"Ehem..." Shaka berdehem, tenggorokannya terasa gatal. Saat ini dia sedang melakukan peninjauan langsung ke lokasi proyek barunya bersama tim kontraktor.
Sejak pagi, Shaka merasa tenggorokannya gatal dan sakit untuk menelan makanan. Tubuhnya juga sedikit demam. Namun, agar proyek pembangunan perumahan elit ini segera berjalan, dia memutuskan untuk tetap datang kemari.
"Apa Bapak kurang sehat? Maaf, wajah Pak Arshaka terlihat pucat," tanya Pak Rudi, salah satu tim kontraktor yang menemani Shaka meninjau lokasi proyek.
"Iya, saya sedikit demam, sepertinya akan flu. Tapi tidak apa-apa, kita lanjut saja dulu. Saya nggak apa-apa."
Belakangan ini Shaka sedang menangani banyak job, baik dari tempatnya bekerja maupun perusahaan miliknya. Sejak sebelum ke Bali hingga sekarang, dia sering sekali lembur di kantor. Hal ini membuatnya kurang beristirahat dan ditambah cuaca yang kurang bagus di masa pancaroba ini. Dia juga jarang datang ke tempat gym untuk berolahraga, sehingga kondisi tubuhnya kini menurun. Sebenarnya sudah sejak dua hari kemarin, dia merasa suhu tubuhnya sedikit meningkat dan kepalanya terasa berdenyut sakit. Namun, masih dia abaikan. Shaka jarang merasa sakit, kalaupun dia sakit maka berarti saat itu tubuhnya benar-benar membutuhkan beristirahat.
Sekitar jam sepuluh, Shaka telah selesai dengan kegiatannya. Setelah menghubungi pihak kantor, dia memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Tubuhnya butuh istirahat, agar bisa kembali fit.
Sesampai di rumah, Shaka segera naik ke kamarnya. Sebelum dia mencapai anak tangga ketiga, suara lembut seorang wanita menyita perhatiannya.
"Kak Shaka sudah pulang?"
Shaka menoleh dan mendapati Rara sedang berada dibelakangnya.
"Iya," jawab Shaka singkat tetapi wajahnya jelas menampakkan kebingungan tentang keberadaan Rara di rumahnya saat ini. Setahunya jam-jam segini hanya ada asisten rumah tangga dan satpam yang berjaga di rumah.
Rara berjalan mendekatinya lalu kembali berkata dengan nada yang terdengar cemas.
"Maaf, aku kemari karena ada barang yang tertinggal saat menginap kemarin. Aku sudah ijin kepada Syilla," jelas Rara kepada Shaka. Dia merasa tidak enak memasuki rumah seseorang tanpa ada pemiliknya di rumah.
Shaka tersenyum sambil mengangguk, tanda mengerti alasan kehadiran Rara di rumahnya.
Rara lalu lanjut bertanya, "Kakak sakit? Wajah kakak terlihat pucat."
"Sepertinya akan flu. Tenggorokanku sedikit gatal dan sakit, tetapi aku yakin setelah aku bawa istirahat pasti akan segera pulih kembali. Aku tinggal ke kamar ya? Mau istirahat."
"Ok, Kak. Semoga lekas sehat."
"Aamiin, makasih."
Shaka kembali melanjutkan langkahnya ke atas tangga. Saat hendak melangkah, Shaka kembali berbalik dan berucap, "Ra, lihat Bi Ela?"
"Iya. Bi Ela sedang di dapur membuat puding."
"Bisa tolong katakan kepadanya? Tolong bangunkan aku saat waktu salat Duhur nanti."
"Baiklah, akan aku sampaikan."
"Terima kasih." Setelah mengatakan itu, Shaka kembali melangkahkan kakinya menuju kamar.
Sepeninggal Shaka, Rara merasa bingung. Mengetahui laki-laki yang disukainya sakit, hatinya merasa cemas. Apa yang harus dilakukan? Tetap mendampingi Shaka yang sedang sakit atau kembali ke restoran? Akhirnya, dia memutuskan untuk tetap di sana sampai Shaka terbangun.
Rara bergegas memesan jasa layanan antar barang online melalui ponselnya. Dia akan mengirimkan pakaian kebaya milik sang bunda yang tertinggal saat dia diamanahi untuk mengambilkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Pernikahan Impian
Romance"Menikahimu adalah mimpiku sejak dulu. Saat mimpi menjelma nyata, ternyata bukan surga yang kupijak, tetapi laksana neraka yang aku masuki." (Azzahra Putri Adhiatama) "Terkadang kita salah menerjemahkan sebuah rasa, karena begitu tipis batas antara...