Part 32 = Kecoplosan

7.1K 834 29
                                    

HAI-HAI SEMUA!!! AKU KEMBALI UP NIH

GIMANA? MASIH ADA YANG NUNGGUIN NGGAK? BOLEH KOMEN BIAR AKU MAKIN SEMANGAT HEHEHE

AKU NGGAK NYANGKA BAKAL BANYAK YANG BACA. TERIMA KASIH BUAT KALIAN UDAH BACA DAN KOMEN

KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF




💚HAPPY READING💚











Kini Monica tengah berdiri di depan pintu kelasnya dengan raut wajah yang gelisah. Entahlah apa yang menyebabkan perasaannya tak enak. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi dengan orang terdekatnya. Ia terus mondar-mandir bak setrikaan baju, hingga ia tak sadar jika Gavin sudah berdiri di dekatnya dengan tatapan anehnya.

"Kamu kenapa Monica?" tanya Gavin yang membuat Monica terkejut dan langsung menoleh ke arah Gavin.

"Aaa, engg—enggak papa Pak. Cuma lagi olahraga ringan aja," jawab Monica gugup.

"Badan kamu udah kurus kering. Nggak usah sok-sok olahraga, ntar tambah kurus kaya lidi," ucap Gavin yang membuat Monica menggerutu.

"Bapak jangan body scanning yah," ucap Monica kesal.

"Shaming keles. Ya sudah, sana masuk. Ini jam kuliah saya udah mau dimulai," perintah Gavin. Monica pun segera masuk diikuti oleh Gavin dibelakangnya. Setelah Gavin meletakkan tasnya, keningnya berkerut karena merasa ada yang kurang.

"Kok seperti ada yang kurang yah," ucap Gavin yang membuat penghuni kelas pun terdiam.

"Oh iya, Bebeb Ava mana?" celetuk Asis dari arah belakang yang membuat pandangan Gavin mengarah ke kursi yang biasa diduduki oleh Ava dan di sana kosong.

"Kemana Ava? Nggak biasanya dia telat seperti ini," batin Gavin.

"Ada yang tau Ava kemana?" tanya Gavin. Serentak para penghuni kelas menggeleng yang membuat Gavin heran.

"Ya sudah, mungkin dia telat. Sekarang kalian buka buku kalian, saya akan menjelaskan materi pada hari ini," perintah Gavin. Pembelajaran pun dimulai, semuanya begitu fokus mendengarkan penjelasan Gavin. Hingga tepat 20 menit, tiba-tiba seseorang mendobrak pintu yang membuat Gavin serta yang lainnya terkejut.

"Lo kenapa, Cit?" tanya Monica terkejut melihat wajah Citra seperti habis dikejar setan.

"Hosh. . . hosh. . . . mi—minum," ucap Citra terbata-bata. Asis yang merasa kasihan pun langsung maju memberikan air mineralnya pada Citra. Pada saat Citra hendak minum, Monica dengan entengnya menarik botol minuman mineral itu yang membuat Asis dan Citra terkejut dan menatap tajam Monica.

"Apaan, sih Mon. Gue haus nih," ucap Citra kesal.

"Lo kenapa sih, Pokemon. Nggak lihat teman lo udah kaya ikan sakratul maut," ucap Asis yang membuat Monica mendelik.

"Gue nggak mau yah kalau misal Citra minum air mineral dari lo. Ntar dia kena pelet," ucap Monica yang membuat mata Asis melotot.

"Heh! Gue memang playboy. Tapi, gue anti pakai ilmu-ilmu pelet. Gue sudah terlalu tampan, jadi nggak perlu pakai pelet. Pelet itu cuma buat ikan lele Babe gue," ucap Asis.

"Tau nih si Monic, prasangka buruknya dimasukkin ke keranjang dulu," ucap Citra yang langsung mengambil botol air mineral itu dan langsung menegukkan hingga tandas. Gavin yang melihat itu sedaritadi pun akhirnya membuka suara.

"Kamu kenapa lari-lari begitu, Citra? Mantanmu ngajak balikan?' tanya Gavin yang mata Citra melotot. Beruntung air yang diminumnya sudah masuk kedalam perutnya. Jika tidak, mungkin akan ada hujan dadakan di wajah Gavin.

"Ini lebih penting dari mantan ngajak balikan, Pak," jawab Citra.

"Terus kenapa?" tanya semua orang yang membuat Citra terkejut dan menghela napas.

"Ava kecelakaan," ucap Citra yang membuat semuanya terdiam. Tak lama, Gavin dan Monica langsung berlari meninggalkan Citra yang terus memanggil mereka.

"Kita urus kelas dulu, Cit. Baru kita susul mereka ke rumah sakit," celetuk Dino yang baru berhasil mengumpulkan nyawanya sesaat terbangun karena mendengar suara gaduh. Citra pun menurut, tanpa mereka ketahui ada seseorang yang tersenyum misterius karena mendengar berita itu.

***

Saat ini Ava tengah ditangani oleh dokter diruang UGD. Sementara Ben dan sang bunda pun menunggu di depan ruangan dengan gelisah. Ben memang benci dengan Ava, tapi membuat Ava dalam keadaan seperti ini tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Lama mereka saling menunggu, pintu UGD terbuka dan nampaklah dokter dengan raut wajah yang tidak bisa terbaca. Dengan segera Ben dan sang bunda pun menghampiri dokter tersebut.

"Dokter bagaimana keadaannya?" tanya bunda Ben khawatir.

"Pasien kritis, kekurangan banyak darah. Apakah di antara kalian ada yang memiliki golongan darah A? Stok di rumah sakit kami kurang untuk saat ini," ucap sang dokter yang membuat keduanya terkejut.

"Golongan saya O, dokter," jawab sang bunda lesu yang membuat Ben mematung.

"Kenapa golongan darah gue beda sama bunda. Setau gue dulu bunda pernah bilang kalau golongan Papah O, dan sekarang bunda juga bilang golongan darah dia O. Apa maksud ini semua?" batin Ben

"Kalau anda?" tanya dokter pada Ben yang sedari tadi diam. Hingga tepukan dibahunya membuat dirinya sadar.

"Yyy—yya, apa dok?" tanya Ben linglung.

"Golongan darah anda apa?" tanya sang dokter. Lama Ben terdiam sambil memerhatikan sang bunda dan dokter lalu menarik napas pelan.

"Golongan darah saya B dok," ucap Ben pelan yang membuat sang bunda menegang.

"Astaga! Aku kecoplosan. Bagaimana ini?" batin bunda Ben.

"Kita harus cepat mendapatkan golongan darah itu. Jika tidak, saudari Ava akan dalam bahaya," ucap dokter yang membuat Ben dan sang bunda khawatir. Belum sempat lagi keduanya bersuara, satu suara menginstrupsi yang membuat semuanya menoleh.

"Ambil darah saya dokter. Golongan darah saya A."

BERSAMBUNG. . .

UDAH MULAI ADA TITIK TERANGNYA NIH WKWKWK

JANGAN LUPA BACA, VOTE, DAN KOMEN

TERIMA GAJAH😄😄😄
15 MEI 2021

Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang