HAI-HAI SEMUANYA
NIH AKU DOUBLE UP. GIMANA SENENG NGGAK KALIAN
INSYAALLAH DUA PART LAGI TAMAT. JADI SEMOGA AKU NGGAK MAGER YAH WKWK
KALAU ADA YANG TYPO, MOHON MAAF
💚HAPPY READING💚
Suasana sore begitu nikmat jika diamati diatas ketinggian. Hal itu jugalah yang sedang dilakukan oleh Tama. Sudah satu jam Tama duduk di sofa rooftop rumah sakit. Angin semilir yang berhembus di wajahnya menjadi teman Tama menikmati sore hari. Berulang kali Tama menghela napas, entah apa yang apa dipikiran lelaki itu. David, Gavin, dan Malik yang sudah berada tak jauh dari Tama pun hanya menggeleng. Gavin yang melihat sang Papah pun jengah dan dengan santainya dirinya melempar Tama dengan kulit kacang yang membuat Tama terkejut dan langsung menoleh. Begitu melihat wajah Gavin, Tama pun langsung mendengkus kasar.
"Tumben diam kek cewek biasanya juga pecicilan kek cacing alaska," ucap Gavin yang membuat Tama mendelik.
"Papah lagi nggak nafsu bercanda. Jadi, kalau kamu nggak mau Papah lempar dari atas sini, mending pergi sana," usir Tama.
"Nggak nafsu, Papah kira makanan," ucap Gavin yang diabaikan oleh Tama.
"Setiap orang punya kesalahan," ucap Malik yang membuat Tama menatapnya.
"Saya tau, saya hanya perlu berdamai dengan masa lalu," jawab Tama.
"Sampai kapan? Sampai orang itu di panggil Tuhan? Bukannya berdamai, Om malah akan semakin tidak bisa keluar dari masa lalu," ucap Malik sarkas.
"KESALAHAN DIA BEGITU BESAR. KAMU TIDAK TAU BAGAIMANA RASANYA KEHILANGAN SAHABAT YANG SUDAH KAMU ANGGAP SEPERTI SAUDARA HANYA KARENA CINTA, OBSESI, DAN AMBISI!" teriak Tama emosi seraya memegang kerah baju Malik.
"Om sudah Om, jangan seperti ini. Tenangkan diri Om dulu," ucap David yang memisahkan keduanya.
"Gavin tau kesalahan Om Aslan sangat fatal. Tapi, bagaimanapun Om Aslan adalah sahabat Papah. Gavin tau Papah adalah orang yang paling dekat dengan Om Aslan. Jadi, Gavin minta Papah untuk temui Om Aslan dan maafkan semua kesalahannya," ucap Gavin serius. Tama pun hanya diam karena memikirkan perkataan Gavin.
"Ada beberapa hal yang begitu sulit dilakukan tapi jika berhasil dilakukan maka Om bisa mendapat kebahagiaan," ucap David.
"Apa itu?" tanya Tama.
"Melupakan dan merelakan orang yang kita cintai bahagia, berdamai dengan masa lalu, dan memaafkan kesalahan orang lain," jawab David.
Tama pun diam mencerna perkataan tiga dosen di depannya. Hingga ponselnya berbunyi dan nampaklah nama Rudy. Sebelum menjawab panggilan itu, Tama menarik napas dan memencet tombol hijau. Sementara tiga dosen tampan itu duduk di sofa sambil berbincang. Tak lama Tama mematikan ponselnya dan menoleh ke arah tiga dosen itu.
"Gavin, Papah ke ruang Aslan dulu," pamit Tama yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban Gavin.
"Gue harap Papah bisa memaafkan Om Aslan," ucap Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Rebutin Dosen [END]
General FictionKisah seorang mahasiswi semester lima yang memiliki sifat dingin dan juga selalu berekspresi datar. Hidupnya sangat tenang sampai akhirnya dirinya harus berhadapan dengan tiga orang dosen idola yang memperebutkannya. Kira-kira siapa yang akan dipil...