BPI [59]

2K 156 8
                                    

Assalamu'alaikum,
Alhamdulillah kisah Rara & Shaka kembali update yach ...

Happy reading 😍

.
.

From Maisha:
Berkas ok. Tinggal nunggu surat panggilan dari pengadilan agama.

Aku tau kamu masih ragu, Ra. Istikharah lagi ya, mumpung masih proses.

Yassarallah, semoga Allah memudahkan segala urusanmu, aamiin.

Kembali Rara membaca pesan yang Maisha kirim sejak dua hari yang lalu. Entah Maisha yang sedang sangat perhatian atau dirinya yang terlalu ekspresif, sehingga dengan mudah gundah hatinya terendus oleh sang sahabat.

Menutup room chat Maisha, Rara lalu membuka room chat dengan adik iparnya, Arkan. Tangannya dengan cepat menggulir tombol untuk menyematkan sebuah gambar, lalu ditutup dengan sebuah informasi.

Arkan:
Tolong amankan ya, Kak. Besok aku ambil ke rumah Kak Rara.

Rara:
Nanti Kakak kirim aja ke alamat kamu, biar gak bolak-balik.

Arkan:
Gpp. Aku belum sampe di Jakarta, kok. Ini masih nginep di rumah temen. Kebetulan masih di kota yang sama.

Rara:
Oke. Kabarin kalo dah sampe.

Arkan:
Siap!

* * *

Hujan yang turun sejak dini hari hingga subuh tadi, meninggalkan dingin yang setia memeluk tubuh. Sambil mengeratkan cardigan yang membungkus tubuhnya, Rara melangkah cepat menuju sebuah bangunan yang sejak beberapa bulan ini akrab disambanginya. Tak lupa kedua tangannya, sibuk menjinjing bahan praktikum funcooking untuk hari ini. Anak-anak pun segera menyambut, begitu sosoknya terlihat memasuki sebuah ruangan.

Dia hanyalah guru pengganti sementara, bukan guru tetap di sekolah PAUD itu. Dan sebuah keberuntungan, sejak dua bulan yang lalu Rara diminta mengajar di sentra memasak. Sentra yang begitu sesuai dengan passion-nya.

"Hari ini kita mengenal jenis buah-buahan ya." Rara mendekati poster aneka buah yang terpasang di tembok. "Ada yang tahu ini buah apa?"

"Durian."

"Itu durian, Kak."

"Oh ... itu buah durian."

Anak-anak yang mulanya hening, kini saling melemparkan jawaban atas pertanyaan yang Rara ajukan. Sebagian ada yang tahu, ada yang ragu-ragu, dan ada pula yang memang belum mengetahuinya.

"Benar, ini buah durian. Buahnya bulat, dengan kulit yang berbentuk seperti duri-duri tajam dan baunya sangat khas dan menyengat." Rara lalu menunjukkan salah satu buah yang tadi dibawa olehnya. Anak-anak pun terlihat girang untuk mendekat ke arahnya. Mengamati buah yang baunya semakin menguar luas, memenuhi ke seluruh ruangan.

Durian merupakan buah musiman. Tidak selalu ada jika memang bukan musimnya berbuah. Jadi, saat musim durian seperti sekarang, Rara tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengenalkan buah ini kepada anak didiknya.

"Kita lanjut ke gambar selanjutnya ya. Kira-kira ini buah apa ya?" Lanjutnya sambil menyingkirkan buah durian tadi ke belakang tubuhnya. Kembali anak-anak merasa antusias saat menjawab. Selesai dengan perkenalam beberapa jenis buah-buahan lain yang lebih umum--sering dilihat di sekitarnya sepertinya jeruk dan apel. Rara lalu mengajak mereka membuat jus dari aneka buah yang dibawanya. Tepat pukul 9.30 bel istirahat berbunyi dan seorang gadis muda berjilbab biru menghampiri Rara.

(Bukan) Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang