Perubahan Edward

23 9 0
                                    

Gosip itu menyebar luas dalam sehari. Alex benar-benar malu, tapi ia tak sanggup menceritakannya kepada Miller. Ia pasti akan sangat khawatir.

"Kalau kau pengen cerita ke Miller atau Albert tak apa," kata Emma sembari membereskan buku-bukunya ke dalam tas.

Kelas telah sepi. Tinggal mereka berdua yang ada di sana. Alex murung, tak ada gairah dari raut wajahnya. Seharian ini orang-orang meneriakkan gay ke arahnya. Walaupun tak semua, tetapi setiap Alex datang ke satu sudut sekolah, pasti saja ada yang berbisik-bisik ke arahnya. Alex malu, sekaligus takut apabila ada guru yang mengetahui gosip ini.

"Conan dan Finn sepertinya dendam sama kita." Ucapan Alex menghentikan kegiatan Emma meresleting tasnya.

Emma pun memikirkan hal yang sama. Ia memiliki prasangka aneh soal ini.

"Menurutmu... Apakah mereka sengaja memfitnahku?" tanya Alex. "Emma, sejauh ini aku tahu Jude memang ingin berteman denganku. Tapi asal kau tahu. Setiap aku berdiskusi tentang soal matematika yang ia belum bisa, Jude pasti selalu menatapku tak suka."

Emma yang asalnya berdiri dan siap untuk pulang, duduk kembali di bangkunya. "Alex, bukannya aku ingin berpikir macam-macam juga soal ini. Tapi, asumsiku juga bilang begitu," kata Emma. Alex menengadah. "Pertama, aku agak aneh dengan Jude yang tiba-tiba memelukmu, tapi sempat terfoto oleh Harry. Bagaimana Harry bisa ada di sana?"

"Entah, Emma. Setahuku di toilet sedang tak ada siapa-siapa. Hanya aku dan dua bilik yang tertutup. Yang di tengah, ada Jude," jelas Alex.

"Nah foto itu diambil dari dekat pintu keluar restroom. Mungkin kamu gak sadar ada orang di sana," kata Emma.

"Ya, sepertinya begitu. Karena aku refleks mendorong Jude menjauh. Tapi ia malah menarik kerahku dan memukul perutku," lanjut Alex. Alex langsung menangkap wajah Emma yang diliputi rasa khawatir lagi. "Tenang saja, dia memukulku juga tak terlalu dalam."

Emma tersenyum simpul. "Aneh, Jude seperti sengaja menarik kerahmu. Aku tak tahu."

"Conan dan Finn pasti ada di balik semua ini. Mereka tiba-tiba datang saat kita bertemu di dekat tangga. Hati-hati ya Emma. Aku tak mau menakutimu tapi Conan dan Finn seperti merencanakan sesuatu terhadapmu. Aku minta maaf," ujar Alex, kepalanya menunduk.

Emma menyentuh tangan Alex dengan lembut. Siapa lagi kalau bukan dirinya yang menguatkan saudaranya itu. "Tidak. Kau yang harus berhati-hati," ucapnya lembut.

Alex mengangguk, tersenyum. Ia merasa lebih tenang setelah berbincang dengan Emma. Ia kini yakin, yang sedang terjadi dengannya akan dibuktikan kebenarannya suatu hari nanti.

"Eh?" Emma tersadar, lalu melirik jam di dekat papan tulis. "Hampir jam tiga lebih! Ayo kita lekas!" Emma meraih tasnya. Mereka berdua keluar kelas dan menutup pintu. Berlari mencari seseorang yang sudah mereka niatkan untuk bertemu sore ini.

"Jangan nervous begitu. Ini pun kau lakukan untuk kebaikanmu sendiri," kata Alex saat melihat Emma terus mengusap telapak tangannya yang basah ke bajunya.

Emma tidak menjawab. Ia sempat ragu untuk beberapa saat karena melewatkan kesempatannya tampil akting di depan Miller dan Alex. Tapi, ia pun kemudian diliputi rasa yakin kembali ketika mengingat orang-orang yang sedang memperlakukannya tidak baik kepadanya.

Emma berharap, semoga Mr. Taylor tidak kecewa dengan keputusannya.

~~~

Tapi nyatanya, Mr. Taylor sudah pulang dengan mobilnya yang baru saja keluar gerbang dan melaju begitu cepat.

"Yaah... Kita telat," keluh Alex.

"Tak apa. Bisa besok lagi," jawab Emma.

Mereka pun duduk di tangga dekat halaman depan Effingham.

HAUTE VALUER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang