69

7.6K 164 5
                                    

Alunan musik jazz seakan mengiringiku yang sedang menyesap capuccino buatanku sendiri. Aku tak meraciknya, hanya saja menyeduh capuccino instan yang kami beli dari supermarket. Sendirian saja menikmati panasnya siang hari. Jujur saja, aku tak sedang berjemur di bawah kumparan sinar matahari. Aku hanya duduk cantik (berperan ala putri raja yang menikmati jamuan minuman istana).

Nathanku sayang. Dia sudah pergi sejak pagi buta. Bahkan sebelum sang matahari menampakkan wujud liarnya. Aku sudah menduga dia pasti melakukan perjalanan bisnisnya ke luar kota. Mungkin bersama sahabat sekaligus rekan kerja terbaiknya, Reno. Dia memang suami yang bagaimana ya, bisa dibilang dia kurang romantis. Dia tak seperti pria lain yang penuh sejuta materi rayuan dan gombalan dahsyat. Namun jika sudah saatnya, perlakuan manisnya yang ala kadarnya, terasa menggetarkan hatiku. Itu jauh lebih romantis dari apa yang ku bayangkan selama ini.

Memikirkan tentang Nathan-ku memang tiada habisnya. Dia pria kedua yang ku cintai setelah Bapakku. Tidak cukup sampai di situ, kini ada pria ketiga yang sangat dan sangat ku cintai. Kevin Arnavy. Yah, meski Kevin belum jadi pria dewasa dan masih berbentuk balita lucu yang menggemaskan, nantinya dia kan seperti Papanya. Dia akan tumbuh setampan Nathan. Aku jadi tak sabar menanti kapan hal seindah dan sebaik itu akan terjadi di masa yang akan datang.

Tiba-tiba ponsel berdering. Aku kagetlah. Bayangan manis mimpi indahku sirna sudah. Lagipula, siapa sih yang menelponku siang bolong begini? Aku harap Nathan-ku.

"Halo..." ku angkat meski ternyata bukan dari Nathan.

"..."

"Darimana kamu dapat nomorku? Aku tau kamu pasti sengaja menjadi penguntit yang tak tau diri. Tolong hentikan!" kataku.

"..."

"Akh kamu membuatku muak. Sebenarnya aku tak punya dendam apa-apa terhadapmu. Aku sungguh sudah melupakan masa lalu penuh canda itu. Hey, aku hanya menganggap apa yang kamu khawatirkan sebagai candaan semata. Bukan kenyataan yang harus aku risaukan. Kamu pasti paham, aku sudah punya suami yang akan menjagaku dengan baik. Jadi tolong, jangan ganggu kebahagiaanku. Aku sangat sibuk. Sibuk berbahagia dengan keluargaku. Ku tutup ya!"

Tanpa basa-basi, ku akhiri pembicaraanku. Dia masih belum menyerah juga. BRAGI.

***

"Sayang, aku pulang...!!! Kamu dimana Sayangku?" suara Nathan membangunkanku.

Aku mengerjapkan mataku. Sepertinya aku tertidur di sofa saat menunggu Nathan pulang. Tubuhku masih lemas. Entah sudah berapa lama aku tertidur. Kevin juga masih pulas tidur di box bayinya.

"Kamu sudah pulang?" tanyaku.

"Iya. Kamu tertidur di sini? Ayo bangun dan pindahlah ke kamar kita. Aku juga yang akan pindahkan Kevin. Istirahatlah. Kamu pasti lelah bermain-main dengan putraku." bisik Nathan.

Suara seksi itu. Kenapa membuat emosi cintaku menggebu? Sejak kapan dia memiliki suara seseksi itu? Pasti sudah sejak lama.

"Ayo bangunlah, aku nggak mau kamu tidur di sini? Ayo pindah ke kamar!" ajak Nathan.

"Pindahkan Kevin dulu. Setelah itu, gendong aku ke kamar. Tubuhku rasanya lemas. Aku tak berdaya. Tak berdaya atas kesusahanku menahan rinduku padamu. Tak berdaya menepis cintamu yang datang untukku. Aku sungguh tak berdaya atas itu. Aku harus bagaimana?"

Nathan mencium keningku. Samar-samar aku melihat seulas senyum manisnya.

"Baiklah, aku akan menggendongmu setelah ku pindahkan Kevin ke kamar. Tak perlu meracau ketidakberdayaanmu yang kangen aku. Aku sudah tau tanpa perlu kau katakan itu. Tunggu ya!" bisik Nathan.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang