Bagian 83

9.8K 1.1K 309
                                    

Baca nya pelan pelan, santai, jangan cepat cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baca nya pelan pelan, santai, jangan cepat cepat. Bear feel-nya dpt, wkwk.

Dalam keadaan sedih juga bacanya biar lengkap, author gk yakin sama tulisan sendiri bisa bikin kalian nagis soalnya.






Mereka menyiram makam Queen dengan bunga mawar putih dan merah. Masih dalam keadaan yang hancur, masih tak menyangka, waktu begitu cepat saat semuanya terjadi.

Ayah Queen -Dion mengusap batu nisan Queen dengan air mata yang berjatuhan, yang tertera nama indah milik Queen. Dia masih ingat persis saat Queen tau nama aslinya waktu itu, dia sangat senang, bahkan memamerkan pada sahabatnya Alea.

Semuanya hanya jadi kenangan indah yang akan terpatri terus di hati, tak akan hilang meski waktu terus berjalan.

Semuanya sama masih menagis karena kehilangan Queen. Max yang matanya merah, tak ada lagi air mata, sudah habis sedari tadi di rumah, sembari berdiri menatap makam malaikat kecil itu.

Brayen memegang keranjang bunga dibawah kaki Queen sambil menatap batu nisan itu dia perlahan menyiram bunga sembari mengusap tanah itu, kalau dulu dia dia bisa mengusap kepala Queen sambil mencium aroma rambut yang tak pernah berubah, mengingat itu Brayen menangis tanpa ada suara, namun air mata terus ada. Benar kata bara lakukan lah sesuatu sebelum penyesalan itu benar benar kamu rasakan di saat terlambatnya.

Brian menunduk di belakang Brayen sambil menangis terisak Isak, masih tak menyangka kepergian Queen yang begitu cepat.

Alea. kita hampir lupa dengannya, Dia berjalan secara tertatih tatih di bantu Alexa dan Jessi. Saat menuju pemakaman Alea pingsan di tengah jalan, karena tak kuat menahan kesedihannya dan sekarang baru bisa balik untuk memberi penghormatan terakhir untuk Queen.

Sampai dikubur Alea langsung menagis kembali, dia berlutut dengan mata berair, "Queen bangun cepat.. hikss, gue gak suka ini, Lo bobo lama, nanti kapan kita ketemu lagi ih!. Lo belom jadi dokter, gue mau sukses bareng!, Mana janji nya!" Desis Alea sembari menagis.

"Udan Lea, Queen udah seneng ih!" Tegur Alexa sambil melap air matanya. Tak ayal dia dan Jessi menahan Alea karena berontak.

Kita berahli ke bara yang berdiri jauh di kuburan, dengan mata merah yang berkaca kaca, menahan tangisnya. Namun itu percuma, satu tetesan air mata berhasil lolos diikuti berbuntutan air matanya. Mau bagaimana pun ia tahan, tetap tidak bisa, Bara ingin melepas Queen tanpa ada air mata mengingat perkataan Queen yang tidak ingin ada yang menagis jika dia pergi.

Bara mengusap air matanya dengan dengan lengan di bawah siku, kini dia berganti menagis seperti anak kecil laki laki.

Roy mengusap bahu Bara yang bergetar, "Gausah nagis, laki ko nagis. Setau gue nih yah, Queen gelay sama cowo cengeng!"

I'M Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang