Beberapa jam sebelumnya ...
Berita Petang:
"Saat kebakaran berlangsung pagi tadi, beberapa narapidana berhasil melarikan diri ...."Milea menghentikan aktivitasnya yang hendak mengambilkan nasi untuk sang suami. Wartawan di televisi, masih terus melaporkan berita terkini tentang kebakaran yang terjadi di Lapas.
"Mas, itu bukannya tempat Yusuf di tahan, ya? Perasaanku kok jadi gak enak ya, Mas."
Rayhan masih bergeming. Jari tangannya mengetuk-ketuk meja perlahan.
"Apa kita bisa tahu, siapa saja narapidana yang berhasil kabur pagi tadi?" lanjut Milea bertanya.
"Aku akan telepon ke lapas. Semoga saja Yusuf bukan salah satu bagian dari para napi yang kabur." Atha beranjak untuk mengambil ponselnya di kamar.
"Apa aku minta Harist buat jemput Rara aja ya, Mas?" Milea tampak berpikir. "Tapi, aku akan hubungi Rara dulu. Mastiin posisi dia sekarang di mana."
"Ya, sebaiknya kamu hubungi Rara. Tapi jangan ungkit tentang Yusuf terlebih dahulu, itu bisa membuatnya merasa cemas." Atha melanjutkan langkahnya menuju ke kamar.
* * *
"Kamu lagi di mana, Ka?"
"Aku lagi di majelis taklimnya Ustadz Salim, Mah. Kenapa?"
Sejak mengetahui Yusuf turut menjadi bagian dari empat puluh tiga orang napi yang kabur saat si jago merah melahap lembaga pemasyarakatan, Zaza merasa cemas kepada Rara. Dari sang putra, ia mengetahui bahwa lelaki itu seorang psikopat yang sejak lama terobsesi kepada mantan menantunya. Laki-laki itu juga lah yang telah membuat putrinya meninggal.
"Kamu lihat berita tentang lapas yang kebakaran hari ini, Ka? Mama barusan dapat info, kalo Yusuf kabur saat kejadian itu berlangsung. Diduga dia melarikan diri lewat tempat cucian mobil yang berada di sekitar penjara. Pas denger berita itu, mama jadi khawatir sama Rara."
Di seberang telepon, Shaka masih fokus mendengarkan Zaza meluapkan kecemasannya. Bukan ia tak tahu, tapi mengatakan bahwa ia masih menguntit Rara dengan menyewa seseorang sejak beberapa hari yang lalu, itu terdengar konyol.
"Mama ingin telepon dia langsung, tapi kamu tahu sendiri, Rara sungkan jika membuat orang lain repot apalagi membuat cemas semua orang. Dia akan berusaha terlihat baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Jadi, Mama minta tolong kamu awasin dia diam-diam aja, Ka. Pastikan dia aman sampai nanti Yusuf tertangkap kembali."
"Dia akan marah jika tahu aku masih mengikutinya, Mah. Tapi, mama tak perlu khawatir, aku telah menyuruh seseorang untuk selalu mengawasi dan melaporkan kondisinya kepadaku. Jadi, Mama tenang saja. Aku juga akan selalu mengabari Mama tentang kondisi Rara."
"Baguslah, Mama lega dengarnya. Makasih, Sayang. Walau dia sekarang sudah bukan menantu Mama lagi, dia sudah seperti putri Mama sendiri. Mama gak ingin, hal buruk terjadi padanya."
* * *
Saat itu, begitu mengetahui Yusuf kabur dari tahanan, semua orang mencemaskan kondisi Rara. Namun beberapa jam kemudian, rasa cemas itu seolah mengubah porosnya. Sejak mendapat kabar bahwa Shaka menyelamatkan Rara dan kini sedang terbaring kritis, kedua keluarga berkumpul di rumah sakit.
Air mata Zaza terus saja mengalir. Di sebelah kiri, Milea duduk sambil merangkulnya, sementara Rara duduk di samping kanannya. Rayhan telah mengajak Atha menuju mushola. Jika ada hal yang mampu mengubah sesuatu yang telah pasti seperti takdir, maka itu adalah doa. Selain ikhtiar dengan jalan operasi yang kini sedang dokter langsungkan, mereka semua tak ingin pasrah begitu saja tanpa berdoa.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Pernikahan Impian
Romance"Menikahimu adalah mimpiku sejak dulu. Saat mimpi menjelma nyata, ternyata bukan surga yang kupijak, tetapi laksana neraka yang aku masuki." (Azzahra Putri Adhiatama) "Terkadang kita salah menerjemahkan sebuah rasa, karena begitu tipis batas antara...