Beberapa tahun telah terlewati. Begitupun dengan bahtera rumah tangga Nathan dan Navia yang semakin berbahagia dengan keluarga kecil mereka. Kehadiran putra pertama bernama Kevin Arnavy telah menambah warna kebahagiaan mereka.
"Sayangku Nathan Ardian, bolehkah aku jalan-jalan ke mall tanpa ada pengawasan dari para bodyguard kamu itu? Aku pingin ngerasain bebas tanpa ada yang mengintai. Mumpung si Kevin sedang dititip di rumah Papa Mama. Boleh ya?" pinta Navia membujuk Nathan.
"Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi. Aku nggak mau kejadian waktu itu terulang pagi. Lebih baik menghindari daripada harus...." belum sempat selesai bicara, Navia langsung menyambar bibir Nathan sekilas.
Nathan mematung dengan kelakuan Navia yang baginya sedikit liar tapi menggemaskan.
"Kenapa hanya sekilas? Kau sudah membangunkan singa yang lapar. Jangan salahkan aku jika setelah ini akan ada peperangan yang memabukkan!" seringai Nathan.
Navia mencoba melarikan diri ke kamar karena sebelumnya mereka tengah berada di ruang tengah. Navia berusaha menjauhi Nathan yang ternyata semakin dekat dengannya. Hingga akhirnya Navia jatuh ke dalam pelukan Nathan Ardian. Mereka bertatapan satu sama lain. Diam tapi seolah mata mereka berbicara.
"Boleh kan?" tanya Nathan yang langsung diangguki oleh Navia.
Langkah pertama yang dilakukan Nathan adalah mencoba menetralisir detakan jantungnya yang berpacu semakin kencang. Selanjutnya meraih tengkuk leher Navia dan melumat bibir Navia dengan lembut. Navia pun mengimbangi ciuman panas itu.
"Mmmpphh... mmpphhh... mmmpphh..."
Tak puas hanya berciuman, tangan Nathan mencoba bergerilya mencari bongkahan payudara yang selalu menjadi candu baginya. Diremasnya perlahan hingga terdengar suara desahan Navia merasa nikmat atas aksi Nathan. Suara Navia tak terdengar dari luar sebab kamar mereka dilengkapi peredam suara.
Merasa aksinya lancar, Nathan mengarahkan jari telunjuknya ke bagian inti Navia. Disanalah ia memainkan jarinya hingga Navia semakin geli dan mendesah. Nathan semakin gencar memainkan inti Navia hingga basah. Sampai pada akhirnya ia merasakan ada sesuatu yang mengalir dari sana. Navia merasakan sesuatu yang meledak dari dalam tubuhnya dan datanglah kenikmatan tiada tara.
"Apakah enak?" tanya Nathan dan diangguki Navia dengan wajah sayu.
Nathan memang suka menanyakan hal itu pada Navia. Padahal tanpa dijawab pun, sudah terlihat dengan jelas dari wajah Navia. Wajah sayu yang menginginkan rangsangan selanjutnya. Dalam artian kenikmatan next level.
"Masukin singkong premiumnya." lirih Navia sudah tak tahan.
Nathan mengulas senyum bangga, lalu melepas baju yang ia kenakan. Sedangkan Navia sudah polos karena ulah Nathan sebelumnya. Segera ia memasukkan singkong premiumnya ke inti Navia dengan satu hentakan.
"Akh... sakit. Tapi enak..." gumam Navia merasakan sesuatu telah memasuki intinya.
"Aku selalu candu dengan tubuhmu ini, Sayangku." bisik Nathan di telinga Navia.
Entah mendengar atau tidak, Navia menikmati aktivitas Nathan yang memaju mundurkan miliknya. Desahan demi desahan suara merdu Navia bak sedang menyanyi.
"Akhhh... akhhh..." suara Navia mendesah.
"Suaramu sexy sekali Sayang" kata Nathan yang tetap pada aktivitasnya. Sesekali diremasnya payudara Navia yang seakan akan meloncat karena gerakan mereka.
"A... aku hampir sampai." teriak Navia.
"Tunggu dulu Sayang. Aku juga mau sampai. Kita barengan ya..." kata Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MAID & SEXY BOSS
Storie d'amore"Lo nangis? Sshhhtt, gue nggak mau lo nangis lagi. Gue mau lo bayar semua kerugian yang gue derita!" Dia mendekatiku dengan wajah sok iba. Aku kesal. Masalahnya dia hampir mengambil ciuman pertamaku. Ikh, ngeselin! PLAAAKKKK Sebuah tamparan ku tuju...