Jika ditanya moment apa yang paling membahagiakan setelah pernikahannya dengan seorang Arshaka Hamizan Erlangga, maka Rara akan lantang menjawab moment kehamilannya. Selepas menyandang gelar sebagai istri, maka menjadi ibu adalah impian selanjutnya yang ingin segera dicapai.
"Pokoknya kamu harus bisa jaga Rara dan bayi kalian baik-baik. Jadilah suami siaga!" omel Zaza kepada sang putra. Dia lalu melanjutkan, "Mama biayain kamu sekolah tinggi bukan buat jagain kantor mulu, Ka. Jangan jadi satpam di kantor sendiri."
Malam itu, Zaza sengaja berkunjung tanpa bilang kepada sang penghuninya. Niat hati hendak memberi kejutan sekaligus ingin disambut oleh anak menantunya. Namun, ternyata Zaza justru harus menunggu sang putra yang masih asyik berkencan dengan pekerjaannya. Kebiasaan lama yang sering membuat istri Atharizz itu murka pada sang anak, Si Workaholic.
Rara asyik menyimak saat sang suami diomeli oleh mamanya sendiri. Diam-diam dia mengulum senyum, kapan lagi bisa melihat sang suami yang biasanya bossy, selalu tak berkutik jika sudah berhadapan dengan sang mama.
"Iya, Mah."
"Iya-iya, jangan cuma iya aja, Ka. Nasihat Mama itu kamu dengerin dan lakuin. Nyesel kamu kalo nanti terjadi sesuatu yang buruk sama istri dan calon anakmu," seakan belum puas, Zaza masih lanjut mengomeli Shaka.
"Iya, Mah. Udah dong, jangan ngomong yang aneh-aneh. Ucapan seorang ibu itu mustajab, jadi jangan ngomong hal yang buruk deh, Mah," protes Shaka kesal.
"Mama pasti doain yang terbaik, tapi kamu itu emang harus dijewer dulu biar sadar," gemas Zaza sambil menjewer sebelah telinga sang putra.
"Auw ... Mah, sakit," gerutu Shaka sambil mengusap-usap daun telinganya yang sedikit memerah.
"Mah, aku laper. Yuk, kita makan malam," sela Rara agar suasana di rumahnya tak semakin memanas. Apalagi saat melihat wajah kuyu nan letih milik sang suami, membuat Rara tak tega.
"Duh, saking keselnya sama Shaka, Mama sampe lupa biarin menantu dan calon cucu Mama kelaparan. Maaf ya, Sayang," sesal Zaza sambil mengusap lembut lengan sang menantu.
Rara tersenyum, "gak pa-pa, Mah."
Perhatian Zaza yang penuh kelembutan membuat Rara bersyukur. Kasih sayang mama mertuanya itu turut andil membuat Rara terus mencoba bertahan bersama putranya. Juga, karena amanat Syilla yang ingin dia menjaga kakaknya. Dua hal itu membuat Rara ingin mengusahakan impian indah pernihakahannya menjadi nyata dan tak menghepaskannya sia-sia.
Di tengah makan malam bertiga, barulah Atha datang bergabung. Panggilan darurat pasien melahirkan dengan berbagai kasus kelahiran telah menjadi pemakluman rutin seluruh anggota keluarga. Begitu masuk dalam keluarga besar Hamizan Erlangga, Rara pun turut memaklumi kesibukan itu.
"Sebaiknya kalian cepat pindah ke kamar bawah aja. Kasihan Rara kalo harus naik turun tangga. Temen Mama pernah ada yang varises vagina gara-gara pas dia hamil sering naik turun tangga," pesan Zaza saat akan pamit pulang.
"Iya, Mah."
"Tuh kan, kamu cuma iya-iya aja. Awas ya, kalo pas Mama ke sini kamar kalian masih ada di atas. Mama pastikan bukan hanya kamar yang pindah, tapi lebih baik selama hamil Rara tinggal bersama Mama."
"Ok, Mamaku Sayang. Kamar kami akan segera pindah di bawah," jawab Shaka cepat dan lebih detail daripada sekadar iya saja. Dia tak mau jika harus tinggal bersama orang tuanya lagi. Bisa-bisa hidupnya yang akan terkekang setelah ini.
"Nah, gitu dong. Dan satu lagi. Mulai besok Pak Sodik dan Bi Inah suruh menginap di rumah ini aja. Biar pekerjaan rumah dan segala urusan dapur mereka yang handle."
"Tapi, Mah-,"
"Mas Shaka lebih suka masakan Rara, Mah. Jadi, nanti biar Rara aja yang masak. Lagian masak itu pekerjaam ringan dan udah jadi hobi Rara sejak dulu, Mah."
"Baiklah, Sayang. Tapi, untuk urusan bersih-bersih rumah biar mereka berdua yang handle. Trisemester pertama kehamilan itu masih riskan janin meluruh. Jadi, sebaiknya kamu bisa jaga diri dan kandungan kamu baik-baik."
"Iya, Mah. Makasih atas perhatiannya. Rara sayang, Mama."
"Mama juga sayang kamu, Ra."
Sebelum pergi tak lupa Rara dan Zaza saling mencium pipi kanan dan kiri. Bersama Rara, Zaza seperti menemukan sosok Syilla, putrinya yang telah tiada.
* * *
Brak!
Jeje datang sambil menghempaskan stopmap plastik berisi berkas. Shaka melirik tak suka ke arah sahabatnya itu.
"Gue lagi kerja, please! Kalo mau buat kegaduhan mending di luar aja," ujar Shaka sinis.
Bukannya menurut, Jeje justru semakin menjadi dengan tingkah lakunya. Ditariknya kursi di depan meja kerja Shaka dengan keras hingga menimbulkan bunyi berisik. Dengan santai dan senyum tertahan, Jeje duduk dan mendorong map itu semakin mendekat ke arah suami Rara itu.
"Gue sumpek setiap kita nongkrong wajah lo, sangar gitu. Kaya singa kelaparan butuh mangsa buat diterkam."
"Iya, gue emang lagi butuh mangsa. Dan sekarang, ada mangsa yang sedang menyodorkan diri ke kandang singa," balas Shaka sarkatis.
"Gue tahu lo masih kepikiran tentang si Sandy itu, kan? Lo masih cemburu."
"Jangan sok tahu."
"Wajar kali, kalo suami cemburu sama istri. Tapi, jangan berlebihan dan pakai logika. Apalagi sekarang istri lo lagi hamil. Jangan sampai lo salah langkah, apalagi menuduh hal yang keliru sama istri lo."
"Maksud, lo?"
"Lo ragu anak siapa yang sedang Rara kandung. Iya, kan?"
Shaka terkesiap. Asumsi Jeje tepat sasaran seperti anak panah yang tepat menancap di angka 10 pada face target.
"Itu data tentang Sandy."
Tak menunggu lama, Shaka segera membuka dan membaca isi stopmap itu seksama. Melihat betapa cepat Shaka bertindak, Jeje meletupkan tawa kecil, mengejek.
"Anak SMA?" tanya Shaka kaget.
"Yes! Lo yakin cemburu sama anak ingusan yang bahkan belum lulus sekolah? Masa benih lo kalah sama punya bocah, sih? Setelah ini maskulinitas lo, bakal gue pertanyakan," ejek Jeje sambil menaik turunkan alisnya, menggoda.
"Shut up, Je!!!" betak Shaka nyaring.
Bukannya mereda, lengkingan tawa Jeje semakin nyaring terdengar. "Hahaha ...!"
.
.Alhamdulillah, BPI kembali update 😄
Ada yang kangeeeen Rara dan Shaka gak, nih?
Semoga kalian suka part ini.Selalu tinggalkan jejak kehadiran.
Ramaikan cerita ini dengan vote & komentar kalian ya 😍
Terima kasih,
Jazakillah khair 😙😘Tegal, 26052021
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Pernikahan Impian
Romance"Menikahimu adalah mimpiku sejak dulu. Saat mimpi menjelma nyata, ternyata bukan surga yang kupijak, tetapi laksana neraka yang aku masuki." (Azzahra Putri Adhiatama) "Terkadang kita salah menerjemahkan sebuah rasa, karena begitu tipis batas antara...