📌Pertemanan.

951 33 1
                                    

Memasuki gerbang sekolahnya setelah kakaknya mengantarkannya.

Dia berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya, setelah sampai didepan kelas anak duduk di tempat duduknya, kelas masih sepi saat ini karena Hanna datang pukul 6.05 hanya ada Arkan yang sedang menelungkupkan wajahnya di atas meja.

"Hai Ar" sapa Hanna

Arkan tak bergeming, dia masih menelungkup kan wajah nya.

Okay Hanna tidak terlalu memikirkan itu, mungkin saja semalam Arkan begadang hingga kini dia mengantuk.

Hanna duduk di bangku nya, sunyi sekali kelas saat ini, Hanna hanya memainkan ponsel nya dna mendengarkan lagu menggunakan earphone.

Samar-samar dia mendengar suara sepeti ada yang sedang batuk

"Uhuk uhuk"

Hanna menoleh ke arah Arkan, benar saja suara batuk itu berasal dari Arkan.

Dalam pikiran Hanna kenapa Arkan, apa dia sedang sakit.

Tanpa pikir panjang Hanna lalu mengambil botol minum nya dan berjalan mendekat kepada Arkan.

"Ar, lo sakit?"

Tidak ada jawaban.

"Nih minum dulu, batuk lo parau banget."

Tak ada tanggapan.

Hari ini Arkan memakai sweater, entah apa alasannya ini bukan hal yang aneh karena setiap harinya pun Arkan akan selalu memakai sweater nya, sakit atau pun tidak, dingin atau tidak, seakan sweater, hoodie, dan jaket adalah hal yang sangat penting. Dan untung saja sekolah tidak mempermasalahkan hal ini.

"Ar" panggil Hanna sekali lagi, tapi tetap tak ada jawaban

"Ar," sekarang Hanna mulai panik, dia memegang punggung tangan Arkan, dan juga telapak tangannya. Dingin. Tangan Arkan dingin saat ini.

"Ar lo sakit?, Kenapa sekolah?" Tanya Hanna
"Ayo minum dulu"

Kini Arkan hanya menggeleng.

Tanpa Hanna sadari sekarang ada orang yang memasuki ruang kelas nya, dan itu adalah Aldo.

Aldo mendudukan dirinya disamping Arkan, ya mereka berdua sebangku.

Aldo menaikkan alis nya melihat Hanna yang terlihat cemas, dan juga Arkan yang hanya menelungkup kan wajah nya.

Hanna hanya menaikkan bahu nya.

Seakan sudah tau dengan apa yang terjadi oleh Arkan, Aldo segera menarik bahu Arkan hingga Arkan terhuyung.

"Shit." Decak Aldo

Muka penuh luka, sudut bibir yang sobek, dan raut muka yang pucat membuat kondisi Arkan terlihat sangat memprihatinkan.

"Anjing." Sentak Rafa yang baru saja datang dan melihat kondisi Arkan

"Ssshh" desah Arkan yang merasakan nyeri di muka nya akibat Rafa yang sangat ekstrim menyentuh wajah nya.

"Dongok!" Bentak Aldo

REVIALDO [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang