Emma mulai menutup matanya. Lalu membalikkan badannya ke sisi. Ia menghela nafas dalam, lalu mulai bernyanyi.
"I was listening to the ocean."
Ms. Ronan melebarkan pandangannya.
"I saw a face in the sand... But when I picked it up, then it vanished away from my hands," senandungnya lembut. "Down..."
Ms. Ronan dibuat merinding olehnya.
"I had a dream I was seven," ucapnya membalikkan badan menghadap panggung. Ekspresinya begitu bahagia. "Climbing my way in a tree." Tangan Emma memanjat dan kepalanya mendongak. Sorot matanya penuh harap.
"I saw a piece of heaven waiting impatient for me," lanjutnya haru. Lirikan matanya sampai ke dalam mata ketiga guru di depannya.
"Down..." Matanya menatap lurus.
Taylor terkesiap karena merasa bulu kuduknya meremang.
Sorot mata itu...
"And I was runnin' far away, would I run off the world someday?" Ekspresinya berubah lagi, Emma mulai berlari pelan ke arah kanan panggung dan menggerakkan tangannya seperti mencari. Ia tampak bingung.
"Nobody knows... nobody knows.." kepalanya menggeleng tak percaya, tangannya menyentuh kedua pelipisnya. Ia berbalik dan berjalan cepat, lampu mengikuti langkahnya.
"I was dancing in the rain," Emma berlakon seolah menjelaskan sesuatu. "I felt alive and I can't complain.." ucapnya menuntut namun tetap menjaga nada yang dinyanyikan.
"But now take me home... take me home where I belong..." wajahnya berubah panik.
Emma menggeleng lagi, ekspresinya terpukul. "I can't take it anymore......!" lirihnya kencang.
Mr. William mengusap kedua lengannya merinding.
"I was painting a picture," ujar Emma menunduk hingga dagunya menyentuh dadanya.
"The picture was a painting of you andfor a moment I thought you were here, but then again, it wasn't true..." Ia tampak seperti gadis yang baru saja dibebaskan dari penjara. "Down..." ucapnya kecewa dengan mata yang misterius.
"And all this time I have been lyin'!" Emma membalik sekaligus, kini penuh amarah, "Oh, lyin' in secret to myself!" Telapaknya mengepal, memukul-mukul dadanya.
"I've been putting sorrow on the furthest place on my shelf." Tangannya menunjuk-nunjuk lantai panggung di bawahnya.
Lampu di atasnya menyorot siluet dirinya yang begitu menawan.
Setiap kalimat membuat ekspresinya berubah drastis. Ia menunjukkan semua kemampuan beraktingnya seiring lirik berganti. Marah, kesakitan, puas, sedih, gembira, hingga eskpresi jahat.
Taylor tersenyum bangga. Tak menyangka bahwa Emma bisa melakukan casting dengan cara yang begitu berbeda. Suaranya seperti menghipnotis telinga Taylor. Lelaki itu tak mengalihkan pandangannya dari gadis itu barang sedetik pun. Ia benar-benar menikmati pertunjukkan mendadak itu. Emma berhasil mencuri hatinya.
Hingga akhirnya, Emma sampai pada penampilan terakhir. Raut mukanya begitu damai dengan tetesan air mata membasahi pipi mulusnya.
"Now take me home.. Home where I belong...I can't take it anymore..."
Lampu pun redup.
Taylor, Ms. Ronan dan Mr. William langsung memberikan standing ovation. Ms. Ronan berkaca-kaca, menghela nafas berkali-kali. Mr. William menggeleng takjub ketika Emma membungkuk untuk mengakhiri penampilannya. Taylor tak berkedip, telinganya masih menangkap jelas senandung Runaway yang dinyanyikan muridnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE VALUER [COMPLETED]
General Fiction🎨WAKE ME UP WHEN I SLEEP 2 🎨 Seorang guru seni lama bernama Mr. Taylor yang baru saja menyelesaikan studi strata duanya kini datang untuk mengajar kembali. Kehadirannya sangat membawa keuntungan bagi sekolah. Salah satunya membuka kembali Klub Tea...