu mereka, mereka menjauhi kita ketika dalam kondisi lemah membantu mereka (agar tidak merepotkan kita), oleh karena itu berbaik sangkalah kepada orang lain, niscaya kamu bahagia!"Berburuk sangka terkadang dipicu oleh perasaan hasad atau iri dengki dengan kenikmatan Allah yang diberikan pada orang lain. Seperti mengatakan, "Dia bersedekah karena riya' atau ingin dipuji."Orang-orang munafik dahulu apabila orang mukmin memberikan sedekah dengan jumlah yang banyak mereka mengatakan, "Dia riya'!" Jika sedekahnya sedikit mereka mengatakan: 'Sesungguhnya Allah tidak butuh kepada sedekah yang seperti itu!'Rahasia hati manusia tidak ada yang mengetahui secara pasti selain Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati hamba-Nya.Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam bersabda :إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِ نَّ الظَّنَّ أَكْذَ بُ الْحَدِيْثِ"Hati-hatilah kalian terhadap prasangka (buruk) karena prasangka (buruk) adalah perkataan yang paling dusta." (HR. Muslim)Suatu ketika penduduk Himsha mengadukan gubernurnya, Sa'id bin 'Amir bin Hazim kepada Umar bin Khathab tentang 4 perkara yang menurut prasangka mereka sebuah kesalahan.Pertama : Dia tidak keluar melayani kami kecuali saat matahari sudah tinggi.Kedua : Dia tidak mau menerima kami di malam hari.Ketiga : Dalam sebulan, ada satu hari yang dia tidak mau keluar untuk melayani kami.Keempat : Kadang-kadang ia pingsan pada saat melayani kami.Lantas Kholifah mempertemukan antara penduduk Himsha dengan Sa'id bin Amir.Umar berkata : " Ya Allah, jangan sampai persangkaanku tentang dia sekarang ini berubah menjadi seperti apa yang mereka adukan."Apa jawaban gubernur yang shalih itu ?Pertama : Beliau terlambat menemui mereka karena sibuk membuat roti untuk keluarga.Kedua : Waktu malam hari khusus untuk Allah.Ketiga : Dalam 1 bulan dia tidak melayani rakyat karena mencuci baju dan menunggunya sampai kering dan menemui mereka pada sore hari.Keempat : Ia pingsan karena ingat Khubaib Al-Anshari yang disiksa orang-orang Quraisy, sementara dia masih musyrik dan tidak menolongnya.Dengan tatsabbut (memastikan terlebih dahulu), Insya Allah, prasangka buruk akan sirna.

Orang yang memiliki sifat suka berburuk sangka kepada orang lain tanpa dasar, maka dia akan berusaha mencari-cari kesalahan dan keburukan saudaranya tersebut untuk mengecek dan membuktikan prasangkanya. Inilah yang disebut dengan tajassus. Sedangkan tajassus itu sendiri adalah pintu awal menuju dosa berikutnya, yaitu ghibah. Karena orang tersebut berusaha untuk menampakkan aib dan keburukan saudaranya yang berhasil dia cari-cari, meskipun dia berhasil mendapatkannya dengan susah payah.

Al-Qasimi rahimahullahu Ta'ala berkata,"Ketika buah dari su'udzan adalah tajassus, hati seseorang tidak akan merasa puas dengan hanya ber-su'udzan saja. Maka dia akan mencari-cari bukti (aib saudaranya tersebut) dan akan sibuk dengan tajassus. Allah Ta'ala menyebutkan larangan tajassus setelah su'udzan. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), 'Dan janganlah mencari-cari keburukan orang.'" (Mahaasin At-Ta'wiil, 9: 3690)

Sekali lagi, renungkanlah, ketika su'udzan tersebut diiringi dengan dua dosa besar lainnya, yaitu tajassus dan ghibah. Karena ketika seseorang sudah berburuk sangka kepada saudaranya, dia akan melakukan tajassus, yaitu dia mencari-cari bukti aib dan keburukan saudaranya tersebut untuk membuktikan prasangkanya. Dan jika dia sudah menemukannya, dia akan bersemangat untuk melakukan ghibah, alias menyebarkan keburukan saudaranya tersebut. Inilah urutan yang disebutkan dalam ayat di atas.

Syaikh 'Abdurrahman bin Naashir As-Sa'di rahimahullahu Ta'ala berkata,فإن بقاء ظن السوء بالقلب، لا يقتصر صاحبه على مجرد ذلك، بل لا يزال به، حتى يقول ما لا ينبغي، ويفعل ما لا ينبغي"Sesungguhnya adanya su'udzan buruk sangka dalam hati tidak akan menyebabkan pelakunya tersebut akan berhenti di situ saja. Akan tetapi, buruk sangka tersebut akan terus-menerus ada sampai pelakunya tersebut berkata dan berbuat yang tidak sepatutnya." (Taisiir Karimirrahman, hal. 801)

Sumber:
https://muslimah.or.id/9336-jangan-bersedih-berbaik-sangkalah-kepada-saudara-anda.htmlhttps://muslim.or.id/44672-tiga-rangkaian-dosa-buruk-sangka-tajassus-dan-ghibah.html

99 Catatan IlmaWhere stories live. Discover now