BPI [10]

2.1K 128 12
                                    

"Kamu yakin?"

"Kenapa mama jadi meragukanku?" Bukannya menjawab, Shaka malah balik bertanya kepada sang mama, Zaza.

Hari ini Shaka memang sengaja meluangkan waktunya untuk berbincang tentang keinginannya pada Rara dan orangtuanya. Lalu sepulang dari rumah Rara, dia meminta restu pada orangtuanya sendiri.

Saat ini Shaka, mama dan papanya sedang berada di ruang keluarga. Di sofa panjang, Shaka berbaring di pangkuan mamanya. Dengan lembut Zaza mengusap rambut hitamnya, membuat Shaka selalu merasa nyaman.

Sedangkan papanya duduk di kursi goyang yang ada di sana. Matanya fokus menatap buku yang ada ditangannya, tetapi telinganya kini justru fokus mendengarkan percakapan istri dan anaknya.

"Mama nggak mau kamu terpaksa melakukan ini hanya karena keinginan almarhumah Syilla bukan keinginanmu sendiri."

"Aku melakukan ini karena memang aku ingin. Mama tak perlu meragukan itu." Nada suaranya terdengar mantap, Shaka memang tidak suka jika dirinya diragukan apalagi diremehkan.

Zaza tertawa, ego putranya mulai tersulut. "Baiklah, mama percaya."

Akhirnya Atha menyerah, dia sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi. Diletakkannya buku yang ada di tangannya. Lalu menyesap wedang jahe yang telah dihidangkan oleh istrinya. Sedangkan Zaza masih setia membelai surai putranya penuh sayang.

Atha beranjak dari posisinya, memilih duduk di bagian sofa kosong sebelah Zaza. Menaruh gelas wedang ditangannya ke atas meja. Mencium pipi Zaza sekilas lalu menyandarkan tubuhnya senyaman mungkin di sofa sambil merangkul pundak istrinya.

"Lihat, Pah! Putra kita sudah dewasa. Dia sudah ingin menikah," tutur Zaza sambil melirik ke arah Atha yang lalu tersenyum mendengar penuturannya. "Mama kira kamu akan menjadi bujang lapuk. Mama sudah bersiap akan mengadopsi anak kecil untuk dijadikan cucu keluarga ini, tapi sepertinya akan mama urungkan. Mama akan menunggu kamu memberi cucu untuk mama saja."

Shaka tertawa kecil mendengar curhatan absurd mamanya. Dia senang ibunya bahagia mendengar kabar pernikahannya, tetapi di sudut hatinya dia juga merasa sedih. Sedih karena niatan hatinya tidak sebaik yang dipikirkan oleh orangtuanya.

"Jadi kapan papa dan mama harus menemui calon menantu kami?" Kali ini Atha yang bertanya. Dia juga ingin melihat kesungguhan putranya. Putra yang dulu sulit untuk diminta mencari pendamping hidup, lalu kini tiba-tiba dia meminta agar dilamarkan seorang gadis untuknya.

"Bagaimana kalau akhir pekan ini. Lebih cepat lebih baik kan?" usul Shaka dengan semangat hingga dia terbangun dari posisinya dan duduk menghadap ke arah Zaza. Dia tidak ingin berlama-lama.

Zaza tampak menaikkan satu alisnya, lalu tertawa kecil. Sifat Shaka memang mirip Almarhum ibunya, Kak Ayesha. Jika sudah menginginkan sesuatu maka dia akan gigih mengejarnya, tanpa menunda banyak waktu.

"Deal. Mama setuju semakin cepat hubungan kalian diresmikan semakin baik. Nanti mama akan bicarakan ini dengan bundanya Rara."

"Ternyata pintar juga kamu memilih calon istri." Atha memberikan penilaiannya.

Dia mengira selama ini putranya terlalu cuek pada wanita, nyatanya dia melirik sahabat adiknya juga. Wanita cantik dan lembut dari keluarga baik-baik, apalagi wanita itu juga jago memasak. Mampu menyenangkan suami lewat lidah dan perutnya.

"Kan anak papa," balas Shaka jemawa.

"Kamu sudah siapkan perhiasan yang akan diberikan saat lamaran nanti?"

"Belum. Menurut mama aku beli cincin, gelang atau kalung?"

"Cincin kamu tidak tahu ukurannya, takutnya nanti kurang nyaman pas dipakai. Kalung tidak terlihat sebagai penanda bahwa dia sudah ada yang punya. Bagaimana kalau gelang saja?"

"Baiklah. Besok aku akan sempatkan waktu untuk mampir ke toko perhiasan. Apa mama bisa bantu aku memilihkannya?"

Zaza tersenyum lembut, dibalik sosoknya dewasanya yang tegas, Shaka tetaplah putra yang suka bermanja-manja saat di dekatnya.

"Baiklah. Besok mama temani kamu. Atau kita mau ajak Rara sekalian? Biar sesuai dengan seleranya."

"Jangan, Mah! Jangan! Nanti nggak surprise dong."

Lihatlah, Shaka masih bisa merajuk manja? Zaza tertawa lalu mencubit pipinya gemas. Selamanya Shaka tetaplah putra kecilnya yang menggemaskan di saat-saat tertentu. Dia pasti akan sangat merindukan moment seperti ini setelah Shaka menikah nanti. Karena Shaka-nya setelah ini akan lebih senang bermanja-manja pada istrinya, tidak lagi kepadanya.

"Aduh ... sakit, Mah," protes Shaka saat Zaza malah mencubitnya.

"Habisnya mama gemes sama kamu. Kalau Rara nggak suka sama pilihanmu dan mama gimana? Jadi lebih baik kita ajak dia saja."

"Jangan, Mah! Percaya, dia akan suka apapun yang aku berikan kepadanya. Rara-kan bucin-nya aku, Mah."

Mendengar keangkuhan Shaka, sontak Zaza dan Atha tertawa bersama. Sebenarnya bukan rahasia umum, Rara memang lebih dulu menyukai Shaka. Syilla yang menceritakannya, dan dari cara gadis itu memandang putranya, mereka tahu ada perasaan lebih yang ditujukan kepada Shaka.

"Hati-hati loh, Kak. Bisa aja sekarang Rara bucin-nya kamu, tapi besok bisa aja kamu lebih bucin dari dia. Dan mama menunggu-nunggu saat itu. Kamu kan mirip papa kamu."

Zaza jadi teringat akan dirinya sendiri dan suaminya dulu. Bertahun-tahun Atha telah mencintainya sejak lama, bahkan sejak dia belum mengenal sosoknya. Atha mencintainya dalam diam, hanya menitipkan cintanya dalam doa-doanya. Benar-benar bucin kan?

Namun kini, Zaza yang tidak ingin jauh-jauh dari suaminya. Bahkan saat suaminya ada dinas ke luar kota untuk seminar ataupun kegiatan lainnya, maka dia akan senang hati mengikuti kemanapun Atha pergi. Mereka akan memanfaatkan moment itu untuk kembali berpacaran seperti dulu awal-awal pengantin baru.

"Dengerin kata mamamu. Dia bukti nyata bucin-nya papa." Atha tertawa, ikut teringat saat-saat kebersamaannya bersama sang istri. Manjanya sikap Zaza saat mereka hanya berdua, tetapi Atha sangat menyukai itu.

"Enggak akan. Enggak mungkin Mah, Pah." Atha mengelak penuturan keduanya.

"Eh?? nggak percaya dia, Pah?"

"Biarin aja, Mah. Kita lihat aja nanti."

"Enggak akan." Lagi Shaka menyangkalnya.

Bagaimana bisa dia menjadi bucin Rara, jika dia bahkan hanya menyimpan rasa berbeda dengan rasa yang Rara simpan untuknya?

.
.

Alhamdulillah,
RaSha BPI Update yach 😄

Semoga kalian suka.. 😍

Silakan tinggalkan jejak
😍 Vote & Komentar 😘

😀 Terima Kasih 😁

(Bukan) Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang