"Pagii.." sapa Brayen yang baru datang ke sana.
Semuanya menoleh, "Pagiiiii."
Alexa dan anara melihat kiri dan kanan, "Topat anjim, ga goblok lagi,"bisik Alexa.
Brayen melanjutkan jalannya untuk masuk ke ruangan ICU, langkah nya terhenti mendengar suara Brian.
"Ada Alea di dalam bang, dikit lagi dia keluar baru masuk."
Brayen berdehem, tapi bukannya menunggu malah dia tetap masuk ke dalam ruangan.
Brayen masuk mendapati Alea yang tengah menggangu Queen, menoel noel pipinya, mencubit pelan tangan Queen.
"Ehem!"
Alea menoleh, "Lu apaan sih keluar sana!" Ucap Alea dengan nada pelan, tapi terdengar kesalnya.
"Gantian," ucap Brayen.
Alea menggeleng kepalanya, "Ngga, pasti Queen bangun, bentar lagi." Alea kembali menunggu menatap Queen yang tidak ada tanda tanda untuk bangun dari koma.
"Gantian Lea!" Ucap Brayen lagi, sambil menatap malas ke arah Alea.
Alea yang melihat Brayen seperti itu pun segera bangkit dan pergi keluar, namun sebelum itu yang membisikan sesuatu di telinga Queen.
Brayen berjalan dan duduk di samping ranjang Queen. Tangan berganti mengelus puncak kepala Queen, baru 2 hari tak ada komunikasi namun Brayen sudah sangat rindu.
"Kapan bangun, hm?"
"Enak Bobonya sampai gak mau bangun ketemu sama Abang?"
"Queen marah yah?, Abang minta maaf, gak bakal diulang."
"Nggak nanti Abang ulang lagi!" Brayen mulai meniru gaya bicara Queen.
Dia terkekeh sendiri, dia merasa sekarang ini bukan dirinya.
"Dengan ini Abang berjanji gak bakal bikin Queen nagis, bakal denger penjelasan Queen apapun itu!" Ucap Brayen lantang.
"Tapi dengan satu syarat Queen harus bangun, kalau ga bangun Abang ikut sama Queen kemana pun, biar bisa tepatin janji."
"Ehem."
Brayen menoleh cepat, dan yah detik ini juga Brayen menyesal melakukan hal ini, di depan Alea.
Alea tidak keluar, karena dia penasaran apa yang ingin brayen lakukan, jadi dia menunggu, ternyata tidak sia sia, Dia first orang yang menangkap sosok Brayen yang selama ini disembunyikan.
Dia juga tak lupa memvidiokan kekonyolan Brayen yang berbicara sendiri.
Kebetulan tidak ada orang, Brayen menjalan mendekat ke arah Alea lalu menyudutkan nya di tembok, spontan Alea menempel di tembok dengan jantung yang berdebar.
"Hapus Vidio itu," suruh Brayen.
"Gak, Queen harus tau sebagaimana kegilaan Abang nya!" Sarkas Alea, walau sekarang dia terpojok namun tidak dengan nyalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M Queen
Teen Fiction[PART 1-7 LAGI DI REVISI, SAYA TERLALU BOROS DAN MENGGUNAKAN KATA KATA KASAR TERLALU BANYAK. JADI SEMENTARA DI UNPUBLIS] Dilanjutkan part 8 sampai seterusnya tidak apa apa, masih sambung dengan cerita. Ini cerita tentang seorang gadis yang terpisah...