FLASHBACK ON.
Mereka berdua masih disini, di depan ruang ICU. Sudah dua hari ayah dan suami mereka harus mendapatkan perawatan intensif karena penyakitnya dan kondisi nya semakin drop.
"Bun? Makan dulu yuk, bunda belum makan kan?" Ucap Aldo, yang kini menginjak bangku kelas 6 sekolah dasar.
"Nanti aja bang, kalo kamu mau makan, makan sendiri ya? Bunda mau jaga ayah biar kalo ada apa-apa bunda deket sama ayah.."
"Tapi bunda belum makan loh bun, nanti kalo bunda juga sakit aku gimana?"
"Nggak kok bang, bunda gapapa, gak perlu khawatir. Mending abang aja yang makan sekarang ya? Bunda titip aja beliin roti, okay?" Ucap Vannya memegangi lengan putra nya.
"Aku beliin nasi aja ya? Roti gabakalan bikin bunda kenyang juga."
"Iya bang, maaf ya seharusnya bunda lebih banyak perhatian ke kamu, tapi sekarang malah kebagi karena bunda harus urus ayah juga."
"Its okay bun, aku beliin bunda makan dulu ya?"
Setelah itu Aldo meninggalkan Vannya di depan ruang ICU itu.
Tidak lama setelah kepergian Aldo, Vannya di panggil untuk menemui dokter yang menangani suami nya untuk bertemu di ruangan dokter tersebut.
"Buk, kita harus segera memasang ventilator kepada pak Bagas, karena ini hanya salah satu cara untuk menopang hidup nya lebih lama"
"Apa gak ada cara lain dok?"
"Kondisi pasien semakin hari semakin memburuk, kami selalu melakukan yang terbaik, namun terkadang manusia hanya mampu berencana dam berusaha bu, keputusan semua nya ini di tangan Tuhan." Ucap Dokter tersebut.
"Setidak nya kita berusaha kan bu, jadi mari bantu kami para tim medis, setidaknya untuk menolong suami ibu dengan tindakan yang bisa kami lakukan sekarang"
"Kami butuh persetujuan dari ibu, selaku keluarga sekaligus istri beliau, jika ibu bersedia silakan tanda tangani surat ini,"
"Tapi resikonya apa tidak sangat besar dok?"
"Ya. Itu tentu, tapi hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang, kondisi suami ibu sudah semakin menurun."
Sebenarnya bukan tidak mau Vannya untuk menandatangani surat itu dan menyetujui pemasangan alat itu oada suami nya, namun inilah salah satu amanat dari Bagas, yaitu jikalau nanti ia berada di dalam posisi terburuk nya ketika sakit, dia meminta untuk tidak dipasangi alat itu, karena dengan dia melihat pasien lain di pasangkan alat seperti itu, rasanya sangat menyiksa.
Namun kali ini, ijin kan Vannya untuk mengambil keputusan terbijak nya, dia akan meminta maaf nanti ketika suami nya terbangun, karena sudah melanggar janji mereka. Akhirnya Vannya menandatangani surat persetujuan itu.
Para tim medis pun memasangi alat tersebut, kini bisa di lihat dari kaca, keadan Bagas yang begitu menyedihkan, tubuh yang dipenuhi alat, badan yang kian kurus, mungkin bagi yang melihat nya saja pun akan terasa ngilu.
Vannya menitihkan air mata saat melihat kondisi suami nya yang kian buruk, beberapa menit kemudian Aldo datang dan melihat Vannya yang sedang menangis memandangi ke arah Ayah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVIALDO [COMPLETED]
Fiksi RemajaNyatanya ucapan itu hanya sebatas kalimat penenang saja. Nyatanya dia tidak pernah baik-baik saja. Nyatanya dia tidak selalu dalam kondisi yang baik. Nyatanya, dunia ini terlalu jahat. Ia mampu, namun daksa nya tidak. I don't know, everything will...