Ranjang rumah sakit itu didorong dengan cepat menuju ruang UGD oleh para perawat.
"Oke. Tunggu disini saja ya," ucap seorang perawat.
"Tolong teman saya sus," ucap Hanna, suster itu mengangguk lalu menutup pintu.
Tiba-tiba dari kejauhan Vannya lari mendekati mereka.
"Arkan!"
"Gimana? Kenapa? Aldo kenapa Ar?" Tanya Vannya panik."Bun, tenang dulu.. duduk dulu." Ucap Arkan lalu membawa Vannya duduk.
"Gimana bunda bisa tenang Ar? Aldo kenapa?!" Ucap Vannya, Arkan terdiam.
"Kok diem aja? Jawab Ar, Aldo kenapa.."
Arkan tetap diam, ia ragu untuk menjawab.
"Ck!"
"Apa bunda bilang! Kondisinya tuh gak baik baik aja, kenapa maksa sih."
"Rafa, Maudy, Hanna, jawab bunda Aldo tadi kenapa?!""Bun, tenang dulu.. Aldo gapapa" ucap Rafa
Vannya menggeleng.
"Bunda maaf, Aldo jadi collapse karena Hanna."
"Tadi Al pingsan bun, maaf." Ucap Hanna lalu menundukkan kepalanya."Bunda udah bilang buat Al kalo gak--" ucapan Vannya terpotong.
"Bun, gausah marah marah, ini gak bakal ngerubah kondisinya. Sekarang berdoa bun, supaya Aldo gak kenapa kenapa." Ucap Arkan.
"Arkan. Kamu gak tau seberapa khawatir nya bunda, gak tau kamu Ar!"
"Aldo satu satunya yang bunda punya Arkan!""Ada Arkan bun, Arkan juga punya bunda.." ucap Arkan lirih.
Vannya terdiam.
"Bun, tenang dulu ya.." ucap Maudy lalu mengelus punggung Vannya.
15 menit kemudian dokter Hanif keluar dari ruangan tadi.
Hanif menghela nafas nya.
"Nif, gimana Aldo?"
"Mbak. Kondisi Aldo lagi gak stabil, jangan buat dia kecapean mbak, kasian efek di tubuhnya nanti." Ucap dokter Hanif.
"Ada yang perlu aku bicarakan mbak, ayo keruangan aku." Ucap Hanif.Vannya mengangguk lalu mengikuti Hanif.
"Mbak, bukan aku mau negatif thinking, tapi aku rasa obat obatan kemo itu gak diterima dengan baik di tubuh Aldo, tapi ini hanya prediksi aku karena Aldo baru sekali ini kemotherapy.."
"Kita harus lewatin treatment yang lain mbak, biopsy.. kita bisa lakukan itu ke Aldo."
"Radiasi, kita juga harus lakukan itu.. sebelum sel kanker nya semakin menyebar, untuk operasi sumsum mbak.. ini sangat beresiko, jadi maksud aku ayo kita lakukan treatment yang lain mbak, insyaallah sembuh."
"Nif, sudah separah apa?" Tanya Vannya
"Stadium 3." Jawab Hanif lemah.
"Tapi mbak gak usah khawatir, bisa. pasti bisa. Aku bakal bantu Aldo mbak.""Nif lakukan, lakukan semua pengobatan untuk Aldo, lakukan yang terbaik Nif."
"Iya mbak, aku bakal berusaha sebaik mungkin,"
"Makasih ya Nif.." ucap Vannya lirih.
"Mbak.. sama sama, mbak jangan sedih di depan Aldo ya, dia butuh support semua orang mbak."
Vannya mengangguk.
"Kalo gitu, mbak permisi kekamar Aldo ya Nif, makasih sekali lagi."
"Iya mbak, sama sama."
Vannya, sakit sekali bagi dia menerima kenyataan jikalau putra nya kini juga mengalami sakit seperti suami nya.
Ingin marah pada dunia, pada semesta, bahkan pada Tuhan. Tapi apa pantas? dia marah karena takdir hidup nya ini? Bukan kah lebih baik untuk berikhtiar dan berusaha memperbaiki takdir Tuhan?
Yang Vannya tau saat ini adalah bagaimana caranya Aldo bisa sembuh dan sehat lagi seperti dulu, Aldo yang ceria, Aldo yang selalu manja kepadanya, Aldo yang tidak pernah bersikap dingin, Vannya ingin sekali melihat Aldo yang dulu.
Jadi sekarang Vannya akan melakukan segala hal untuk kesembuhan Aldo, tidak peduli akan tentangan yang anak nya akan berikan nanti, tidak peduli jika dirinya dianggap egois oleh Aldo, yang Vannya peduli sekarang tentang kesehatan Aldo.
-
Vannya membuka knop pintu itu dengan hati-hati.
Setelah pintu itu terbuka sepenuhnya, Vannya bisa melihat Arkan, Hanna, Maudy dan Rafa masih berada disini.
"Aldo udah sadar?" Tanya Vannya lalu medekat ke arah ranjang Aldo, Hanna sudah berada di pinggir ranjang terduduk di kursi sebelah Aldo.
"Belum bun," jawab Hanna, lalu berdiri untuk membiarkan Vannya duduk.
"Hanna kalau mau pulang gapapa, Rafa, Maudy.. kalo kalian mau pulang gapapa nak, Arkan juga." Ucap Vannya
"Arkan nginep bun," jawab Arkan yang tengah terduduk di sofa.
"Maudy sama Rafa gapapa pulang bunda?" Ucap Maudy
"Gapapa nak," jawab Vannya
"Hmm.. yaudah kalo gitu Rafa sama Maudy pulang dulu ya bun, besok kita kesini lagi." Ucap Rafa lalu menyalami Vannya
"Iya nak, makasih banyak ya"
"Sama sama bunda," ucap Rafa dan Maudy bersamaan.
"Hanna?.." Ucap Vannya.
"Hanna pulang nanti aja bun, tunggu Aldo bangun."
"Gapapa nak, pulang aja.. udah malam ini" ucap Vannya
Hanna terlihat bingung.
"Mau pulang? Ayo gue anter Han."
"Besok aja kesini lagi yaa, udah malem.."
"I-iya bun, kalo gitu Hanna pulang dulu ya, maaf sekali lagi bun."
"Its okay Han, Happy birthday yaa Hanna.." ucap Vannya lalu memeluk Hanna.
"Hmm.. makasih bunda" Hanna membalas pelukan Vannya.
"Yaudah, pulang bareng Arkan ya.."
"Iya bun,"
"Aku anter Hanna pulang dulu bun," ucap Arkan. Vannya mengangguk.
Sebelum benar benar melangkah kan kaki nya keluar Hanna menatap Aldo lekat sekali lagi.
"Aku udah maafin kamu Al," ucap Hanna dalam hatinya.
"Han, ayo. Ngapain ngelamun?" Ucap Arkan.
"E-eh iya Ar, ayo."
Sudah Ter-Revisi
📌
Jangan lupa vote 🤗🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
REVIALDO [COMPLETED]
Teen FictionNyatanya ucapan itu hanya sebatas kalimat penenang saja. Nyatanya dia tidak pernah baik-baik saja. Nyatanya dia tidak selalu dalam kondisi yang baik. Nyatanya, dunia ini terlalu jahat. Ia mampu, namun daksa nya tidak. I don't know, everything will...