BPI [48]

1.8K 137 20
                                    

"Iya. Ini ponsel Syilla. Selama ini aku yang menyimpannya." Shaka lalu tampak menyalakan layar persegi itu dan menunjukkan sesuatu.

Syilla
[Kak, aku punya kejutan buat Kakak.]

Rara
[Kejutan apa, Syil?]

Syilla

[Bukan kejutan dong namanya kalo aku bilang sekarang. Pokoknya Kakak tunggu aja.]

Rara
[Lah, ini aja kamu dah bilang, jadinya bukan kejutan lagi donk, hehe]

[Request ya kejutannya musti pas pergantian hari ya!!! Hehehe]

Syilla
[Okey, Kak.]

Rara
[Ih ... oke apa'an, sih? Aku cuma bercanda, langsung main oke aja. Ya udah, pokoknya aku tunggu kejutannya yach.]

Syilla

[Siap Kakakku tersayang 😘]

"Kamu yang minta dia datang tengah malam. Secara tidak langsung, kamulah penyebab semua ini terjadi." Terdengar nada Shaka yang begitu dingin dan penuh penekanan.

"Ini salah! Itu hanya candaan, Mas. Aku nggak benar-benar serius memintanya datang tengah malam. Aku--"

"Iya, bagimu itu hanya candaan. Tapi, bagi Syilla itu adalah permintaan. Dia cerita kepadaku, bahwa kau dulu juga pernah memberinya kejutan tepat di waktu pergantian hari dan Syilla ingin melakukan hal yang sama untukmu. Kalau saja, Syilla mau mendengarkan ucapanku untuk tak menganggap permintaanmu itu serius, mungkin dia masih hidup hingga saat ini."

Rara menggeleng-gelengkan kepalanya berulangkali. Rasa bersalah kembali bercokol di hatinya. Namun, seolah tersadar dia kembali mengingat tujuan awalnya memulai pembicaraan ini.

"Ak-aku minta maaf. Tapi, kumohon percayalah! Memang ada orang yang ingin mencelakai Syilla pada malam itu. Dan, bukan akulah penyebabnya. Ada yang ing--"

"Tetap saja bagiku kamulah penyebab Syilla meninggal. Kamu pembunuhnya, Ra!" kembali Shaka menyela dengan rahang yang tampak mengeras. Susah payah dirinya mencoba menahan luapan emosi yang terasa memuncak di ubun-ubun, seolah gunung berapi yang siap memuntahkan lahar panasnya.

"Nggak ... nggak, ini bukan aku, Mas. Bukan! Pembunuh itu menjebakku."

"Kamu masih menyangkal, Ra? Kalau kamu lupa pembunuh itu para preman jalanan. Untuk apa mereka menjebakmu? Untuk apa, Ra?!" teriak Shaka kencang sambil mengungkung Rara di kursi tempatnya duduk.

Shaka mengikis jarak, hingga hanya tinggal sejengkal matanya yang memerah berserobok dengan netra Rara yang mulai berkaca-kaca. Emosinya mulai terpancing keluar saat melihat sikap Rara yang terus mengelak. Baginya bukti itu begitu jelas. Sejelas antara siang dan malam.

"Me-mereka disuruh. Ada orang yang sengaja menyuruh mereka untuk mencelakai Syilla," sedikit terbata Rara mencoba menjelaskan. Sementara air matanya mulai turun membasahi bulu matanya yang lentik, lalu mengalir hingga ke pipi.

"Siapa orangnya?" tanya Shaka sambil memundurkan kembali posisinya. Duduk di tempatnya semula.

Mendengar ada yang sengaja ingin melukai Syilla, rasanya Shaka tak percaya. Adiknya seorang yang baik dan tak pernah membuat masalah dengan siapa pun. Namun, penuturan Rara barusan jelas tak bisa diabaikan begitu saja. Jika Rara hingga berani mengatakannya, pasti istrinya itu telah mengetahui sesuatu yang tidak diketahui olehnya selama ini.

"Siapa dia yang ingin mencelakai adikku?" tanya Shaka kembali dengan penuh tekanan.

"Di-dia ... dia adalah ...."

Dep!

Suasana gelap seketika menguasai pandangan keduanya. Lilin yang semula menyala sebagai hiasan makan malam romantis mereka, juga telah dipadamkan sejak pembicaraan serius itu dilisankan dari bibir keduanya.

"Nyalakan senter dari ponsel milik Syil--."

Bugh!

"Aaaa ...."

"Mas Shaka!" pekik Rara kaget sambil tangannya sibuk mencari ponsel yang telah digeletakkan di meja.

Merasakan adanya kehadiran orang lain di ruangan gelap itu, seketika membuat jantung Rara berdegup kencang. Firasatnya mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk.

Prok prok prok!

Suara tepukan tangan terdengar bersamaan dengan cahaya kecil yang menyala dari ponsel yang kini telah ada dalam genggaman tangan Rara.

"Pertunjukkan yang menarik."

Rara melihat Yusuf lah yang kini ada di dekatnya. Sementara Shaka tersungkur di lantai, tak sadarkan diri.

"Apa yang kamu lakukan?" teriak Rara sambil mendekat ke arah Shaka.

"Aku sudah memberi peringatan sebelumnya. Tapi, sayangnya kamu tak mematuhi itu. Jadi, maaf aku harus melakukan ini."

"Apa yang mau kamu lakukan? Jangan mendekat!" Rara menjerit histeris saat Yusuf tiba-tiba mendekat ke arahnya. "Bi Inah, tolo--"

Belum selesai teriakan tolong yang Rara layangkan, Yusuf segera membekap mulut dan indra penciumannya dengan kain yang telah diolesi dengan obat bius. Tak lama tubuh Rara terkulai lemas dalam dekapan Yusuf.

"Maaf Ra, aku harus melakukan ini. Aku terlalu sayang kamu. Setelah ini, kita tak akan bisa lagi terpisahkan."

* * *

"Yah, perasaan Bunda kok gak enak ya. Bunda kepikiran sama Rara," ujar Milea penuh kecemasan.

"Cemas kenapa, Sayang?"

"Entahlah, aku hanya terus kepikiran tentang Rara."

"Yaudah, sekarang kamu telepon dia saja."

"Malam ini dia bilang ingin makan malam romantis dengan Shaka. Jadi, apa nggak malah nanti mengganggu mereka?"

"Kalau Rara bersama Shaka, insyaallah dia pasti aman. Tapi, kalau kamu mau memastikan juga nggak pa-pa. Kamu telepon aja Rara."

Milea menghirup napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Mungkin suaminya benar, Rara pasti aman bersama Shaka. Jadi, sebaiknya dirinya tak mengganggu aktivitas romantis sang putri.

"Ya, Ayah benar. Sebaiknya aku percaya Rara pasti akan baik-baik saja selama dia bersama suaminya."

Rayhan menyunggingkan senyum tipis sambil membimbing tubuh sang istri untuk masuk ke dalam dekapan hangatnya.

Berada begitu dekat dengan jantung Rayhan, Milea dapat mendengar setiap detakannya. Hangat pelukan Rayhan dan teraturnya ritme degupan itu, membuat rasa cemasnya sedikit berkurang.

"Ya Allah, jagalah selalu putri hamba di mana pun dia berada, amin," doa Milea di dalam hati.

.
.

Alhamdulillah, BPI bisa kembali update.
Semoga suka dan mengobati rasa kangen kalian 😘
Silakan tinggalkan jejak kehadiran dengan vote & komentar ya 😍

Satu per satu orang terdekat mulai tumbang oleh cuaca ekstrim dan covid.
Please, kalian jaga kesehatan. Perketat prokes dan jaga imun dengan vitamin serta makanan bergizi. Semoga masa pandemi ini segera berakhir, aamiin.

Terima kasih,
Jazakumullah khair 😙😘😚

Tegal, 02072021

(Bukan) Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang