49

14.3K 431 8
                                    

Karin menemui Navia di apartemennya. Dia terlanjur kangen dengan sahabat kesayangannya yang tengah hamil tua. Karin diantar oleh Reno. Kebetulan Nathan sedang ada perlu dengan Reno.

"Kita di sini saja. Biarkan mereka berbicara tentang bisnis di ruang kerja Nathan. Lo mau minum apa?"

"Sudahlah, Nav! Jangan repot ngurusin gue sebagai tamu. Gue bisa ambil apapun yang gue suka di sini. Gue udah anggep ini rumah gue juga." kata Karin.

"Lo tau nggak, kenapa sih gue akhir-akhir ini jadi posesif sama Nathan? Gue kayak punya rasa nggak mau kehilangan dia. Siapapun yang lagi deket sama dia, khususnya cewek, pasti temperamen gue langsung up! Lo tau nggak gue kenapa?" tanya Navia.

"Ah, bawaan bayi lo kali! Tuh anak lo kayaknya cewek deh! Kan lo bawaannya baper mulu. Dikit-dikit ngambek! Nanti kalo cewek, lo namain Anna, Nana atau Tania yah!" seru Karin.

Navia merengut tak setuju.

"Kenapa? Mungkin aja cowok? Kalo cowok apa? Lo bisa kasih ide apa?" tanya Navia yang membuat Karin berpikir keras untuk mencari nama yang tepat.

"Uhm, gimana kalo Navy atau Kevin? Kayaknya sesuai deh!" ujar Karin.

"Rin, gue rada takut sih sebenernya. Ini udah mau lahiran, tapi gue dilanda ketakutan yang luar biasa. Takut gue kenapa-napa nantinya. Gimana kalo pas lahiran, gue mati gitu? Trus nasib dede bayi gimana? Atau parahnya, gue dan dede bayi selamat, tapi tubuh gue jadi membengkak. Apa Nathan masih pertahanin gue? Gue takut diceraiin sama Nathan. Gimana dong? Bantuin gue mikir dong!" keluh Navia.

Karin mengambil nafas sedalam-dalamnya. Lalu dihembuskan perlahan. Itu caranya mengatur kestabilan emosi.

"Navia cantik, dalam hidup ini, kita dihadapkan oleh risiko yang kita sendiri tak bisa menebak secara pasti. Kita bisa menduga sebisa yang kita mau. Tapi lo yakin, hasilnya akan selalu buruk? Lo nggak mikir hasil yang baik dan indah? Siapa tua demikian. Lagi pula, Tuhan itu Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Lo yang sabar aja. Terus berdoa dan berharap semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Yakin akan ada hari esok yang berbahagia." nasehat Karin.

'Tumben nasehatnya nyess di hatiku.' batin Navia.

Karin masih menatap Navia dengan tatapan mencoba meyakinkan Navia akan kebenaran nasehatnya.

"Lo mungkin benar! Gue terlalu paranoid duluan. Padahal itu semua belum terjadi. Tuhan masih punya rencana baik buat gue." kata Navia.

Nathan diikuti Reno di belakangnya, bergabung dengan Karin dan Navia di ruang tengah.

"Sepertinya obrolan kalian menyedihkan, sampai ada air mata. Benarkah itu?" tanya Nathan.

Navia segera mengusap air mata yang tak sengaja membasahi pipinya. Karin juga.

"Apa ada drama mellow di sini? Kok air mata kalian ngebanjirin apartemen gue yah?" tanya Nathan.

"Nggak kok. Cuma saling curhat aja." jawab Navia ngasal.

"Enak aja. Lo tuh yang curhat sama gue. Gue mah cuma dengerin cerita elo. Nathan, lo tuh ya! Jaga perasaan sahabat kesayangan gue! Perhatiin napa. Dia butuh apa, dia mau apa, tolong dong dilayani dengan baik!" omel Karin.

"Rin!" panggil Reno yang memberi kode untuk tidak bicara lagi.

"Apa lagi?" tanya Nathan.

"Cuma minta pengertian dari lo aja. Si Navia itu lagi demen-demennya dimanjain dan diperhatiin. Lo harus siap siaga buat dia. Lo nggak akan ceraiin dia kan kalo misalnya nanti abis lahiran tubuhnya membengkak?" oceh Karin.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang