BPI [8-b]

1.7K 130 2
                                    

Bugh!

Shaka meninju seorang preman tepat di pipi sebelah kirinya, hingga dia tersungkur ke tanah. Satu lawan tiga, memang tidak seimbang, tapi Shaka berusaha mengimbangi, bertahan lalu menyerang.

Mengetahui adiknya keluar tengah malam untuk memberikan kejutan di hari ulang tahun Rara, Shaka merasa cemas. Adiknya wanita, tidak aman dia keluar sendiri tengah malam seperti ini. Shaka yang saat itu sedang berada di Bandung, dia segera meluncur balik menuju Jakarta.

Shaka melacak keberadaan Syilla dari alat pelacak yang memang sudah dipasangnya di ponsel milik adiknya. Dia terlalu menyayangi Syilla, sehingga dengan segala cara dia berusaha melindungi Syilla, salah satunya dengan keberadaan alat pelacak itu. Dan benar dugaannya, Syilla sedang dalam bahaya saat dia menemukannya. Dia menemukan keberadaan Rara juga di sana.

Seeorang preman yang dipanggil Bos, semakin maju ke arah Shaka. Dia meraih kerah kemaeja Shaka lalu meninjun dadanya dan menendang perut Shaka dengan lututnya. Shaka mundur beberapa langkah sambil memegangi dada dan perutnya. Dia berdecih, darah segar keluar dari mulutnya.

Lalu Shaka kembali maju. Bermodal ilmu bela diri yang dimilikinya, dengan gerakan kilat Shaka menumpukan satu kakinya, memutar tubuh sambil melayangkan tendangan pada seseorang preman dengan kekuatan penuh sehingga preman itu tersungkur.

Pertarungan keempatnya semakin sengit terjadi, hingga tiba-tiba salah satu preman menjauh dan menuju ke arah Syilla dan Rara yang sedang berlindung saat ini.

"Ap ... apa yang mau kau lakukan?" dengan terbata Rara bertanya. Tangannya meraih bambu bekas yang tergeletak di dekatnya, mengacungkannya ke arah preman.

"Menyelesaikan misi. Manis juga ternyata." Rara mengernyit bingung, misi? Misi apa? Rara melihat mata preman itu melirik Syilla lalu kini terfokus kepadanya.

"Jangan mendekat!" Kini Syilla yang berteriak. Dia melirik-lirik ke bawah mencari-cari sesuatu yang juga bisa dijadikan senjata olehnya. Dia hanya menemukan batu kerikil, yang kemudian diambilnya untuk melempari preman itu agar menjauh dari jangkauannya.

Namun, sekeras apapun kedua wanita itu melawan, kekuatan mereka tidak sebanding. Syilla tersungkur di tanah setelah pipinya ditampar keras oleh seorang preman.

Rara menoleh terkejut, dia berusaha membantu Syilla yang terjatuh, tapi hal itu justru dimanfaatkan sang preman untuk menarik jilbab yang dipakai Rara hingga terlepas sempurna. Bukan hanya jilbab, tunik yang dipakainya juga meninggalkan bekas robekan yang menampilkan punggung putih Rara.

Rara terkejut, dia segera membalikkan badannya. Netra coklatnya lalu bertemu dengan netra preman itu yang mulai menggelap. Membuat Rara semakin ketakutan. Kakinya sepersekian detik seolah terkunci, tidak bisa melangkah dari sana. Gelungan rambutnya terlepas, sehingga surai panjang itu berderai, tertiup angin malam.

Begitu tersadar, Rara berusaha mengambil jilbabnya yang terjatuh di tanah. Namun sebelum dia bisa meraihnya, preman itu justru merebutnya dan melemparnya menjauh dari jangkauannya. Dengan gerakan cepat, preman itu berusaha meraih tangan Rara dan menariknya hingga tubuh keduanya menyatu.

Preman itu menyeringai seram membuat Rara semakin takut. Si preman berusaha menjambak rambut Rara dan meraih bibirnya untuk dia nikmati. Laki-laki itu berusaha melakukan pelecehan kepadanya.

Melihat kondisi Rara, Syilla segera bangkit dan mengambil bambu yang tadi dipegang Rara lalu memukulkannya kepada si preman yang terlalu fokus memandangi wajah cantik Rara.

Bugh!

Pukulan itu tepat mengenai leher belakang si preman, tapi ternyata tidak mampu membuatnya tersungkur. Tenaganya terlalu kuat.

(Bukan) Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang