Part 48 = Menjalankan Rencana

5.7K 976 138
                                    

HAI-HAI SEMUA AKU KEMBALI UP !!

GUYS AKU TUH SEBENARNYA SEDIH KARENA BANYAK YANG NGGAK VOTE. SUSAH YAH KLIK TANDA BINTANG. COBA DEH KALIAN BAYANGKAN KALAU KALIAN BUAT CERITA TERUS CERITA KALIAN GK DI VOTE. ITU SAMA AJA KAYA NGGAK MENGHARGAI

BAGI PENULIS VOTE ITU ADALAH MOODBOSTER. BANYAK ORANG YANG ANTUSIAS NUNGGU CERITAKU DAN SELALU SUPPORT AKU. AKU ANGGAP ITU SEBAGAI MOODBOSTER TAMBAHAN

JADI, KLIKLAH TANDA BINTANG KALAU MAU BACA.
NGGAK AKAN BUAT JARI KALIAN PATAH KOK GUYS. SETIDAKNYA KALIAN SUDAH BERUPAYA MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN.

KAYANYA ITU AJA DULU CURHATANKU.

DI BACA GUYS, JANGAN DI SCROLL DOANG

KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF

























💛HAPPY READING💛













































Hari ini tepat satu minggu Ava keluar dari rumah sakit. Tepat hari ini juga Ava memutuskan untuk masuk kuliah. Awalnya Inka dan Rudy melarang, tapi bukan Ava namanya jika tidak keras kepala. Mau tidak mau Inka dan Rudy memberikan izin. Yuda juga sangat ingin masuk kuliah, tapi luka tusukan belum sepenuhnya mengering terpaksa ia menunda. Rudy juga memutuskan agar Mita dan Yuda tinggal di rumahnya untuk sementara waktu. Rudy takut jika tiba-tiba Aslan menemukan Mita.

Saat ini suasana sangat hening. Semuanya begitu menikmati sarapannya masing-masing. Semuanya kecuali Ben. Sejak tadi Ben nampak begitu gelisah. Inka yang merasa anak sulungnya itu nampak berbeda pun menyerit. Lantas ia pun menepuk bahu Ben yang membuat si empunya memekik yang membuat semua yang berada di meja makan menatapnya heran.

"Kamu kenapa, Ben?" tanya Inka.

"Nggak papa, Mah," jawab Ben.

"Mah? Panggil Bunda aja Kak, biar sama kaya Nada," celetuk Nada. Ben pun menatap Inka seolah meminta persetujuan. Inka yang ditatap seperti itu pun hanya tersenyum.

"Terserah kamu aja mau panggil apa. Mau Mamah atau Bunda sama saja," ucap Inka yang membuat Ben tersenyum tipis.

"Jadi kamu kenapa, Ben. Papah tau kamu sedang berbohong," ucap Rudy yang membuat Ben gugup. Sementara Ava hanya diam dan tak niat untuk membuka suara.

"Eemm se-sebenarnya Ben per-pernah ketemu sama Om Aslan, Pah," ucap Ben yang membuat semuanya terkejut.

"Hah! Di mana? Kapan? Kenapa kamu baru bilang sekarang Ben?" tanya Rudy beruntun yang membuat Ben hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Satu-satu kali Pah nanyanya. Papah udah kaya netizen berkedok wartawan aja," ucap Nada yang membuat Rudy menatapnya kesal.

"Ben lupa kapan waktunya. Mungkin sekitar beberapa minggu yang lalu. Saat itu Ben lagi duduk di salah satu cafe dan tiba-tiba Om Aslan duduk di depan Ben. Om Aslan menawarkan kerja sama untuk menghancurkan Ava. Nggak lama setelah itu Om Aslan kasih kartu namanya dan langsung pergi," ucap Ben.

"Berarti selama ini Om Aslan sudah lama memerhatikan Ben dong," celetuk Yuda yang sedari tadi diam.

"Benar juga kamu. Berarti besar kemungkinan kalau Aslan tau kalau Ben putra Om," sambung Rudy.

"Menurutku Aslan tidak mengetahui hal itu, Rud," ucap Mita yang membuat semuanya menatapnya.

"Kenapa bisa begitu, Mit?" tanya Inka.

Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang