Part 34 = Kabur

7.3K 842 87
                                    

HAI-HAI SEMUA!! AKU KEMBALI UP

ADA YANG NUNGGUIN NGGAK?
BOLEH KOMEN DISINI

KITA SELESAIKAN DULU YAH FAKTA YANG UDAH TERUNGKAP. NANTI HABIS ITU BARU DEH KITA LIHAT AKSI TIGA DOSEN NGEREBUTIN AVA HEHEHE

TERIMA KASIH YANG UDAH BACA CERITA INI. AKU TERHARU BANGET BACA KOMEN KALIAN YANG SUKA SAMA CERITAKU.

OK DEH LANGSUNG AJA YAH. KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF





💙HAPPY READING💙











Seorang laki-laki kini tengah duduk di taman rumah sakit. Netra matanya memerhatikan suasana rumah sakit yang ramai. Netra mata laki-laki itu jatuh pada seorang anak kecil yang tengah tersenyum dipelukan sang Papah. Senyuman anak kecil tersebut pun menular ke laki-laki itu. Dirinya sangat ingin seperti anak kecil itu yang mendapat pelukan hangat oleh sang Papah disaat sakit maupun disaat bahagia. Lamunan itu pun buyar saat ia merasakan bahunya ditepuk oleh seseorang yang membuatnya mendongkak dan terlihatlah seorang gadis tersenyum polos dan langsung duduk di sampingnya.

"Kita ketemu lagi," ucap laki-laki yang tak lain adalah Ben.

"Mungkin ini yang dinamakan jodoh," jawab gadis tersebut yang membuat Ben mendelik.

"Gue bukan pedofil," ucap Ben yang membuat gadis di sampingnya menoleh.

"Gue juga nggak bakal mau sih sama orang tua," ucap gadis itu yang tak lain adalah Nada. Ben yang mendengar hal itu pun hanya mendengkus.

"Kakak ngapain disini?" tanya Nada setelah beberapa lama mereka terdiam.

"Tadi habis nganterin orang yang habis kecelakaan," jawab Ben.

"Oh iya. Sama dong, Kakak gue juga masuk rumah sakit karena kecelakaan," ucap Nada.

"Sebenarnya gue nggak mau nolong dia," ucap Ben yang membuat kening Nada menyerit.

"Kenapa?" tanya Nada penasaran.

"Karena dia yang membuat nyokap gue lumpuh," ucap Ben.

"Emang Kakak lihat secara langsung kejadian itu?" tanya Nada yang membuat Ben terdiam.

"Terkadang tidak selamanya yang kita lihat itu adalah fakta. Banyak orang yang mempercayai fakta hanya melalui mata. Tapi, mereka lupa mata tidak selamannya bisa menghasilkan fakta yang sebenarnya," ucap Nada yang membuat Ben tak mampu berkata-kata.

"Gue mau masuk dulu," pamit Nada.

"Gue ikut," jawab Ben. Nada yang mendengar pun hanya mengangguk. Di sepanjang koridor mereka tidak ada membuka suara sama sekali. Hingga langkah mereka terhenti karena suara seseorang.

"Ben, di-dia anak kalian yang hilang pas kejadian itu," ucapan itu membuat Ben dan Nada mematung.

"APPAA!!" teriak Ben dan Nada yang membuat beberapa orang yang sedang berbicara itu menoleh dan terkejut. Ben pun berjalan mendekati sang Bunda yang masih memasang wajah terkejut.

"Ap-aappa ma—maksudnya, Bund?" tanya Ben. Namun, sang Bunda hanya terdiam dan menunduk.

"JAWAB BUNDA!" teriak Ben.

Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang