Part 24 = Perkelahian

8.6K 952 16
                                    

HAI-HAI AKU KEMBALI UP NIH

ADA YANG MASIH SETIA NUNGGUIN NGGAK?

AKU HARAP SIH MASIH HEHEHE

TERIMA KASIH YANG SELALU BACA CERITA ABSURD INI HEHEHE

LANGSUNG AJA GENGS KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF



💚HAPPY READING💚






Cuaca yang sangat terik membuat orang-orang enggan untuk berada di luar rumah. Begitu pun dengan Ava yang kini menambah laju motornya agar segera sampai menuju rumahnya. Namun harapan untuk cepat sampai rumah itu sirna setelah melihat beberapa orang yang kini sudah berdiri di depannya. Ava pun menghentikan motornya lalu mematikan mesin motornya dan membuka helmnya sambil menatap datar para preman di depannya.

"Minggir," ucap Ava dingin.

"Tapi sayangnya kami tidak akan menuruti kemauanmu gadis manis," ucap salah satu orang preman itu.

"Apa mau kalian?" tanya Ava.

"Memusnahkanmu," jawabnya yang membuat Ava tersenyum miring. Ava pun turun dari motornya dan berdiri sambil menatap preman-preman di depannya dengan tatapan datar dan dingin.

"Silakan, tapi jangan salahkan jika yang akan musnah adalah kalian," ucap Ava yang membuat para preman itu tersulut emosi.

"Kalian! Serang dia," perintah sang ketua. Para preman itu sudah mengelilingi Ava. Saat satu orang memegang tangannya, Ava dengan sigap memutar tangan itu hingga berbunyi.

Krek

"AAARRRGGGHH."

Perkelahian pun tak terelakan. Para preman itu kewalahan menghadapi Ava. Sedangkan seseorang yang melihat perkelahian itu dari jauh hanya tersenyum tipis.

"Gadis yang kuat," gumamnya. Setelah itu ia berbalik lalu berkata pada sang bodyguardnya "Pantau terus Ava. Jika keadaan sudah tidak memungkinkan kalian boleh bertindak," perintah Rudy pada bodyguardnya.

Sebenarnya Rudy tidak berniat untuk mengikuti Ava. Semua hanya kebetulan, saat dirinya dalam perjalanan pulang ke rumah untuk makan siang, ia melihat Ava menghadapi para preman itu. Dirinya sempat terkejut tapi ia tidak ingin Ava mengetahui jika selama ini ia memantau Ava melalui bodyguardnya. Setelah ini ia akan mencari tahu siapa yang mengirim para preman itu.

Ava terus berkelahi dengan para preman itu. Keadaan para preman itu sungguh menggenaskan. Ada yang patah tangan, patah kaki, bahkan ada yang sudah tak sadarkan diri. Ava sendiri tidak ada luka sedikitpun. Saat perhatian Ava lenggah, sang ketua preman diam-diam bersiap memukul Ava dengan balok kayu di tangannya.

Bugh

"Ternyata hanya segitu kemampuan lo."

***

"Terima kasih."

Sontak ucapan tersebut membuat Indie yang kini tengah memakan bakso tersedak. Nada yang melihat Indie tersedak pun segera memberikan air mineral miliknya. Indie pun segera meminumnya hingga setengah.

"Sepertinya gue perlu datangi pihak UNESCO," ucap Indie.

"Buat apa?" tanya Nada heran.

"Lo nggak denger Kak Ava ngomong kata terima kasih. Selama gue menghirup napas dekat Kak Ava, gue belum pernah dengar sekalipun Kak Ava ngomong kata terima kasih," jawab Indie mengebu-ngebu. Sementara Ava hanya menatap Indie datar.

"Bener juga lo. Ini kejadian langka. Satu dunia harus tau," jawab Nada yang juga mengebu-gebu..

"Nggak usah alay," celetuk seseorang yang membuat Indie dan Nada mendelik.

"Kita nggak alay, lo aja yang terlalu kaku. Dasar Dana umum," ucap Nada yang membuat orang yang dipanggil Dana mendelik.

Masdana adalah salah satu teman terdekat Nada. Banyak yang mengira jika Masdana adalah seorang laki-laki dan itu semua salah besar. Masdana adalah seorang perempuan tulen tanpa operasi apapun. Masdana sendiri adalah gadis yang sangat cerdas. Semua bidang dikuasai olehnya, baik bidang akademik maupun non akademik. Namun, Masdana atau lebih sering dipanggil Nana tidak suka berteman dengan banyak orang. Baginya pertemanan itu bagaikan hubungan, rumit. Apalagi pertemanan dengan sesama perempuan, terlalu banyak drama. Tapi semenjak ia bertemu dan berteman dengan Indie dan Nada, ia sedikit mau membuka diri. Sifatnya yang kelewat tidak peduli juga membuat orang-orang enggan berteman dengannya kecuali spesies semacam Indie dan Nada yang sudah memang berbeda dari yang lain.

"Kalian darimana?" tanya Ava pada tiga remaja di depannya.

"Sekolah," jawab ketiganya.

"Kak Ava kenapa bisa diserang sama para preman itu?" tanya Nada.

"Takdir," jawab Ava sembari meminum es teh manisnya.

"Ck, susah ngomong sama tembok berjalan," ucap Nada yang membuat Ava menatapnya datar.

"Untung tadi si Dana cepat mukul tuh preman. Coba kalau nggak, mungkin akan ada cerita masuk rumah sakit part 2," jawab Indie yang membuat Nana menatapnya tajam.

"Berenti manggil gue Dana Indiehome," ucap Nana kesal.

"Lo sendiri manggil gue Indiehome," jawab Indie yang juga kesal.

"Lo duluan," ucap Nana tak mau kalah.

"Lo." Indie dan Nana saling melotot yang membuat Nada jengah.

"Kalian tau nggak," ucap Nada.

"Nggak," jawab Indie dan Nana bersamaan. Sedangkan Ava sibuk dengan ponselnya. Entahlah apa yang dilakukannya. Hanya Tuhan dan dirinya yang tahu.

"Kalau orang yang sering berantem itu biasanya jodoh," ucap Nada yang membuat Indie dan Nana menatapnya tajam.

"Nggak sudi gue jadi jodohnya. Yang ada ntar anak gue hanya menatap buku dari bangun sampai tidur lagi. Bisa-bisa anak gue bunuh diri," ucap Indie tajam.

"Lo pikir gue sudi punya suami kaya lo. Yang ada ntar anak gue bukan berbentuk kaya manusia," ucap Nana yang tak kalah tajam.

"Heh Dana umum, lo pikir gue siluman hah," ucap Indie kesal.

"Lo bukan cuma siluman, tapi lo sejenis jenglot," jawab Nana.

"Lo. . . ."

"Ekkhheemm," sontak keempatnya menoleh ke sumber suara dan menatap orang itu dalam diam terutama Ava.

BERSAMBUNG. . .

EH GANTUNG LAGI😆😆😆

SILAKAN TEBAK SIAPA ORANGNYA😄😄😄

JANGAN LUPA BACA, VOTE, DAN KOMEN 😄😄😄

TERIMA GAJAH😄😄😄
27 APRIL 2021

Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang