Perbincangan Yang Menyenangkan

25 4 0
                                    

"Pulang sekolah aku mau pergi," kata Alex di kelas sejarah. Emma yang sedang mencatat menggerling sekilas.

"Main?" tanyanya.

"Yap. Pergi main maksudku," kata Alex. Tangannya tak bergerak untuk menulis. Ia terus menatap Emma tanpa henti, seperti menunggu izin darinya.

"Pergi saja, Alex. Aku bisa pulang sendiri kok," jawab Emma. Ia sudah mulai terbiasa Alex pergi bermain lebih sering akhir-akhir ini. Entah apa yang anak itu lakukan bersama teman-temannya di luar sana. Ia yakin Alex tidak akan berbuat macam-macam.

Alex menganggukkan kepalanya lemah. "Baik."

Emma menoleh. "Mau main kau lemas begitu?" tanya Emma ramah.

Alex memaksakan diri untuk tersenyum. "Kau pulang jangan sendiri. Tunggu saja Logan atau Robert pulang kerja. Kalau perlu diam dulu di sekolah-dan jangan sendirian. Pokoknya jangan pulang sendiri," ucap Alex.

"Enjoy saja waktumu bersama teman-teman. Lagian kau jangan khawatir begitu. Aku bisa jaga diri, kok. Kau lupa kah aku pernah ikut karate waktu umur 10 tahun?" tantang Emma.

"Aku yakin kau sudah lupa juga," kekeh Alex. Ia mulai menulis sambil berbincang.

"Ya memang tidak segitu ingat, sih. Tapi Tuhan pasti melindungi, kok."

Perkataan Emma selalu membuat Alex tenang. Bergantung kepada Tuhan memang jawaban yang paling pas.

Mereka keluar dari kelas sejarah dan langsung membubarkan diri. Alex berpapasan dengan Angela yang berkata dengan keras, "See you!!"

Emma ikut melihat gadis itu. Ada Angela juga? Emma tidak tahu Alex suka main dengan perempuan. Apakah baru pertama kali saja? Ah, Emma merasa tidak ada hak untuk bertanya. Alex yang mulai tumbuh dengan dunianya membuat Emma semakin sedikit bertanya.

"Kau sudah menghubungi Robert?" tanya Alex.

"Kukira kau yang sudah menghubunginya," sahut Emma sambil mengerutkan dahi.

Alex mengusap tengkuknya. "Aku.. tidak sempat."

Emma mengangkat alis dan tidak pikir panjang ia mengirim pesan pada Robert. Kakak laki-laki paling lembut itu tidak membalas selama Emma menunggu beberapa menit. Ketika mendongak, Alex sudah menjauhkan diri darinya sambil melambai bersama teman-temannya.

Emma tersenyum tipis, lalu menyingkir dari koridor dan memilih duduk di sofa di dekatnya. Ia memainkan ponsel, instingnya mengarahkannya untuk melihat-lihat folder khusus foto Alex di galerinya. Ia melakukannya karena ingin melakukannya. Tidak ada alasan lain selain merasa.... agak rindu.

Waktu berlalu dan Emma terus memainkan ponselnya sampai matanya merasa lelah. Ia mengucek matanya yang agak kering dan memeriksa chat dengan Robert. Ia baru saja membalas.

Robert
Aku baru bisa menjemputmu jam 5.
Aku janji akan datang tepat waktu.

Emma
Oh ya aku akan menunggu di sekolah.

Robert
Jangan menunggu di gerbang luar.
Di area dimana banyak guru di sana.

Emma melihat sekitar. Sudah sedikit murid. Hanya Student Council dan TDC yang masih berlalu lalang. Seketika ia ingat Tom ketika ia masih memakai kain merah di lengannya.

Emma menyingkirkan kenangan itu dan melirik ruang guru tak jauh dari posisi Emma. Pintunya masih terbuka lebar. Tampak masih ada kegiatan yang ramai di sana.

Emma
Tenang saja.
Aku duduk dekat ruang guru.

Robert
Bisa lebih dekat lagi?

HAUTE VALUER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang