Malam hari diruangan berbau obat-obatan itu kini hanya ada dua manusia. Manusia yang sebenarnya sama-sama tidak baik-baik saja yang namun berusaha menjadi baik-baik saja di depan banyak orang.
Vannya sudah pulang atas perintah dari Arkan, sebenarnya dia ingin tetap disini karena besok dia harus tetap bekerja Arkan bilang biarlah dia yang menjaga Aldo karena besok mereka libur perihal anak kelas dua belas akan melaksanakan Try Out. Jadilah Vannya terpaksa pulang dan menitipkan Aldo pada Arkan, beruntung sekali Vannya rasakan karena bisa mengenal sosok Arkan yang tulus.
Arkan kini sudah berusaha menidurkan dirinya di sofa ruang rawat inap Aldo, namun entah mengapa tidak bisa.
Dilain sisi kini keringat Aldo terus menetes, padahal sang empu pun sedang tertidur meski dengan kerutan di dahi nya. Sedetik kemudian Aldo terbatuk.
Arkan yang melihat hal tersebut terlonjak kaget dan segera menghampiri Aldo.
"Nih minum." Ucap nya menyodorkan minum dan membantu Aldo untuk meminum nya.
"Thanks." Gumam Aldo
"Lemah."
"Gitu aja gabisa nutupin." Kini Arkan menarik kursi agar bisa duduk disamping kasur Aldo."Mau ngajak ribut? Nanti aja gue masih sakit."
"Udah kayak gitu masih ngeyel gamau berobat?"
"Bisa diem gak lo? Kepala gue pusing dengerin lo ngoceh kaya beo."
"Hanna peka banget Ar,"
"Gue juga gatau kenapa dia bisa sebegitu peka.""Maksud lo?" Kini Aldo menatap Arkan, pandangan Arkan hanya lurus tanpa menatap Aldo
"Dia tau lo sakit."
"Maksud lo?!"
"Dia tau lo gak baik-baik aja."
"Dia tau rahasia gue?"
"Cepat atau lambat gue rasa dia bakal tau."
"Gak."
Arkan terkekeh "nggak gimana maksud lo?, Masih bisa nyembunyiin emang?"
Aldo tidak menjawab
"Tadi aja lo mimisan, terus pingsan, apa lo masih percaya diri?"
"Hanna jauh lebih peka dari yang lo bayangin Al, dia perasa, hati nya lembut, dia tau lo sakit, bukan sakit yang sekedar kecapekan kaya alibi gue ke mereka tapi dia tau ada sesuatu yang salah sama diri lo Al.""Gue suka Hanna Ar." Ucap Aldo lalu memejamkan matanya.
"Gue tau itu," Arkan tau Aldo menyukai Hanna, terlihat sekali dari gelagat nya yang sangat beda menyikapi Hanna yang padahal dia seperti tidak suka kepada perempuan.
"Gue harus gimana Ar?"
"Gue rasa lo harus perjuangin dia."
"Kondisi gue?"
"Kalo pikiran lo kesitu terus, gue juga yakin lo ga bakalan ngelangkah apapun untuk Hanna, lo bakal berusah untuk ngga deket sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVIALDO [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsNyatanya ucapan itu hanya sebatas kalimat penenang saja. Nyatanya dia tidak pernah baik-baik saja. Nyatanya dia tidak selalu dalam kondisi yang baik. Nyatanya, dunia ini terlalu jahat. Ia mampu, namun daksa nya tidak. I don't know, everything will...