61

11.3K 355 7
                                    

Nathan langsung berlari menuju kamarnya. Menyusul Navia yang mungkin sedang marah besar padanya.

'Dia pasti marah besar padaku! Navia, jangan lakukan itu. Ku mohon! Maafkan aku. Itu sebuah kecelakaan. Aku sama sekali tak seperti yang kau pikirkan. Karin-lah yang sepenuhnya disalahkan!' batin Nathan.

'Itu mereka apa-apaan? Bisa yah main nggak bener di belakangku? Aku bahkan udah full percaya sama mereka. Tapi kenyataannya, aku dihianati dengan sayatan luka yang sangat perih. Mereka sama sekali tak memikirkan perasaanku! Kevin, Mamamu ini sedang sedih sayang! Hibur Mamamu ini dengan senyuman alamimu. Jangan biarkan Mamamu larut dalam kesedihan. Meski Papamu tak sayang lagi pada kita, kau harus tau bahwa Mamamu ini sangat menyayangimu.' batin Navia.

Navia memeluk erat si Kevin dalam rengkuhan tangannya yang lembut. Sesekali mengecup dahi Kevin yang tercium wangi bedak bayi.

"NAVIA, tolong buka pintunya! Aku akan jelaskan semuanya padamu! Ini hanya salah paham, sayang! Ini bukan salahku. Ayo keluarlah! Aku akan menjelaskan semuanya padamu!" teriak Nathan dari depan kamar Navia.

'Apanya yang salah paham? Dengan mata kepala, aku melihat jelas pemandangan romantis penuh kehangatan itu. Kok masih berkilah? Apa aku dikata buta? Oh Tuhan, maafkan mereka yang sama sekali tak mempunyai nurani keadilan pada wanita yang tersakiti ini.' batin Navia.

"Navia, keluarlah! Gue akan jelasin semuanya sama lo. Itu bukan salah Nathan. Gue yang harus dipersalahkan di sini. Ayolah keluar!" seru Karin tak mau diam saja.

"Gara-gara lo! Lo harus bisa memperbaiki suasana buram ini." kata Nathan.

"Hei, ini emang salah gue! Tapi lo harus ngerti sama keadaan gue. Tadi semisal gue nggak pura-pura meluk elo, gue bisa dicincang sama petugas keamanan itu! Lo tega liat tubuh gue yang aduhai memanja ini disatein trus digadoin sama itu orang?" seru Karin berapi-api.

"Woi, ngomongnya bisa dipelanin dikit nggak? Anak gue lagi bobo tuh! Elo mah wanita kelakar yah! Dilahirin dari suku bar-bar yah? Banyak tingkah!" omel Nathan.

Sesaat Navia keluar dari tempat persembunyiannya. Nathan dan Karin saling berpandangan. Kemudian kembali menatap wajah datar Navia.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Pergilah dari hadapanku. Aku mau menenangkan diri. Jangan ganggu aku!" kata Navia datar.

Navia kembali bersiap memasuki kamarnya. Nathan segera menahannya. Nathan dan Navia saling berpandangan. Manik mata mereka bertemu dalam satu titik fokus.

"Tolong dengarkan aku! Aku tak mungkin menghianatimu. Kau tau kan, betapa aku sangat menyayangimu? Aku tak punya cinta ataupun kebahagiaan lain selain keluargaku dan kamu. Jangan kau pikir aku tertarik sama Karin ini. Sama sekali tidak! Aku tak berselera dengan wanita seperti dia. Sungguh!" tegas Nathan.

Karin mengepalkan telapak tangannya. Kesal mendengar pernyataan Nathan yang secara tidak langsung menurunkan nilainya sebagai wanita.

"Kenapa meyakinkan istrinya dengan menjatuhkan harga diri gue? Gini-gini gue juga punya hati nurani. Sakitlah kalo dirasa." keluh Karin.

"Udah, situ diem dulu!" sahut Nathan yang terganggu dengan kaluhan Karin.

"Tapi kalian itu menyakitiku!" ungkap Navia kesal.

"Tapi aku tak berbuat apa-apa. Karin-lah yang sok romantis tadi. Dia memelukku tanpa alasan. Kau tau, dia sedikit terganggu!" bisik Nathan.

"Hei, gue bukannya terganggu. Tapi tadi gue dikejar sama petugas keamanan di depan itu! Reflek aja gue mah! Daripada Nathan, gue mending milih si ayang Reno yang gantengnya nggak nanggung-nanggung. Nathan mah lewat...!" ucap Karin dengan penuh percaya diri.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang