Papers

24 8 0
                                    

Emma dan Alex melewati pagar rumah. Sebuah mobil hitam Mercedes terparkir di pekarangan. Alex mencoba mengingat plat mobil yang tertempel. Namun kepalanya terlalu pusing untuk mendapati siapa gerangan yang memiliki mobil itu.

"Siapa yang datang, ya?" gumam Alex. Emma berpegangan ke tiang untuk menghentikan roda disepatunya. Mereka berdua membereskan sepatu sambil terus bertanya-tanya apakah siapa yang datang sore-sore begini. Mereka mengira mungkin rekan kerja Miller.

"Mobilnya seperti pernah lihat," ujar Emma, Alex mengangkat bahu. Mereka tidak memiliki klu sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah.

Alex membuka pintu perlahan, didapatinya Miller dan Robert sedang duduk di ruang tengah bersama seorang wanita yang membelakangi pandangan Alex.

"Kita masuk," bisik Alex kepada Emma yang berada di belakangnya.

Pintu terbuka lebar, Miller menengadah. Matanya menyorot tak percaya dua anak yang tiba-tiba datang tanpa suara ke dalam rumah.

"Alex, Emma," ujar Robert. Kertas-kertas berserakan saat ia berdiri. Emma menyipitkan mata, kertas tersebut tampak tak asing baginya.

 Emma menyipitkan mata, kertas tersebut tampak tak asing baginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya. Ia menyadari kertas-kertas itu didominasi oleh coretan berwarna hitam.

Gambar-gambar miliknya.

Emma langsung berlari ke ruang tengah, berusaha memungut kertas-kertas itu dari atas karpet.

"Siapa yang mengizinkanmu untuk membuka ini semua?" tanya Emma dengan bergetar tanpa mendongak kepada Miller ataupun Robert. Alex yang mendapat firasat tidak beres ikut mendekat. Kelopaknya melotot saat menunduk melihat semua gambar-gambar itu.

"Emma, gambarmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Emma, gambarmu..." lirih Alex, hendak membungkuk untuk ikut membereskan.

"Ternyata kau sudah tahu, Alex," kata Robert. Alex kembali berdiri.

"Iya," katanya mantap. "Kenapa?"

Robert mengernyitkan dahi. "Kenapa kau menutupinya dari kami semua?"

"Apa salahnya?" tanya Alex balik.

"Lalu bagaimana dengan yang ini?" Robert mengangkat sebuah amplop besar dengan tulisan Effingham Psychiatric Hospital. Alex menatap dengan tak percaya.

HAUTE VALUER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang