Di dalam ruang meeting, Building Airmas Asri Shaka baru saja selesai mempresentasikan rancangan proyek barunya. Seperti biasa, dia selalu membuat yang hadir tersenyum puas dengan hasil presentasinya yang begitu detail dan cermat. Setelah menyelesaikan proyek pembangunan resort milik seorang pengusaha di Bali, kini dia mulai fokus pada proyek pembangunan perumahan elit di wilayah Kemang, Jakarta Selatan.
"Good job. Saya suka presentasinya. Saya harap proyek ini bisa berjalan lancar dan selesai tepat waktu," ucap Pak Dimas, kliennya dalam proyek ini. Saat ini tersisa empat orang yang masih berada di ruang meeting, ada Pak Dimas dan timnya serta Shaka sendirian.
"Terima kasih, Pak Dimas sudah setuju dengan desain yang saya ajukan. Insya Allah desain bangunan ini juga ramah lingkungan seperti yang Bapak inginkan."
"Iya, sama-sama. Saya selalu puas dengan desain yang dibuat oleh Pak Arshaka."
Selesai berjabat tangan, mereka keluar dari ruang meeting bersama. Pak Dimas dan timnya kembali ke kantor mereka, sementara Shaka balik menuju ke dalam ruangannya.
Shaka melihat arloji di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore dan dia belum melaksanakan salat Ashar, maka selesai manaruh bahan-bahan presentasi tadi, dia kembali keluar ruangan dan menuju mushola yang terletak di lantai dasar.
Arshaka Hamizan Erlangga, biasa dipanggil Shaka. Dia merupakan putra pertama Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi, Atharizz Hamizan Erlangga dengan Ayesha Pelangi Yusuf. Ibu kandungnya meninggal saat Shaka berusia satu setengah tahun.
Atharizz kemudian menikah lagi dengan adik iparnya sendiri, Azzahra Pelangi Yusuf. Pernikahan mereka dikaruniai dua orang anak, yakni Arsyilla Zahira Erlangga dan Arkananta Hamizan Erlangga.
Shaka menyayangi Zaza, ibu sambungnya seperti ibu kandungnya sendiri. Dia juga sangat menyayangi kedua adiknya, terutama Arsyilla, putri perempuan satu-satunya keluarga Erlangga. Sejak dulu, Shaka juga senang memanjakan Arsyilla.
Shaka kecil yang begitu lucu dan menggemaskan kini menjelma menjadi sosok laki-laki tampan dengan tubuh proporsional dan otak yang smart serta ekonomi yang mapan. Dia berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana dan magister arsitekturnya di usia 23 tahun dengan beasiswa penuh dari Singapore University of Technology and Design.
Di usianya yang sekarang menginjak 30 tahun, Shaka telah berhasil menelurkan karya-karyanya di ranah nasional dan internasional. Dia juga pernah mendapatkan gelar Finalis 2A Asian Architecture Award yang diselenggarakan oleh 2A Magazine Istanbul. Saat ini, selain bekerja sebagai design consultant di Airmas Group, Shaka juga mulai merintis perusahaan biro arsitekturnya sendiri bersama teman-teman kuliahnya.
Sayang, karirnya yang begitu cemerlang di dunia arsitektur, tidak dibarengi dengan kesuksesan kisah cintanya. Hingga sekarang, Shaka belum memiliki kekasih ataupun calon istri. Bukan dia tidak laku, sebenarnya banyak wanita yang mau dengannya, tetapi Shaka memang belum ingin terikat pada pernikahan. Dia akan merasa bersalah, jika istrinya kelak bersedih karena dinomorduakan oleh pekerjaannya. Shaka masih ingin fokus kepada karirnya paling tidak selama tiga tahun ke depan, sampai perusahaannya sendiri semakin berkembang dan maju sesuai impiannya selama ini.
Malam sudah larut saat Shaka memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Dia memang sudah memberitahukan kepada Syilla, bahwa akan terlambat pulang. Padahal kedua orang tuanya saat ini sedang di luar kota dan adik laki-lakinya Arkan juga kuliah di luar kota, tetapi dia tidaklah khawatir karena saat ini Syilla ditemani oleh sahabatnya bernama Rara. Shaka selalu merasa tenang jika Syilla sedang bersama Rara, mungkin karena mereka sudah bersahabat sejak lama.
Begitu masuk ke rumahnya suasana sepi dan gelap terasa, manandakan penghuni rumah sudah terlelap tidur. Shaka kembali melihat arloji di pergelangan tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 12 lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Pernikahan Impian
Romance"Menikahimu adalah mimpiku sejak dulu. Saat mimpi menjelma nyata, ternyata bukan surga yang kupijak, tetapi laksana neraka yang aku masuki." (Azzahra Putri Adhiatama) "Terkadang kita salah menerjemahkan sebuah rasa, karena begitu tipis batas antara...