BPI [67]

1.9K 154 20
                                    

"Siapa Nabi yang pernah meninggalkan umatnya dalam keadaan marah dan berputus asa sehingga mendapat teguran Allah subhanahu wa ta'ala?"

"Wah ... aku tahu, Nabi Yunus alaihissalam," jawab Rara dengan antusias dan penuh percaya diri. Ia yakin bahwa jawabannya pasti benar. "Nabi Yunus meninggalkan umatnya dalam keadaan marah dan hendak mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke laut, maka Allah menegurnya dengan memasukkan Nabi Yunus ke dalam perut ikan paus."

Shaka melengkungkan bibirnya ke atas. Ilmu agama Rara memang patut diacungi jempol. "Good."

"Oke, sekarang gantian aku. Siapa wanita yang tidak pernah haid seumur hidupnya tapi bisa mengandung dan melahirkan anak?"

"Aduuuuh ... pertanyaannya susah banget, Ra. Ini mah masuk ranahnya perempuan. Aku mana tahu, Ra." Shaka mengeluh dengan wajah memelas. Tangan kanannya mengulurkan lipstik ke arah Rara. "Aku nyerah aja, deh."

Sontak Rara tertawa. Dengan senang hati ia memberikan coretan di pipi kiri Shaka.

"Terus jawabannya siapa, Ra?"

"Wanita yang gak pernah haid seumur hidupnya tapi bisa hamil dan melahirkan adalah Fatimah Az Zahra, putri keempat Rasulullah."

"Masya Allah, wanita mulia keturunan manusia paling mulia."

"Iya, Fatimah itu dijuluki Al-Bathuul karena ketaatannya dalam beribadah yang tidak pernah putus karena beliau tidak pernah haid seumur hidupnya."

Hari ke sepuluh Shaka di rumah sakit, akhirnya dokter manyatakan ia boleh pulang ke rumah. Sambil menunggu surat dan obat-obatan siap untuk dibawa pulang, Shaka dan Rara main tebak-tebakan tentang hal yang berkaitan dengan agama dan sejarah Islam. Shaka mendapatkan tiga coretan di pipi kanan, kiri dan di dagunya sebagai hukuman karena tak bisa menjawab. Sementara itu, Rara hanya mendapatkan satu coretan di pipi kirinya saja. Begitu melihat wajah masing-masing di cermin, mereka pun sama-sama tertawa.

Begitu seorang suster masuk dan memberikan sekantong obat, hasil rontgen, dan surat dari rumah sakit, mereka mulai membersihkan wajah masing-masing dari noda coretan lipstik yang Rara bawa. Infus di tangan Shaka telah dilepas sejak dokter menyatakan ia diperbolehkan pulang. Namun, Rara melarang Shaka untuk jalan sendiri. Ia memaksa Shaka untuk duduk di kursi roda.

"Ra, beneran deh. Aku dah sembuh dan bisa jalan sendiri."

"Tapi luka di perut kamu belum sepenuhnya kering, Mas." Rara mendelikkan mata bulatnya untuk mengancam Shaka. "Kalau kamu maksa jalan sendiri, lebih baik kamu juga pulang sendiri aja, Mas. Aku gak mau nemenin kamu sampe ke rumah."

Diancam seperti itu, Shaka auto kicep. Duduk manis di kursi roda dan tak lagi membantah perintah mantan istrinya. Ia pasrah saja, Rara berbuat apa pun yang dimau karena Shaka tak mungkin bisa menang jika melawannya.

"Baiklah. Ini aku dah duduk. Yuk, sekarang kita pulang. Aku dah pengin sampe di rumah."

"Tunggu sebentar lagi. Papa Atha baru aja selesai operasi sepuluh menit yang lalu. Ini lagi siap-siap, biar kita bisa pulang sama-sama ke rumah."

"Lho, udah selesai operasinya?"

"Alhamdulillah, udah. Papa barusan ngabarin aku."

Setelah menunggu lima menit, Atha muncul dan mereka pun pulang bersama. Sudah ada supir yang menunggu mereka di pelataran parkir rumah sakit.

Begitu sampai, Zaza dan Milea menyambut senang kepulangan Shaka ke rumah. Mereka telah menyiapkan berbagai makanan dan camilan yang rencananya juga akan dibagikan kepada para tetangga sebagai wujud rasa syukur.

"Aku suka terong baladonya. Mama atau Bunda yang masak?" tanya Shaka sambil kembali menyedokkan nasi dan lauk ke mulutnya.

"Mama gak mungkin masak itu buat kamu. Mama kan tahunya, dari dulu kamu gak suka terong," jawab Zaza yang sebenarnya masih keheranan dengan selera makan putranya.

(Bukan) Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang