📌 Kemotherapy.

275 14 2
                                    

Kini mereka sudah berada di dalam mobil dengan tujuan rumah sakit, Arkan yang mengendarai sedangkan Vannya dan Aldo ada di belakang, bukan tanpa alasan mengapa disamping kemudi tidak ada yang menemani Arkan, tapi ini karena kemauan Arkan sendiri.

Tidak ada yang membuka suara sedikitpun, Aldo sibuk dengan aktivitas nya menatap jalanan ibu kota dan hanyut dalam pikirannya sendiri.

Memikirkan apa yang terjadi dengan Hanna saat ini, sedang apa wanita itu, dan ada ketakutan juga, takut akan kemarahan gadis itu, sungguh Aldo sangat khawatir dengan Hanna, ditambah Hanna tadi memberitahukan kepadanya bahwa ia akan menaiki taxi ke tempat pertemuan mereka, karena satu alasan yaitu mobil nya yang tiba-tiba tidak dapat menyala dan Hanna juga berencana untuk meminta Aldo menemaninya meminjam buku.

Tapi rencana itu sudah hancur kini, dan Aldo yang menghancurkan nya.

Dan Arkan yang sibuk dengan kemudinya, juga Vannya yang masih dihantui rasa penyesalan.

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju ruangan yang diarahkan oleh perawat, dan kini mereka sedang berhadapan dengan dokter Hanif.

"Hai Aldo!" Sapa Hanif, Aldo menatap nya lalu tersenyum tipis.

"Siap kan?, Kamu harus siap dulu mental nya.. biar kondisi mu juga stabil."

"Hm." Gumam Aldo.

"Its okay Al, biar sembuh juga kan? Berjuang sama saya, saya akan bantu kamu."

Vannya menatap Aldo, tidak ada reaksi apapun dari putranya setelah ucapan terakhir yang keluar dari mulut Hanif.

"Maaf ya Nif," Ucap Vannya

"Gapapa mbak,"

Hanif, dia adalah dokter yang menangani Aldo juga ayah Aldo dulu, dan merupakan bagian dari keluarga mereka, Hanif ini adalah sepupu jauh dari Bagas, Ayah Aldo.

"Yaudah kalo gitu, mari kita keruangan Aldo dulu, udah saya siapkan."

"Ayo bang.." ucap Vannya lalu menggandeng tangan Aldo. Aldo mengikuti langkah mereka.

Setelah sampai di ruangan ini, mereka belum berada di ruang Kemo sekarang melainkan berada di ruangan check up untuk pasien kanker.

"Mbak, bisa tinggalkan aku berdua dulu sama Aldo?" Ucap Hanif, Vannya mengangguk ragu.

"Ayo bun," Ucap Arkan lalu menuntun Vannya untuk keluar.

"Aldo, sekarang cuma ada kakak sama kamu, Al denger ya ini gak akan sesakit itu kok percaya sama kakak, kakak yang bakal nanganin kamu."

Aldo menatap Hanif datar.

"Al, saat kita kemotherapy tuh kita juga harus siap mental, tapi dari yang kakak liat kamu belum punya itu"

"Gapapa kak, lakuin aja kemo nya." Ucap Aldo.

"Iya. Kakak bakal tetap lakuin kemo ke kamu, cuma kakak tau kok kamu belum siap."

"Hm."

"Kenapa Al?"

"Kak, bahkan aku udah ada rencana bakal konsul ini ke kak Hanif, tapi apa? Bunda lebih dulu kak, tanpa sepengetahuan aku dan udah buat jadwal kemo, bukan aku gak mau tapi rasanya kenapa kayak gini banget ya? Kesannya aku selalu dituntut untuk ngelakuin yang bunda mau."

REVIALDO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang