BPI [52]

2.2K 154 11
                                    

Alhamdulillah, BPI kembali update.
Happy reading ...

💜

"Jadi, saudara Y menculik anda karena ada rasa yang dia punya untuk anda? Dan, saudara Y sejak lama membenci suami anda hingga membunuh adik suami anda?" Seorang polisi tampak antusias mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rara.

Saat awal menemukan keberadaan Rara, Harist telah mengatur agar polisi datang 20 menit setelah kedatangan mereka. Itu waktu yang cukup untuk bersenang-senang dengan Yusuf. Melempiaskan kemarahannya karena telah berani menyembunyikan Rara, sebelum akhirnya polisi meringkusnya.

Keesokan hari setelah pulang dari rumah sakit, Rara mendapatkan panggilan dari kepolisian. Dirinya diundang sebagai korban utama atas penculikan yang Yusuf lakukan. Selain penculikan, Shaka juga melaporkan kejahatan lain yang telah diperbuat oleh Yusuf, yaitu tragedi meninggalnya sang adik dan kecelakaan yang menimpa dirinya.

Selesai memberikan keterangan kepada pihak kepolisian, Shaka mengajak Rara untuk makan siang di luar. Shaka sengaja melakukan itu untuk memberi suasana baru bagi Rara. Setelah begitu banyak masalah yang telah mereka lalui, Shaka pun berencana mengajak sang istri liburan ke luar kota.

"Yogya? Berapa hari?"

"Tiga hari. Jadi, malam ini bersiap-siaplah. Besok pagi aku akan ke kantor dulu untuk memberikan hasil revisi desain bangunan milik Arjuna Resident, lalu setelahnya aku akan langsung menjemputmu untuk ke bandara."

Rara mengangguk, seulas senyum pun terbit di wajahnya. Setelah sekian lama, akhirnya suasana hatinya kembali membaik. Shaka yang melihat lengkungan manis di bibir sang istri pun ikut tersenyum. Dalam hati dia berjanji, tak akan lagi menyia-nyiakan kesempantan ini untuk menebus segala kesalahan yang pernah dilakukannya.

"Papa Ka!"

Mendengar suara balita yang sepertinya tak asing, sontak membuat Shaka dan Rara menoleh ke samping.

"Zi? Nisa?"

"Hai, assalamu'alaikum. Nggak nyangka bisa ketemu kalian di sini," sapa Nisa begitu posisinya hanya tinggal semeter dari meja yang Shaka dan Rara tempati.

"Wa'alaikumsalam. Ayo gabung bareng kita."

Mendapat ajakan dari Shaka, sontak membuat Nisa menyunggingkan senyuman lebar. Putrinya, Zi, pun tampak antusias sejak awal melihat keberadaan lelaki teman mamanya itu. Gadis kecil itu segera menjulurkan tangan kepada Shaka begitu jarak di antara mereka semakin menyusut.

"Mam, Papa Ka. Zi mau mam." Sejak awal, Shaka memang memperbolehkan Zi untuk memanggilnya papa.

Kembali Zi berceloteh riang sambil sambil menunjuk kucing yang terlihat lewat di luar jendela. Posisi duduk mereka saat ini memang tepat di samping jendela berukuran besar sebagai pembatasnya. Shaka pun yang kini telah mendekap erat Zi dalam pangkuannya. Nisa terus tersenyum setiap melihat kedekatan sang putri dengan teman masa sekolahnya. Terlihat Zi pun begitu menyayangi Shaka, balita itu seperti mendapatkan sosok ayah yang selama ini tak dia miliki.

"Zi kelihatan seneng banget ketemu sama kamu. Kangen dia, Ka."

Semenjak datang, Zi telah mengambil seluruh perhatiannya. Mereka larut dalam candaan. Shaka sesekali bermain cilukba atau membuat ekspresi wajahnya selucu mungkin untuk membuat gadis kecil dalam gendongannya terus tertawa.

"Oh iya, aku turut bersedih saat mendengar kejadian yang menimpa Mba Rara." Nisa lalu mengungkapkan rasa simpatinya kepada Rara.

"Ya, makasih."

Bagi Rara, kedatangan Nisa dan putrinya membuat dirinya merasa canggung. Rara menyukai Zi. Gadis kecil itu memang sangat lucu dan menggemaskan. Siapapun yang melihatnya pasti akan mudah menyayanginya. Begitupula dengan Rara, dia pun merasa sayang kepada Zi. Namun, entah kenapa di saat yang sama, dia juga merasa sedih. Melihat kedekatan Zi dengan Shaka membuatnya sedikit merasa cemburu. Ya, cemburu karena bukan putra kandung mereka yang kini sedang bercanda dengan Shaka.

(Bukan) Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang