Malam nanti akan ada artis yang merayakan ulang tahunnya di restoran. Jadi pagi harinya, Rara manfaatkan untuk melakukan perawatan tubuh di klinik kecantikkan dan perawatan kulit langganannya. Baru siangnya sekitar jam dua siang, dia akan datang ke restoran. Kebetulan hari ini Shaka juga tidak memesan makan siang, karena dia sedang sibuk di tempat proyeknya.
Sudah hampir dua minggu hubungan mereka semakin dekat, beberapa kali Rara bahkan sengaja mengantarkan sendiri makan siang Shaka ke kantornya. Shaka terlihat senang dengan kehadirannya. Namun, walaupun begitu mereka tidak pernah makan siang bersama. Baik Rara maupun Shaka sama-sama tidak suka kedekatan mereka menjadi pusat perhatian banyak orang. Bahkan Syilla juga belum tahu tentang aktivitas baru mereka ini. Belum ada yang ingin menceritakan dan merasa mereka masih dalam tahap pendekatan awal untuk menggambil keputusan tetap lanjut atau cukup sampai di sini.
"Bagaimana semuanya ok?" tanya Rara begitu Heri masuk ke dapur sambil membawa beberapa piring dan gelas kotor bekas pelanggan.
"Semua aman terkendali, Chef," jawab Heri sambil mengacungkan kedua jempolnya setelah menaruh piring dan gelas kotor di tempat cucian.
Rara tersenyum puas mendengar jawaban itu. Dia tidak bisa langsung memantau keadaan di luar dapur, karena harus menggantikan chef Juna yang seharusnya shift malam ini. Dia baru saja mengalami kecelakaan saat seharusnya menuju ke restoran. Jadi, Rara menggantikan posisinya malam ini.
Restoran ini terdiri dari tiga lantai. Untuk kegiatan memasak dipusatkan di lantai satu. Terdapat sebuah lift di sana, khusus untuk mengantarkan makanan ke dua lantai di atasnya. Ruangan pribadi Rara terdapat di lantai dua. Dan lantai tiga merupakan rooftof yang saat ini seluruhnya sedang di-booking untuk acara ulang tahun artis.
Heri lalu kembali ke depan untuk melanjutkan pekerjaannya, sementara Rara mulai melepas apronnya. Dia segera keluar dapur, menuju ruangannya untuk merapikan penampilannya. Dia melihat di lantai satu suasananya cukup ramai pengunjung. Begitu sampai di rooftof, Rara melihat ada beberapa wartawan yang datang meliput acara sang artis. Rara berbincang dengan manajer artis, menyapanya dan menanyakan tentang kepuasan pelayananan yang telah diberikan restorannya.
Sekitar pukul dua belas malam, pekerjaannya baru saja selesai. Rara bersiap pulang ke rumahnya.
"Na, belum pulang?" tanya Rara saat melihat karyawannya -- Nina, yang masih ada di depan resto.
"Iya, dari tadi belum dapat kendaraan online, chef."
"Kalau gitu bareng saya saja. Di mana rumah kamu?"
"Wah, nanti malah merepotkan, Chef."
"Nggak apa-apa, lagian ini dah larut malam. Biar saya antar kamu saja."
Rara lalu membawa mobilnya menuju alamat Nina yang ternyata searah dengan rumahnya. Namun, lokasi rumah tersebut terletak di daerah perkampungan.
"Terima kasih atas tumpangannya, Chef."
"Sama-sama, saya langsung pamit pulang ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Rara kemudian melajukan mobilnya untuk balik ke rumah. Namun, ditengah jalan saat melewati area yang cukup sepi tiba-tiba mobilnya terasa bermasalah, terpaksa dia menepikannya terlebih dahulu. Dengan perasaan takut, dia keluar dari mobil. Ternyata ban belakang mobilnya telihat gembos.
Saat sedang bingung harus berbuat apa dan akan menghubungi siapa untuk meminta tolong, dia mendengar suara seseorang menangis. Disela tangisnya, terdengar juga teriakan meminta tolong. Jiwa sosial Rara lalu tergerak untuk mengecek ke arah sumber suara, karena dia juga seperti mengenal suara itu.
"Aaaaa! STOP!! JANGAN MENDEKAT!!!"
Teriakan itu terdengar semakin jelas di telinga Rara. Lalu dia juga mendengar suara tawa beberapa laki-laki.
Semakin mendekat ke sumber suara, Rara semakin takut. Dia semakin yakin suara wanita yang dia dengar mirip dengan suara seseorang yang sangat dia kenal.
"Syilla?!"
Dengan bergetar nama itu meluncur dari bibirnya yang semakin pucat karena rasa cemas dan takut yang menyergapnya seketika.
Apa yang harus kulakukan???
.
.Pengin update, tapi baru segini yang bisa ditulis... Semoga kalian suka ya 🙈😄
Jangan lupa Vote & Komen yach ... 😄
😀 Terima Kasih 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Pernikahan Impian
Romance"Menikahimu adalah mimpiku sejak dulu. Saat mimpi menjelma nyata, ternyata bukan surga yang kupijak, tetapi laksana neraka yang aku masuki." (Azzahra Putri Adhiatama) "Terkadang kita salah menerjemahkan sebuah rasa, karena begitu tipis batas antara...