Part 40 = Kepingan Puzzle

6.9K 893 193
                                    

HAI-HAI AKU KEMBALI UP!! GIMANA SENANG NGGAK?

ADA YANG BILANG PARTNYA KEPENDEKAN. HEHEHE KALAU KALIAN MAU PARTNYA PANJANG, BOLEH KOMEN DISINI😄😄😄

KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF





💚HAPPY READING💚








Tama masih belum membuka suara setelah mendengar penjelasan dari Nada. Ia memijit pelipisnya yang semakin pusing, ditambah lagi dengan cerita Mita yang membuatnya semakin ingin memutilasi Aslan secepatnya. Indie yang melihat Tama memijit keningnya pun membuka suara.

"Masalah nggak akan kelar kalau Om cuma memijat kening doang," sontak ucapan Indie membuat gerakan Tama terhenti dan memandang Indie dalam.

"Kamu kalau mau gelud sama Om nanti dulu. Masukin keranjang dulu. Nanti kalau waktunya udah pas kamu bisa check out," ucap Tama yang membuat Indie melongo.

"Om ngajak saya gelud atau belanja online?" tanya Indie heran.

"Tanyakan saja pada petanya Dora. Kalau belum dapat, tanyakan saja pada rumput yang kena banjir," jawab Tama asal. Malik yang mendengar perdebatan dua manusia absurd di depannya hanya diam. Hingga ada beberapa pertanyaan yang bersarang di kepalanya membuat Malik membuka suara.

"Ada beberapa pertanyaan dalam otak saya, Om," celetuk Malik yang membuat Tama menoleh. Saat ini Indie, Malik, dan Tama berada di ruangan Ava, sedangkan Nada dan Nana sedang keluar untuk membeli makan malam dan cemilan. Sementara David dan Gavin masih berada di ruangan Yuda, mereka belum tahu tentang Ava karena Tama yang memang tidak ingin memberitahukannya.

"Kamu punya otak?" tanya Tama polos yang membuat Malik menatapnya datar. Sementara Indie sudah menahan tawanya.

"Sesama nggak punya otak nggak usah saling menghujat, Om," ucap Malik tersenyum mengejek yang membuat Tama mati kutu.

"Kembali ke laptop. Apa Ava ada hubungannya dengan istri, Om?" tanya Malik yang membuat Tama terdiam.

"Semuanya bagaikan puzzle yang teracak. Hanya Ava yang bisa menyatukan kepingan puzzle itu," ucap Tama yang membuat kening Malik menyerit.

"Om kenapa masalah ini rumit sekali?" tanya Indie yang sudah memegang kepalanya karena pusing.

"Karena Ava seolah menutup semuanya. Harus ada orang yang bisa merubah Ava seperti dulu," ucap Tama sambil menatap Ava yang kini masih terbaring.

"Seperti dulu!" Beo Indie dan Malik bersamaan.

"Dulu Ava adalah anak periang, mudah berbaur, dan juga cerewet. Namun, itu semua berubah saat orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Sejak saat itu Ava berubah jadi pendiam, tertutup, dan penuh misteri. Ditambah lagi masalah dia dengan Ratu," ucap Tama. Sementara Indie dan Malik hanya diam menyimak.

"Apa kita tidak bisa mencari kepingan puzzle itu tanpa Ava, Om?" tanya Malik.

"Tentu saja bisa. Melalui istri saya dan seseorang yang bernama Mita," jawab Tama.

"Saya akan mencari kepingan puzzle itu," ucap Malik mantap.

"Kami juga," ucap David dan Gavin yang sudah berdiri di depan pintu entah sejak kapan. Tama pun menoleh dan menatap ketiga pemuda itu. Indie yang melihat itu pun mengembuskan napas pelan.

"Sepertinya gue mencium aroma-aroma persaingan," gumam Indie yang didengar oleh Tama. Tama pun tersenyum samar.

"Wildan, anak kecil kesayangan lo kini menjadi rebutan para dosennya sendiri."

***

"Kenapa lo tusuk Yuda, sih, aarrgghh," teriak Ratu yang membuat orang di depannya hanya diam.

"Kalau gue nggak lakuin itu, ya gue akan ditangkap sama dia. Bisa-bisa gue di rajam sama mereka," ucap orang itu yang membuat Ratu semakin geram.

"Ada apa ini?" tanya Aslan yang muncul tiba-tiba yang membuat kedua orang itu sontak menoleh.

"Orang ini nih, Pah tusuk Yuda," ucap Ratu mengadu kepada Aslan.

"Kok bisa?" tanya Aslan terkejut.

"Karena dia kejar saya Om. Soalnya saya ketahuan mau bunuh Ava," ucapnya yang membuat Aslan mengembuskan napas kasar.

"Makanya kalau mau bertindak itu kasih tau saya dulu, biar saya bisa siapkan anak buah. Lain kali jangan gegabah, saya akan pantau kamu dari jauh," ucap Aslan yang membuat orang itu menyerit.

"Om mau kemana?" tanyanya ketika sadar melihat beberapa koper berada tak jauh dari mereka.

"Saya dan Ratu harus bersembunyi untuk sementara waktu. Jadi, kamu harus pantau pergerakan mereka," ucap Aslan.

"Kenapa harus saya, Om? Om 'kan bisa perintahin anak buah Om aja," sangkal orang itu yang membuat Aslan dan Ratu mendengkus.

"Lo bego jangan dipelihara. Justru kalau lo yang awasin mereka nggak akan curiga karena lo adalah orang sekitar mereka," ucap Ratu kesal yang membuat orang itu mengangguk-anggukan kepalanya.

"Eeemm ok deh. Sana kalian pergi. Sakit mata saya lihat kalian," usir orang itu yang membuat Aslan dan Ratu mendelik.

"Untung kamu patner saya. Coba kalau nggak, udah saya gantung kamu terus saya mutilasi," ucap Aslan kesal.

"Om kira saya sapi yang di jual di pasar apa?" tanya orang itu kesal. Namun, Aslan hanya menanggapinya dengan deheman.

"Ya sudah, saya titip rumah ini. Jangan sampai Rudy dan Tama tau keberadaan rumah ini," perintah Aslan.

"Hhhmm iya," jawabnya malas. Aslan dan Ratu pun langsung membawa koper mereka keluar rumah dan menaiki mobil. Setelah kepergian Aslan dan Ratu, mereka langsung membubarkan diri ke tempat masing-masing. Namun, tanpa mereka sadari jika sedari tadi ada seseorang yang sudah mengintai mereka. Orang itu pun tersenyum misterius.

"Ava memang lagi terbaring lemah. Tetapi, bukan berarti dia menyerah. Kejahatan kalian akan segera terbongkar. Tunggu saja tanggal mainnya."


BERSAMBUNG. . .

YAH GANTUNG LAGI😅😅😅

YA EMANG HARUS BIAR KALIAN PENASARAN😅😅😅

JANGAN LUPA BACA, VOTE, DAN KOMEN YANG BANYAK YAH😄😄😄😉😉

TERIMA GAJAH😄😄😄
01 JUNI 2021

Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang