Its The Day.Semua rangkaian, dari hal paling kecil hingga yang paling besar pun sudah siap.
Terhitung sudah sejak dua hari yang lalu ia di rawat disini.
"Bang, bunda tinggal dulu ya? Mau ketemu kak Hanif."
"Dinda, bunda tinggal sebentar ya?"
Dinda mengangguk saja,
"Iya bun," ucap Aldo.
Vannya keluar.
Didalam ruang ini, ada Aldo dan Dinda yang sedang berbaring di bangsal yang berbeda.
Ya, Vannya memesannya khusus untuk mereka.
Aldo bangkit,
"Mau kemana lo?" Tanya Dinda
"Bentar," ucap nya lalu berjalan mendekat ke arah Dinda.
"Ngapain?" Dinda pun memilih untuk mengubah posisi nya menjadi duduk.
"Hm, lo mau makan kak?"
Dinda bingung,
"Maksudnya?"
"Lo laper? Atau lo butuh minum?" Kini Aldo duduk di tepi ranjang Dinda
"Aneh."
"Kan disini lo yang sakit,""Gak ada hubungannya, gue nawarin lo makan."
"Ck. Gak usah, gue gak laper Rev. Lo gih yang makan."
"Lo deh yang aneh, orang gue disuruh puasa dua belas jam."
Iya juga ya, batin Dinda.
"Ayo makan kak," ucap Aldo
"Gue gak mau, dan gak laper. Lagian gue bisa minta bunda, gak usah sama lo."
"Sama gue aja, gue suapin."
"Diem deh, aneh lo. Tidur sana, besok pagi siap siap,"
"Yaudah kalo gak mau, orang udah berbaik hati huuuu" sorak Aldo lalu beranjak menuju kasur nya.
Dinda merotasi kan matanya.
"Eh kak," belum sampai ke tempat nya, Aldo membalikkan badan.
"Apa lagi?"
Aldo sedikit berlari kecil menuju Dinda.
Dipeluk nya, secara tiba-tiba.
"Eh.." ucap Dinda, lalu kemudian membalas pelukan adik nya itu.
"Makasih," ucap Aldo
Entah sudah berapa kali ia merampalkan kalimat itu kepada Dinda hari ini.
"Makasih banyak, kak."
Dinda mengangguk.
"Gue, gak tau gimana cara bales nya."
Dinda menggeleng, "mudah"
"Cukup dengan lo sembuh, itu caranya."
Aldo mempererat pelukan itu.
"Doain, ya? Kak?"
"Semoga gue sembuh, dan lo gak kenapa-napa"
"Iya Rev, gue gak akan kenapa-napa ini bukan resiko besar. Lo harus sembuh pokok nya."
"Kak, makasih ya?"
"Bosen gue denger nya," Dinda melepaskan pelukan diantara keduanya.
"Mending lo istirahat,"
Aldo mengangguk dan tersenyum,
Sungguh. Dinda sangat gemas.
Ia membenarkan posisi rambut Aldo yang kian menipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVIALDO [COMPLETED]
Teen FictionNyatanya ucapan itu hanya sebatas kalimat penenang saja. Nyatanya dia tidak pernah baik-baik saja. Nyatanya dia tidak selalu dalam kondisi yang baik. Nyatanya, dunia ini terlalu jahat. Ia mampu, namun daksa nya tidak. I don't know, everything will...