Tentang Buruk Dibalas Baik (3)

1 0 0
                                    

Al-Imam Adz-Dzahaby -rahimahullah- berkata, Perkara-perkara yang dilakukan di zaman fitnah, yaitu:
1. Berpeganglah kepada sunnah
2. Banyaklah diam
3. Jangan berkecimpung dalam hal-hal yang tidak bermanfaat
4. Dan jika engkau kesulitan, maka kembalikan kepada Allah & Rasul-Nya
5. Berhentilah dan Katakan "Wallahu 'alam"
(Siyar 'alamin Nubala 20: 141)

Menurut KBBI, firnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang). Kata fitnah berasal dari bahasa Arab (الفِتْنَةُ) yang bermakna ujian dan cobaan. Maka, fitnah hukumnya haram. Apa yang hukumnya haram tentu ada konsekuensi dosa.

Baik dibalas baik itu sudah sewajarnya, sebagai manusia yang tahu diri sewajarnya memiliki perilaku baik budi sebagai makhluk sosial. Jangan baik dibalas buruk, karena itu tidak pada tempatnya dan merupakan perkara zalim. Sedang buruk dibalas baik merupakan ajaran Islam bagi hamba yang takwa.

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma, ia berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda,

كتب رجلٌ إلى عبد الله بن عمر رضي الله عنهما «أن اكتب لي بالعلم كله» ، فكتب إليه رضي الله عنه : «إن العلم كثير ، ولكن إن استطعت أن تلقى الله يوم القيامة خفيف الظهر من دماء المسلمين ، خميص البطن من أموالهم، كافَّ اللسان عن أعراضهم ، لازمًا لجماعتهم فافعل 

"Tahukah engkau hari apa ini?".

Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui."

Nabi bersabda, "Sesungguhnya ini adalah hari yang haram (suci). Apakah engkau tahu negeri apa ini?. Para sahabat menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui". Nabi bersabda: "ini adalah negeri yang haram (suci). Apakah kalian tahu bulan apakah ini?"

Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui."

Nabi bersabda, "Ini adalah bulan haram (suci)."

Lalu beliau bersabda lagi, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpakan) dan harta kalian (untuk dirampais) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri ini." (HR. Bukhari)

Allah Ta'ala berfirman,

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا ۗ وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ

"Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali."
(QS. Asy-Syu'ara' [26]: 227)

Dan siapa yang memahami urgensi perkara ini dan mengenal agungnya perkara ini, maka sungguh ia telah mencapai menjadi seorang alim yang mapan dan seorang faqih yang agung.

Untuk merenungi hal tersebut, berikut ini sebuah kisah yang bermanfaat,

كتب رجلٌ إلى عبد الله بن عمر رضي الله عنهما «أن اكتب لي بالعلم كله» ، فكتب إليه رضي الله عنه : «إن العلم كثير ، ولكن إن استطعت أن تلقى الله يوم القيامة خفيف الظهر من دماء المسلمين ، خميص البطن من أموالهم، كافَّ اللسان عن أعراضهم ، لازمًا لجماعتهم فافعل»

Seorang lelaki menulis surat kepada Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma yang berisi: "Tuliskanlah untukku sebuah tulisan yang mencakup semua ilmu". Maka Ibnu Umar pun menulis sebuah tulisan untuknya yang berisi: "Sesungguhnya ilmu itu banyak, namun jika engkau mampu untuk bertemu Allah di hari kiamat dalam keadaan menjaga darah kaum Muslimin, menjaga harta mereka, dan menahan lisan dari merusak kehormatan mereka, maka lakukanlah."

Ibnu Umar radhiallahu'anhuma menganggap bahwa tiga perkara ini; menjaga darah, kehormatan dan harta kaum Muslimin sebagai sebuah tingkat kepahaman ilmu yang besar.

Ada beberapa wasiat yang disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada Abu Jurayy Jabir bin Sulaim. Wasiat yang pertama kita ulas adalah jangan sampai menghina dan meremehkan orang lain. Boleh jadi yang diremehkan lebih mulia dari kita di sisi Allah.

Abu Jurayy Jabir bin Sulaim, ia berkata, "Aku melihat seorang laki-laki yang perkataannya ditaati orang. Setiap kali ia berkata, pasti diikuti oleh mereka. Aku bertanya, "Siapakah orang ini?" Mereka menjawab, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Aku berkata, "'Alaikas salaam (bagimu keselamatan), wahai Rasulullah (ia mengulangnya dua kali)." Beliau lalu berkata, "Janganlah engkau mengucapkan 'alaikas salaam (bagimu keselamatan) karena salam seperti itu adalah penghormatan kepada orang mati. Yang baik diucapkan adalah assalamu 'alaik (semoga keselamatan bagimu."

Abu Jurayy bertanya, "Apakah engkau adalah utusan Allah?" Beliau menjawab, "Aku adalah utusan Allah yang apabila engkau ditimpa malapetaka, lalu engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menghilangkan kesulitan darimu. Apabila engkau ditimpa kekeringan selama satu tahun, lantas engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untukmu. Dan apabila engkau berada di suatu tempat yang gersang lalu untamu hilang, kemudian engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan mengembalikan unta tersebut untukmu."

Abu Jurayy berkata lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Berilah wasiat kepadaku."

Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam pun memberi wasiat,

لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا

"Janganlah engkau menghina seorang pun." Abu Jurayy berkata, "Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba."

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,

وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

"Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.

Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.

Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya." (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).

Referensi:
https://muslim.or.id/28878-haramnya-darah-harta-dan-kehormatan-seorang-muslim.html
https://rumaysho.com/7592-jangan-menghina-dan-meremehkan-orang-lain.html


99 Catatan IlmaWhere stories live. Discover now