HAI-HAI NETIZEN AING KEMBALI HADIR
TERIMA KASIH YANG UDAH SINGGAH DI CERITA INI.
KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF
💚HAPPY READING💚
Yuda kini tengah berlari diikuti oleh Pandu di belakangnya. Hal itu karena dirinya menerima telpon dari Monica yang membuatnya harus sampai sesegera mungkin. Sesampainya dirinya di tempat kejadian, dirinya langsung mematung begitu pun dengan Pandu. Bagaimana tidak, terlihat sekarang Ben tengah memegang batu yang siap melayang ke arah Ava kapan saja. Bahkan Monica dan Rama kewalahan menahan Ben. Tanpa membuang waktu, Yuda mendekati Ben.
"B—Ben jangan berbuat nekat," ucap Yuda namun tidak digubris oleh Ben.
"Ben, gue mohon jangan seperti ini," ucap Pandu. Dengan enteng Ben melempar batu tersebut dan membuat semuanya memekik karena batu tersebut nyaris mengenai kepala seseorang yang kini terduduk dengan wajah datarnya. Lantas Ben melepaskan cekalan Rama dan Monica secara paksa yang membuat keduanya nyaris terjerembab jika Pandu dan Yuda tidak menangkapnya. Yuda yang sudah penasaran pun membuka suara.
"Apa yang terjadi?" tanya Yuda seraya menatap Ben yang kini berusaha menahan emosinya.
"Lo nggak lihat muka gue merah? Ini semua karena dia mukul muka gue sama novel sialannya itu," ucap Ben menggebu-gebu yang membuat Ava menaikan sebelah alisnya.
"Impas," ucap Ava yang membuat Pandu dan Yuda bingung.
"Va, ini masalah serius. Janganlah lo ngomong sepotong-sepotong. Jiwa cenayang gue belum bangun jam segini," ucap Yuda frustasi.
"Ava nggak akan berbuat masalah kalau lo nggak buat masalah duluan," ucap Yuda pada Ben yang membuat Ben berdecih.
"Dia memang tukang pembuat masalah. Gue heran, gimana orang tua lo mendidik lo. Oh atau jangan-jangan kelakuan lo sama seperti orang tua lo. Tukang pembuat masalah," ucap Ben yang membuat wajah Ava merah padam. Begitupun dengan Yuda dan Monica.
Bugh
Ben jatuh tersungkur karena Ava memukul wajah Ben hingga hidungnya berdarah. Orang-orang yang melihat kejadian itu pun memekik dan tidak ada yang menyadari jika Malik sudah berdiri dan melihat itu semua. Bahkan Malik sudah berdiri saat Ben menampar Ava.
"Lo boleh benci gue hanya karena masalah yang lo nggak tahu kebenarannya. Tapi, jangan hina orang tua gue. Mereka nggak tahu apa-apa masalah gue. Selama ini gue diam bukan karena gue nggak peduli. Gue diam karena gue mau lihat lo sepintar apa menghadapi masalah ini. Ternyata otak lo hampir sama seperti otak udang," ucap Ava yang pertama kalinya berbicara panjang lebar.
"Mending lo cari kebenarannya secepatnya. Sebelum gue membuat lo menyesal," ucap Ava seraya pergi menjauh. Namun, tatapannya bertemu dengan mata Malik beberapa detik dan Ava segera memutuskan pandangan itu lalu pergi menuju luar kampus. Malik yang melihat tatapan Ava seolah mengerti apa yang diinginkan gadis itu. Malik pun langsung berbalik menuju ruangannya sebelum para mahasiswanya memergokinya.
"Kalian bisa bubar sekarang!" perintah Pandu tegas. Perlahan mahasiswa dan mahasiswi yang menonton pun membubarnya diri. Kini tertinggallah Monica, Pandu, Rama, dan Yuda yang kini menatap Ben dengan tatapan intimidasinya.
"Apa yang lo lakuin sama Ava?" tanya Pandu namun Ben hanya diam karena dirinya masih memikirkan ucapan Ava.
"Jawab Ben," ucap Yuda.
"Dia nampar Ava," ucap seseorang yang membuat semuanya terkejut.
***
Saat ini Gavin tengah mengikuti sang papah yang entah kemana. Sebelumnya sang papah tidak pernah keluar dengan pakaian hitam kecuali mengunjungi makam sang mamah. Tapi, papah Gavin biasa ke makam sebulan sekali dan untuk bulan ini pun papahnya itu sudah ke makam. Lantas makam siapa yang akan dikunjungi sang papah. Gavin terus mengikuti papahnya. Tak lama kemudian mobil sang papah sudah sampai di pemakaman elit yang membuat dahi Gavin menyerit.
"Ini bukan tempat pemakaman mamah," gumam Gavin heran.
"Lalu makam siapa?" tanya Gavin.
Gavin yang penasaran pun turun lalu mengikuti papahnya yang tak jauh darinya. Bak pencuri Gavin terus mengendap-endap hingga langkahnya terhenti karena seseorang memukul pundaknya yang membuatnya terkejut.
"Eh gebetan keserempet bajaj," latah Gavin. Sementara orang di depannya hanya terkekeh.
"Lo ngapain ke sini?" tanya Gavin pada David.
"Gue mau ke makam nenek gue. Lo lupa kalau nenek gue di makamkan di sini?" tanya David.
"Jangankan nenek lo, gebetan aja gue nggak inget," ucap Gavin enteng.
"Pas bucin aja serasa dunia udah milik berdua. Bahkan udah rencanain nama anak segala," sindir David yang membuat Gavin jengkel.
"Berisik lo. Gue malas bahas masa lalu. Gue mau jadi detektif dulu," ucap Gavin seraya meninggalkan David. David yang penasaran pun mengikuti Gavin. Namun dirinya melihat seseorang yang membuatnya refleks menarik Gavin untuk bersembunyi di balik pohon. Gavin yang terkejut pun mengumpati David.
"Bangke. Lo kenapa, sih, Dav?" tanya Gavin jengkel.
"Tuh lihat," ucap David yang membuat Gavin mengalihkan pandangannya dan terbelalak.
"Mereka ngapain?"
"Ya mana gue tahu. 'kan daritadi gue sama lo," jawab David.
"Iya juga sih,"
"Kalian ngapain?" tanya seseorang yang membuat dua dosen itu menoleh dan menatap penuh tanya.
BERSAMBUNG. . . .
SIAPA TUH YANG NYAMPERIN DAVID SAMA GAVIN?
PENASARAN?? IKUTI TERUS CERITANYA
JANGAN LUPA BACA, VOTE, DAN KOMEN YAH
TERIMA GAJAH😄😄😄
05 APRIL 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Rebutin Dosen [END]
General FictionKisah seorang mahasiswi semester lima yang memiliki sifat dingin dan juga selalu berekspresi datar. Hidupnya sangat tenang sampai akhirnya dirinya harus berhadapan dengan tiga orang dosen idola yang memperebutkannya. Kira-kira siapa yang akan dipil...