HAI-HAI SEMUUAAAAAAA!!
ADA YANG KANGEN AKU NGGAK WKWK
AKHIRNYA AKU KEMBALI UP KARENA SIDANG KEDUAKU UDAH SELESAI YA WALAUPUN REVISIANNYA SEGUNUNG WKWK
HAMPIR SETENGAH BULAN KAYANYA AKU NGGAK UP
KALIAN MASIH NUNGGUIN NGGAK??NGGAK KERASA CERITA AVA BENTAR LAGI SELESAI. JADI PASTIKAN KALIAN JANGAN KECEWA YAH WKWK
OKOK KALAU ADA YANG TYPO MOHON MAAF YAH
💙HAPPY READING💙
Cuaca mendung saat ini seolah memberitahukan jika semesta tengah bersedih. Suasana pemakaman Aslan penuh dengan kesedihan dan air mata. Aslan memang jahat, tapi bagaimanapun juga Aslan pernah menjadi orang baik di masa lalu. Walaupun Aslan sudah berbuat jahat, tetapi bukan berarti kebaikannya di masa lalu dilupakan. Ratu terus menangis sembari memeluk batu nisan Aslan. Ia sedih karena di saat terakhir sang Papah ia tidak ada di sampingnya. Sedangkan Tama hanya memandang kosong, tidak ada tangisan tetapi pancaran rasa kehilangan dan kesedihan begitu terlihat di matanya. Proses pemakaman sudah selesai dan para pelayat pun sudah mulai pergi dan tersisalah orang-orang terdekat Aslan.
Rudy yang melihat Ratu yang masih menangis pun berjongkok dan memeluknya dari samping. Sementara Tina yang melihat sang suami dalam tatapan kosong pun menepuk belakang yang membuat Tama menoleh dan langsung berjongkok di depan istrinya.
"Mas, kita pulang sekarang, yah," ucap Tina sembari mengelus kepala Tama.
"Mas masih mau temenin Aslan. Kasihan dia sendiri," jawab Tama sendu yang membuat siapa pun yang mendengarkan pasti akan merasakan kesedihan Tama. Sejak Aslan mengembuskan napas terakhirnya kemarin, Tama terus menangis dan mengamuk bahkan Rudy harus memberikan tamparan keras agar Tama sadar.
"Om Aslan nggak akan sendiri kok, Pah. Om Wildan sama tante Hafiza pasti akan menemani Om Aslan di sana. Jadi, Papah nggak perlu khawatir," ucap Gavin. Ia sendiri sedih melihat keadaan sang Papah yang sangat menyedihkan.
"Pulanglah Tam, lo juga harus istirahat. Lo sudah semalaman tidak tidur dan juga makan sedikit," ucap Rudy. Tama pun langsung menatap sang istri. Tina pun mengangguk seraya mengelus kepala Tama.
"Kita masih bisa kok Mas mengunjungi Aslan kapan pun kamu mau," ucap Tina. Tak lama Tama pun menuruti perkataan Rudy. Akhirnya Tama, Tina, dan Gavin memutuskan untuk pulang dan disusul oleh Rudy, Inka, Nada, Indie, David, dan Malik. Tersisalah Ava, Ratu, Asis, Pandu, dan Rama. Asis yang melihat Ratu masih menangis pun berjongkok di sebelahnya.
"Jangan sampai kesedihan membuat lo lupa sama nyokap lo yang masih terbaring di rumah sakit," ucap Asis yang membuat tangisan Ratu sedikit mereda.
"Maaf kalau perkataan gue keterlaluan, mungkin ini adalah balasan Tuhan buat bokap lo. Setelah ini jadikan pelajaran agar kejadian yang sama tidak terulang. Hanya karena obsesi menghancurkan hubungan persahabatan yang sudah terjalin lama," ucap Rama menepuk bahu Ratu pelan dan langsung pergi meninggalkan pemakaman. Ratu yang mendengar perkataan Rama pun terdiam sementara Asis sudah menepuk jidatnya pelan.
"Ayo balik, sebentar lagi turun hujan," ucap Pandu. Asis dan Ratu segera berdiri dan mulai berjalan meninggalkan tempat pemakaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Rebutin Dosen [END]
General FictionKisah seorang mahasiswi semester lima yang memiliki sifat dingin dan juga selalu berekspresi datar. Hidupnya sangat tenang sampai akhirnya dirinya harus berhadapan dengan tiga orang dosen idola yang memperebutkannya. Kira-kira siapa yang akan dipil...