Empat hari hanya duduk dan berbaring di ranjang, sungguh membuat Shaka bosan. Dia ingin segera menempati kamarnya sendiri, bukan di kamar rumah sakit yang beraroma obat-obatan. Apalagi dua hari lagi bulan Ramadhan tiba. Beruntung, saat visit dokter tadi, dirinya sudah diperbolehkan pulang.
"Assalamu'alaikum."
Suara salam itu membuat Shaka dan Zaza menoleh ke arah pintu. "Wa'alaikumsalam."
"Nisa? Ayo kemari." Zaza menyambut tamu sang putra dengan keramahan.
Nisa mengangguk dan segera mendekat. Dia tak datang sendirian. Seorang laki-laki dewasa turut mengekori langkahnya sambil menggendong Ziya. Snelli putih yang dikenakan, menandakan bahwa dia seprofesi dengan Nisa.
"Papa Shaka sakit? Zi sedih, Papa sakit." Gadis kecil itu segera merengek turun ke ranjang tempat Shaka masih berbaring.
Shaka segera menyambutnya dengan senyuman tipis. "Papa udah sembuh, kok. Udah boleh pulang. Zi jangan sedih." Shaka mencium pipi gembul Ziya, lalu kembali berkata, "Zi juga harus segera sehat ya. Nanti kita main bareng lagi."
Tidak ada kondisi mengkhawatirkan dari hasil pemeriksaan EEG dan MRI Zia lima bulan lalu. Namun dua hari yang lalu, Zia kembali kejang dan kembali harus dilarikan ke rumah sakit. Itu info yang Shaka dengar semalam dari Papanya.
"Ok. Zi kangen main sama Papa Shaka." Zi mengangguk dengan penuh antusias dan menoleh ke arah laki-laki yang tadi menggendongnya. "Zi, kapan boleh pulang, Om?"
"Secepatnya, Zi boleh pulang. Tapi, sebelum itu boleh Om minta Zi panggil Om dengan panggilan Ayah?"
Semua yang ada di sana jelas terkejut. Namun, Nisa telah memahami lelaki itu. Lelaki itu sedang menunjukkan kepemilikannya terhadap Nisa dan Ziya. Jadi, saat Zi menoleh ke arahnya, seolah bertanya apa yang harus dilakukan, maka Nisa segera mengangguk.
"A ... yah?"
"Iya, panggil dengan Ayah Esa."
"Ayah Esa."
"Good, Sayang. Ziya memang anak yang pintar." Lelaki bernama Esa itu mengelus lembut kepala Ziya.
"Jadi, anda Dokter Esa?"
"Iya, mungkin sebelumnya anda pernah mendengar tentang saya dari Nisa. Namun, baru sekarang akhirnya kita bertemu. Saya dokternya Ziya. Dan, sebentar lagi akan segera menjadi ayahnya Ziya." Esa terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jasnya. "Ini undangan pernikahan kami. Kami harap Ibu bersama Pak Atharizz, serta Pak Arshaka bisa datang menghadirinya."
Namanya Mahesa. Dia bukan dokter anak, melainkan Dokter spesialis neurologi anak.
"Wah, ini kabar bagus, Nis. Ternyata kamu akan segera menikah. Tante doakan semoga segala urusannya lancar hingga hari-H pernikahan."
"Makasih, Tante."
"Selamat, Nis. Aku turut berbahagia mendengarnya." Shaka lalu mengalihkan pandangannya ke arah Dokter Esa. "Selamat, Dok. Saya harap Dokter bisa selalu menjaga dan membahagiakan Nisa dan Ziya selamanya."
"Insya Allah, Pak Arshaka."
Sementara Zaza mengajak Ziya bermain di taman yang tepat berada di samping kamar rawat Shaka, kini Shaka, Nisa dan Esa mengobrol bersama.
"Aku benar-benar minta maaf karena kejadian itu, Rara pergi meninggalkanmu." Raut penyesalan, tampak mengelayut jelas di wajah ayu Nisa.
Kedekatan hubungan Nisa dengan Esa sebenarnya telah berlangsung tiga bulan sebelum kejadian itu. Namun, Saat itu hubungan keduanya sedang tak baik, sehingga Nisa enggan meminta bantuan kekasihnya. Yang ada dipikirannya saat itu selain Esa adalah Shaka. Shaka akan bisa menolongnya. Namun tak disangka, hal itu justru memicu kepergian Rara dari sisi Shaka. Hal ini diketahui Nisa, saat dirinya berbincang dengan Dokter Atharizz, ayah Shaka.
"Jika butuh bantuan apa pun itu, jangan sungkan menghubungiku. Aku akan menjelaskan semuanya kepada Rara, bahwa kita tak memiliki hubungan apa pun selain hanya sebagai teman."
Shaka mengangguk tanpa membalas ucapan Nisa. Baginya, Nisa tak sepenuhnya salah. Dirinyalah yang lebih bersalah dalam hal ini. Dia sengaja menggunakan kedekatannya dengan Nisa untuk membuat Rara cemburu. Saat itu menyakiti fisik Rara saja rasanya tak cukup, Shaka pun berusaha melukai hatinya lebih dalam. Dan kini, dirinya sungguh menyesal. Shaka merasa telah terbakar api yang disulut oleh dirinya sendiri. Hancur lebur tak bersisa seperti abu, sehingga rasanya kematian lebih baik daripada kehidupan tanpa Rara di sisinya.
"Oh ya, bagaimana kondisi Ziya sekarang?" tanya Shaka berusaha mengalihkan.
"Dia masih terus dalam pengawasan dan harus terapi dengan obat selama dua tahun tanpa henti." Nisa tampak berkaca-kaca saat mengatakannya.
"Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk Ziya. Semoga dia bisa lekas sehat kembali."
"Terima kasih."
* * *
"C'mon, Papa dah janji akan memberitahuku kabar tentang Rara jika aku pulang bersama kalian." Karena kesal papanya terus mengulur waktu memberitahu tentang kondisi Rara, Shaka tak sadar telah meninggikan nada bicaranya satu oktaf. Ini sudah tiga hari sejak dirinya pulang dari rumah sakit, tapi Atha seolah tak ingin merealisasikan ucapannya.
"Ya, Papa ingat. Tapi sebelum itu, Papa ingin mengenalkanmu dengan seseorang," balas Atha tenang. Emosi putranya memang belum stabil, jadi dia tak ambil pusing. Api tak harus dilawan dengan api, justru harus disiram air hingga padam.
"Siapa?"
"Baru besok kita akan bertemu dengannya. Jadi, belajar bersabarlah. Besok kita akan buka puasa bersama dengannya."
Menunggu itu menjengkelkan, tapi memang sepertinya dia masih harus bersabar. Kini dia semakin penasaran, siapakah sosok yang ingin dikenalkan oleh papanya.
"Baiklah. Tapi, setelah itu papa harus segera beritahu tentang keadaan Rara."
Atha tak menjawab, dia hanya mengangguk dan mengacak rambut putranya dengan sayang.
.
.Alhamdulillah, BPI update menemani malam minggu kalian.
Oh iya, kemarin ada yang tanya Atha turun ranjang sama Zaza? Terus, adiknya Rara (anak kandung Rayhan & Milea) tuh Hanif apa Harist, sih?
Jawabannya, iya dan benar. Atha itu turun ranjang. Sebelum menikah dengan Zaza, Atha pernah menikah dengan kakaknya Zaza, Ayesha.
Adik Rara itu kembar, Harist dan Hanif. Kisah Rara kecil bisa dibaca di ceritaku yang judulnya "Selective Love" & kisah Atha kecil bisa dibaca di cerita "Pelangi yang Sama". Yang penasaran, silakan mampir di kedua ceritaku itu. Happy reading.Back to BPI. Kira-kira penasaran gak nih, siapa sih yang mau Atha kenalin ke Shaka? Tunggu terus kelanjutan ceritanya ya.
💜❤💜
Terima kasih untuk selalu vote & komen di cerita ini.
Jazakumullah khair
❤💜❤Tegal, 11092021
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Pernikahan Impian
Romance"Menikahimu adalah mimpiku sejak dulu. Saat mimpi menjelma nyata, ternyata bukan surga yang kupijak, tetapi laksana neraka yang aku masuki." (Azzahra Putri Adhiatama) "Terkadang kita salah menerjemahkan sebuah rasa, karena begitu tipis batas antara...