BPI [31]

1.8K 143 17
                                    

Kehidupan dan kematian adalah bagian dari ujian Tuhan. Ada pasangan yang bertahun-tahun menunggu kehidupan hadir dalam rahim seorang wanita bergelar istri. Ada pula yang hatinya teriris pilu akibat kematian yang menyapa sosok kesayangan. Nyatanya, kehidupan dan kematian datang pergi silih berganti, ibarat air mata dan senyum yang silih terbit di sudut bibir.

"Barusan Kakak kirim nomor plat motornya. Tolong kamu cek dan mintakan juga rekaman CCTV di sekitar panti asuhan," ucap Rara kepada Harist, sang adik.

"Dia preman yang waktu itu bunuh Kak Syilla?"

"Bukan, tapi dia salah satu komplotannya. Jika ada info apa pun kabari Kakak secepatnya. Dan, jangan sampai Ayah dan Bunda tau hal ini."

"Oke, aku usahain secepatnya Kakak akan dapat info tentang tuh preman."

"Oke, Dek. Makasih. Kakak tutup dulu telponnya. Takut nanti Mas Shaka dengar."

"Iya, Kak. Jaga diri Kakak baik-baik."

Rara menyentuh ikon ponsel warna merah, memutuskan panggilannya. Dia pikir, ini yang terbaik untuk sekarang. Dia akan menyelidiki hal ini bersama adiknya dulu sebelum memberitahu pada yang lain. Demi bisa mengembalikan kepercayaan Shaka kepadanya. Demi rumah tangga bahagia yang diimpikannya, tanpa ada lagi dendam yang mengusik.

"Ra, tolong buatkan lemon tea," ucap Shaka begitu muncul di ruang makan.

Semoga Mas Shaka gak denger pembicaraanku dengan Harist, ini belum saatnya, batin Rara berharap. Melihat Shaka yang tampak biasa aja, tak menanyakan apa pun, membuat Rara yakin. Saat ini penyelidikannya aman. Shaka belum saatnya tahu. Tanpa bukti yang jelas, hanya akan menyulut permasalahan lain.

"Hari ini Pak Sodik gak bisa datang. Jadi, kamu yang bersih-bersih kolam renang dan pangkas rumput liar di halaman. Malam ini aku pulang terlat, gak usah nungguin," lanjut Shaka sambil menyesap minuman buatan sang istri.

Pak Sodik dan istrinya biasanya akan datang ke rumah seminggu sekali untuk membersihkan rumah. Sesuai janji Shaka pada mama dan ibu mertuanya, akan ada yang datang membersihkan rumah. Dia merealisasikan ucapan itu walau hanya sekali dalam seminggu. Mereka akan membersihkan hal-hal yang tak biasa Rara lakukan, seperti merawat kolam, halaman, kebersihan kaca dan atap rumah, bahkan hingga AC rumah.

"Iya, Mas."

"Kamu buat sarapan apa?"

"Aku buat nasi goreng seafood kesukaan kamu."

"Aku lagi gak pengin seafood, tolong buatin bubur ayam aja."

Rara mengangguk. Toh, percuma dia tak bisa membantah. Nasi goreng yang telanjur sudah dibuatnya akan diberikannya ke satpam komplek. Rara biasa membawakan mereka makanan atau jajan sepulang dari restoran. Dengan senang hati mereka akan menerimanya.

Selesai sarapan, Shaka langsung pergi ke kantor, sementara Rara masih harus menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan sang suami kepadanya. Bukan perkara mudah, Rara belum pernah membersihkan kolam renang. Dia hanya sesekali melihat pelayan laki-laki di rumahnya yang membersihkan.

Berbekal ilmu melalui internet dan video YT, Rara melakukan pekerjaan itu. Membersihkan kotoran yang mengambang dengan jaring lalu membersihkannya bagian dalamnya. Beruntung segala alat dan bahan sudah tersedia, jadi Rara tak perlu lagi mencari ke luar. Selesai dari area swimming pool, Rara membersihkan rumput liar di halaman depan dan belakang rumahnya.

Hari ini Rara telah izin datang ke restoran siang hari, tapi rasanya tubuhnya sudah sangat lelah. Harusnya dia bisa memakai jasa cleaning servis luar untuk meng-handle permintaan sang suami, tapi tak Rara lakukan. Kepercayaan adalah hal penting yang harus dijaga, apalagi kepada pasangan. Jadi, dia memilih melakukan semua perintah itu sendiri. Apalagi dia yakini, Shaka pasti sedang memantau aktivitasnya saat ini.

Benar saja, di balik meja kerjanya, Shaka sedang tersenyum smirk memperhatikan kesibukan sang istri melalui layar ponselnya. Dia merasa beruntung memiliki Rara yang begitu penurut.

"Sampai kapan kamu akan bertahan, Ra? Tapi, kalaupun kau ingin melepaskan diri dariku, tak akan kubiarkan. Mangsa yang telah berada dalam cengkraman, tak seharusnya dilepaskan," ucap Shaka mantap.

* * *

"Kamu sakit, Ra? Wajah kamu kelihatan pucat," tanya Rayhan saat bertemu sang putri.

"Masa, sih? Nggak, Yah. Rara gak sakit, kok," jawab Rara panik sambil menggigit bibir bawahnya dan mengusap kedua pipinya sambil tersenyum ragu.

"Ya sudah, kalo kamu sakit sebaiknya istirahat aja. Ayah yang akan bertemu klien kita malam nanti."

"Gak, Yah. Gak pa-pa, kok. Rara aja yang menemuinya. Lagian, malam ini Mas Shaka dah bilang mau pulang terlat. Jadi, kalo pun di rumah pasti sepi."

"Ayah selalu berdoa, semoga kamu segera diberi momongan. Biar kamu gak akan kesepian lagi nantinya," ucap Rayhan sambil merangkul bahu sang putri yang duduk di sampingnya.

"Makasih, Yah."

Hanya itu yang bisa Rara jawab. Terima kasih. Dia juga tak mungkin berharap lebih. Sejak pernikahan mereka dilangsungkan, hanya sekali Shaka menyentuhnya dengan intim. Itu pun bukan dengan cinta, tapi kemarahan.

* * *

"Bagus. Tulisanmu sangat bagus. Penokohannya terasa kuat, aku suka ceritanya," ujar Shaka pada Nisa.

Saat ini mereka sedang makan malam bersama dengan mengajak putri Nisa juga. Shaka sedang berusaha menepati ucapannya kepada Nisa tempo hari. Untuk bertemu kembali sekaligus berkenalan dengan putri kandung Nisa yang saat ini berada dalam pangkuannya.

"Makasih. Cerita itu rencananya akan kucoba ikutkan lomba. Tapi, aku masih belum PD, Ka."

"Sebagai orang awam di literasi aku bilang kisah ini bagus. Entah kenapa aku merasakan ada jiwamu di cerita ini. Mungkinkah ini adaptasi dari kisah nyata? Jadi, coba saja. Kalo menang alhamdulillah, kalo belum menang seenggaknya kamu udah mencoba."

"Ma ... mam ... ma ... ma," oceh Zi sambil menjulurkan tangannya hendak meraih benda yang ada di hadapannya.

Shaka tersenyum mendengar celoteh dan tingkah Zi. Beberapa kali diciumnya pipi gembul Zi hingga gadis kecil itu tertawa karena geli.

"Habis ini kita jalan beli mainan buat Zi, ya," ucap Shaka pada Nisa.

Nisa mengangguk, dia terlihat bahagia saat ini. Orang-orang yang melihat kebersamaan ini mungkin akan mengira, mereka adalah satu keluarga bahagia. Seorang istri, suami dan putri yang cantik dalam gendongan sang ayah. Namun, tak pernah ada yang tahu. Dari kejauhan seorang wanita bersusah payah menahan tangisnya kala melihat potret kebersamaan tiga insan itu.

.
.

Alhamdulillah, Rara dan Shaka kembali update.

Olif mau mengucapkan mohon maaf lahir dan batin sebelum kita bersama memasuki bulan suci nan penuh keberkahan, Bulan Ramadhan.
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang melaksanakan 😊

Yuk, jangan lupa selalu tinggalkan jejak dan komentar ya.

Terima kasih,
Jazakumullah khair. 😙😘

Tegal, 12042021

(Bukan) Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang