Setelah kembalinya Vannya dari ruangan dokter, mereka memutuskan untuk pulang dan meninggalkan Aldo, dan akhirnya mereka pun berpamitan. Namun Arkan tidak, dia tetap disini untuk menemani Vannya dan Aldo.
"Bun?" Ucap Arkan
"Ar.." suara Vannya terdengar lirih.
"Ada apa Bun? Kok lama?"
"Sakit hati bunda Ar.." isakan sudah mulai terdengar dari mulutnya.
"Bun, cerita sama Ar.." Arkan kini mendekatkan diri nya dengan Vannya.
"Keadaan Aldo makin buruk Ar, Bunda takut,"
"Kita harus ambil tindakan Ar, Bunda udah gabisa berbuat apa-apa lagi, Bunda gatau harus bilang gimana biar Aldo mau untuk berobat lagi.""Bun, tenang aja.. pasti ada jalan," ucap Arkan berusaha menenangkan Vannya
"Gimana bunda bisa tenang Ar?"
"Gimana?"
"Disaat dia yang sakit seperti ini, tapi dia keras kepala, bunda gatau Ar, bunda juga capek.""Bun.." kini Arkan berusaha meraih punggung wanita itu untuk memelukanya.
"Bunda takut Ar, bunda belum siap untuk kehilangan lagi"
"Gimana bunda bisa tenang disaat anak bunda sendiri sakit parah kayak gini? Ditambah lagi dia gamau berobat..""Kita coba bicarakan lagi ya bun nanti, bunda.. Aldo bakal baik-baik aja"
"Bunda tau Ar itu sakit, bunda tau.."
"Tapi seenggaknya kalau pun tuhan bakal memanggil dia terlebih dahulu, seenggaknya jangan dalam waktu dekat Ar" kini tangisan Vannya sudah pecah, tidak bisa dibendung lagi."Bunda juga tau bahwa setiap yang bernyawa pasti bakal mati, tapi bisa ga ini di tunda dulu Ar? Bunda belum siap untuk kehilangan lagi"
"Sakit Ar rasanya kehilangan orang yang kita sayang, bunda takut."
"Kalau posisi ini bisa di gantikan bunda rela, bunda mau, tapi gabisa Ar! Bunda gabisa lakuin ini.""Bun.." Arkan berusaha untuk memenangkan.
"Kenapasih?! Kenapa?!"
"Kenapa kayak gini?! Capek bunda tuh Ar, serius deh.. kenapa dia gamau berobat? Bunda mau dia sembuh Ar.. itu aja, atau enggak biar bunda duluan yang pergi, karena bunda ga siap Ar.. bunda gasiap kehilangan Aldo.""Bun, jangan ngomong begitu, gaboleh, masih banyak yang butuhin bunda, Aldo dan Aku bun.."
"Bunda ga sendiri, ada Arkan disini, kita lewati ini sama-sama ya Bun"
"Bunda ga sendiri, ada Arkan.""Ar.. makasih ya," ucap Vannya lalu mengusap lembut pipi Arkan.
"Maafin aku bun," ucap Aldo pada dirinya sendiri, bahwa sebenernya Aldo sendiri tadi mendengarkan percakapan antara bunda dan Arkan.
Pagi hari yang cerah ini, Arkan dan Vannya masih setia menemani Aldo, Arkan memutus kan untuk tidka bersekolah hari ini bukan hanya karena alasan ingin menjaga Aldo tapi juga dengan alasan bahwasanya kondisinya juga tidak cukup baik sekarang.
Seorang suster masuk untuk membawakan sarapan untuk Aldo.
"Makasih sus," ucap Vannya
"Sama-sama ibu, nanti kalau butuh sesuatu dan kalau ada apa-apa langsung hubungi perawat dan dokter ya, tinggal pencet saja bell nya.." ucap suster itu dengan ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVIALDO [COMPLETED]
Teen FictionNyatanya ucapan itu hanya sebatas kalimat penenang saja. Nyatanya dia tidak pernah baik-baik saja. Nyatanya dia tidak selalu dalam kondisi yang baik. Nyatanya, dunia ini terlalu jahat. Ia mampu, namun daksa nya tidak. I don't know, everything will...