BPI [47]

2K 143 10
                                    

"Tak usah. Hentikan semua penyelidikan ini."

"Kenapa, Kak?" Harist memincingkan kedua bola matanya. Menatap tajam ke arah lawan bicaranya, yang tak lain adalah kakaknya sendiri, Rara.

Harist tak habis pikir, sudah sejauh ini dan Rara memilih menyerah?

"Aku sudah tau siapa pelakunya," jawab Rara tanpa keraguan.

"Siapa?"

"Pokoknya, hentikan semuanya."

"Are you kidding me? Katakan siapa dia, Kak. Aku akan membuatnya menerima balasan setimpal karena sudah membuat Kak Rara menderita selama ini. Katakan, Kak!"

"Demi kebaikan kita semua, kita tutup saja kasus ini. Kumohon," Rara tak sedikitpun mengubah pendiriannya.

Ancaman Yusuf tempo hari ibarat hantu yang terus membuat gelisah hatinya. Takut, cemas dan segala rasa yang sulit untuk dibaginya dengan siapapun. Apalagi sejak kemarin dirinya mendapat kabar bahwa Shaka nyaris mengalami kecelakaan di tempat kerja. Entah kenapa, Rara yakin ini ulah Yusuf.

"Penjahat itu mengancammu? Iya kan, Kak? Katakan padaku, siapa lagi yang akan dia celakai setelah ini?" tanya Harist gemas. Kedua tangannya telah terkepal sejak tadi. Dia frustasi dengan kakaknya yang lebih memilih untuk bungkam.

Rara tak langsung menjawab, tapi akhirnya dia mengangguk. "Kakak masih ada pekerjaan, sebaiknya kamu kembali ke rumah sekarang."

"Kakak ngusir aku?" tanya Haris tak percaya, Rara sepertinya memilih untuk melindungi penjahat itu, "jika dia memang sangat berbahaya, sebaiknya Kakak cerita kepadaku. Aku akan menyewa bodyguard dari agensi untuk melindungi kalian semua."

Rara bergeming. Apakah sampai harus menyewa seorang pelindung profesional? Bukankah itu terlalu berlebihan? Segala pikiran buruk memang sedang menghantuinya kini. Sebenarnya dia masih sulit untuk memutuskan pilihan tindakannya. Nyawa orang-orang yang disayanginya menjadi taruhan.

"Jika waktunya sudah tepat, Kakak akan membongkar identitasnya kepadamu. Tapi, tidak untuk saat ini." Berjalan ke arah pintu ruang kerjanya di resto, Rara berucap, "Kakak mohon pulanglah sekarang. Kakak ingin sendiri dulu."

Harist pun bangkit dari posisi duduknya. Berjalan menuruti titah sang penguasa ruangan. "Aku pulang bukan berarti aku akan diam dan menyerah begitu saja. Jika Kakak butuh sesuatu, segera hubungi aku. Aku sayang Kakak."

Erat Haris memeluk tubuh Rara yang tampak menyusut angka timbangan badannya. Entah karena morning sickness yang sedang dialaminya atau karena beban berat yang dipikulnya seorang diri. Namun, untuk memaksa pun Harist tak sanggup. Jika telah teguh pendirian, Rara terlalu sulit digoyahkan.

"Makasih, kamu selalu ada untuk Kakak. Kakak juga sayang kamu."

* * *

"Bi Inah, tolong ambilkan korek api. Lilin ini mau saya nyalakan."

"Baik, Bu. Bibi ambil di dapur dulu ya."

Malam ini dia ingin melakukan makan malam romantis bersama Shaka. Jika ada yang mengatakan bahwa cinta mampu membuat seseorang menjadi bodoh, maka Rara adalah orang pertama yang menyetujui itu. Dia merasa bodoh telah melakukan banyak hal seorang diri. Mencintai Shaka seorang diri, tanpa balasan rasa dari orang yang dicintainya. Berjuang seorang diri, tanpa bantuan dari orang yang diperjuangkannya. Mencipta harapan sendiri, tanpa dukungan sumber harapannya.

Rara tersenyum miris. Pilihannya, yakni: malam ini atau tidak sama sekali, karena baginya begitu berat mengumpulkan kebaranian yang kini tiba-tiba muncul begitu saja.

"Ini koreknya, Bu."

"Makasih, Bi. Bibi boleh balik ke dapur. Tolong bersihin perkakas yang tadi kotor pas kita masak ya, Bi."

"Baik, Bu. Semoga kencannya sukses ya, Bu."

"Amin, makasih, Bi."

Telah tersaji berbagai hidangan kesukaan suaminya di atas meja. Bukan hanya makanan, ada bunga dan juga lilin yang bertengger manis di sana. Melihat arloji yang melingkar indah di pergelangan tangannya, mungkin sekitar sepuluh menit lagi Shaka akan sampai di rumah. Sang suami telah mengabari kepulangannya beberapa waktu lalu.

"Gimana, kamu suka, Mas?" tanya Rara begitu Shaka telah duduk di hadapannya kini. Tepat sesuai dugaannya, tak lama Shaka telah pulang ke kediaman mereka.

"Kamu dah nggak mual kalo di dapur? Atau ini semua yang masak Bi Inah?"

"Alhamdulillah, udah nggak. Walaupun kalo nyium aroma bawang putih, aku masih mual, tapi selain bumbu itu yang lainnya oke-oke aja. Jadi, tadi sengaja aku pulang cepat buat masak hidangan spesial ini buat kamu, Mas."

"Ini ikan gurame?" tanya Shaka begitu melihat hidangan utamanya berupa seafood.

"Iya, itu ikan gurame bakar madu."

"Sambalnya mantap. Besok buatkan lagi yang seperti ini ya." Rara mengangguk sebagai respon.

Entah bawaan bayi atau memang selera makannya yang mendadak berubah, kini Shaka menyukai segala hal yang pedas. Walaupun bibirnya telah memerah dan sedikit bengkak karena kuatnya rasa pedas yang menyapa lidahnya, Shaka terus mencocol daging gurame dengan sambal yang tersedia hingga tandas.

Rara mengambil selembar tisu dan mengelap dahi suaminya yang telah basah oleh keringat. Shaka terlihat begitu antusias menikmati hasil jerih payahnya di dapur.

"Mau nambah lagi?"

"Nggak, aku udah kenyang. Lagian sambalnya dah habis, Ra, rasanya nggak akan senikmat tadi pas dicocol sambal."

Rara tersenyum lalu menghabiskan makanan yang tersisa di piringnya. Sementara Shaka menikmati hidangan penutupnya berupa puding aneka buah.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Rara seusai menandaskan dissert miliknya.

"Apa?"

"Bukti apa yang membuat Mas selama ini percaya bahwa aku pembunuh Syilla?"

Shaka bergeming. Tidak menyangka makan malam romantis yang disiapkan sang istri akan ditutup dengan pertanyaan seperti itu.

"Sebentar." Shaka menuju ruang kerjanya dan mengambil sebuah benda dari dalam laci mejanya.

"Ini," ujar Shaka begitu dirinya kembali duduk di hadapan Rara.

"Bukannya ini ponsel milik Syilla."

"Iya. Ini ponsel Syilla. Selama ini aku yang menyimpannya." Shaka lalu tampak menyalakan layar persegi itu dan menunjukkan sesuatu.

.
.

Alhamdulillah, BPI update yach.
Semoga suka 😍

Selalu tinggalkan jejak kehadiran dengan vote & komentar ya.

Terima kasih,
Jazakumullah khair 😙😘😚

Tegal, 21062021

(Bukan) Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang