Emma sudah berdiri di pintu masuk kafetaria. Orang-orang berlalu lalang di sebelahnya. Ia mencari keberadaan Edward. Tak lama, Alex mengangkat tangannya dari salah satu bangku. Emma langsung datang menghampiri.
"Hai," sapa Emma.
Edward yang sedari tadi membelakangi mulai menoleh padanya. Emma duduk di antara Alex dan Edward di sebuah meja persegi. Alex mendorong sekotak lasagna kepada saudaranya.
"Dari Edward," kata Alex sambil mengangkat alis melirik Emma dan Edward bergantian.
Emma masih bingung dengan apa yang terjadi. Di depan Alex ada sekotak lasagna lain, tampak lebih merah dari miliknya.
"Thanks, Ed," ujar Emma agak tersipu.
"You're welcome guys," jawab Edward.
Emma merasa canggung untuk memulai percakapan lagi. Alex dan Edward saling berhadapan di depannya. Mereka berdua tampak biasa saja, seolah tidak pernah mempermasalahkan apa pun.
"Ayo dimakan," kata Alex. Ia pun mulai berbincang seru bersama Edward. Emma melirik mereka berdua penasaran. Mengapa mereka bisa berubah dalam sekejap?
Emma mendapati ada kehangatan dalam sorot mata Edward. Alex terus bercerita soal video game dan sejenisnya. Edward sesekali melirik Emma yang terus termenung.
Tapi memang itulah yang terjadi. Ini adalah pertemuan pertama mereka bertiga setelah sekian lama. Edward terus mengobrol ramah bersama Alex yang tampak meresponnya dengan sangat baik. Emma merasakan sensasi bahagia di dalam hatinya. Melihat saudara dan temannya yang mulai akrab membuatnya lebih tenang.
Emma kira, mereka akan bertengkar dan membicarakan hal-hal mengenai dirinya. Namun mereka hanya menunjukkan keakraban tanpa kecanggungan sedikit pun.
Dan ternyata benar saja. Setelah berpisah ketika jam masuk kembali berdentang, Alex bercerita Edward sudah meminta maaf kepadanya.
"Aku juga kaget setengah mati," kata Alex. "Awalnya aku curiga dia akan berkata macam-macam. Tapi ternyata yeah.... Sesuatu telah berubah."
"Kau masih akan melarangku untuk berteman dengannya?" tanyaku.
Alex berdeham pelan. "Jika sikapnya kepadaku terus baik seperti itu, aku juga mau jadi temannya."
Pikiran Emma melayang kepada Farrah dan kawan-kawan. Jika hubungannya bersama Edward membaik, maka mereka semua akan kembali bersatu menjadi sahabat.
Ah, tapi memangnya mereka masih mau berteman denganku? Bagaimana dengan Katherine?
Emma menghela nafas.
"Ada apa?" Alex penasaran.
"Tidak. Aku hanya berharap bisa berteman lagi dengan Farrah dan yang lainnya setelah ini," jawab Emma jujur.
Alex mengangguk. "Semoga semua membaik ya. Yasudah. Aku mau ke kelas dulu. Daaah!"
Mereka berdua berpisah di persimpangan koridor. Alex mendatangi kelas biologinya, sedangkan Emma menuju kelas bahasa Inggris.
Tak lama, seseorang menghampiri Emma dari belakang. Tangannya menghalangi wajah Emma. Persis di depan matanya, sebuah tangan menggenggam kertas putih yang sudah digulung.
Emma langsung berbalik dan Josh si Gaston tengah menatapnya sambil tersenyum. Emma agak terkejut, pasalnya posisi mereka begitu dekat. Ia pun sedikit melangkah mundur.
"Josh?"
Josh tersenyum semakin lebar. "Maaf sudah membuatmu kaget. Uhmm.." ucapnya sambil menunduk memainkan gulungan kertas di tangannya. "Aku... Ingin kau menerima kertas ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUTE VALUER [COMPLETED]
General Fiction🎨WAKE ME UP WHEN I SLEEP 2 🎨 Seorang guru seni lama bernama Mr. Taylor yang baru saja menyelesaikan studi strata duanya kini datang untuk mengajar kembali. Kehadirannya sangat membawa keuntungan bagi sekolah. Salah satunya membuka kembali Klub Tea...