65

10.1K 256 3
                                    

Seharian ini, aku hanya berkutat dengan kesibukanku yang cukup menghibur. Bukan berarti melalaikan kewajibanku untuk rumah tanggaku. Tetapi semua itu sudah selesai ku lakukan. Cukup bagiku untuk menghibur diriku sendiri yang sepertinya membutuhkan hiburan. Bukan berarti kehidupan rumah tanggaku bersama Nathan kurang bahagia.

Kehadiran Kevin Arnavy di tengah-tengah kami, menambah warna kehidupan kami. Suara tangis dan tawanya seakan melengkapi kehidupan kami yang tadinya hanya tau cinta milik berdua. Sekarang cinta kami terbagi untuknya. Kesayanganku, Kevin Arnavy.

"Sayang, kamu lagi apa?"

Suara serak-serak basah yang familiar di telingaku, membuyarkan konsentrasiku, sebenarnya lamunanku.

"Lagi baca-baca aja. Kevin gimana?" tanyaku balik.

"Dia sudah tidur. Aku menidurkannya di kamarnya. Aku sudah memasang pelindung samping agar dia aman saat terbangun nanti. Dia takkan jatuh dari ranjangnya. Itu kamu baca apa?"

"Cuma baca Webtoon aja, Sayang. Aku bosen kalo nggak ada kegiatan. Kerja enggak, jadi inilah yang ku lakukan untuk mengisi waktu. Kan kamu nggak ngizinin aku kerja kan? Dengan dalih fokus ngurusin Kevin kita. Padahal kerja nggak harus kerja kantoran kayak orang-orang yang full time demi karir. Setidaknya bisa jadi asisten kamu kan gapapa. Itu cukup jadi hiburan menarik buatku."

"Nav, kerja itu bukan hanya demi hiburan. Loyalitas, komitmen, pengabdian, perjuangan, dan hal lain juga dominan dalam bekerja. Menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan rendahan. Itu pekerjaan yang sangat mulia jika kamu melakukannya dengan benar. Dengan demikian, putra kesayangan kita akan cukup mendapat kasih sayang. Aku nggak mau dia kekurangan kasih sayang. Terlebih kasih sayang seorang ibu. Kasih sayang dari wanita yang sangat ku cintai."

Ku dengarkan penjelasan Nathan yang menggelitik pemikiranku. Yah, dia mengatakan hal yang benar. Aku harus menerima takdirku sebagai ibu rumah tangga, intinya begitu.

"Kau tau, ada banyak jutaan wanita di luar sana. Kenapa aku memilihmu? Kau tau apa alasan terbesarku?" tanya Nathan.

Aku menggeleng perlahan. Dalam hati aku hanya berpikir bahwa dia mencintaiku. Hanya alasan singkat itu.

"Aku memilihmu karena aku ingin anak-anakku lahir dan dibesarkan oleh wanita yang ku cintai dan mencintaiku."

"Dan itu harus aku ya?" tanyaku tanpa berpikir ulang.

Nathan melirikku tajam. Entah kenapa aku takut dengan tatapan itu. Tatapan yang ku dapatkan saat pertama kali melihatnya.

"Maksudmu kau mau aku menikahi wanita lain selain dirimu?" tanyanya.

"Oh tidak! Aku tak serius menanyakannya. Tolong jangan tanyakan hal bodoh itu sampai kapanpun. Jelas aku tak menginginkannya. Aku nggak mau dimadu. Tapi aku juga nggak mau diracun." rengekku.

Nathan pun tertawa dengan ketakutanku. Ada rasa kesal di hatiku. Tapi ya, mau bagaimana lagi. Dia terlihat bahagia sekali atas kekonyolanku tadi.

"Nav, serius ini lucu. Kamu polos banget! Akan aku pertimbangkan kata-katamu tadi. Akan ku siapkan madu untukmu. Tunggulah dengan sabar." ucap Nathan.

"APA????" teriakku.

Nathan menahan tawa. Disembunyikannya wajah tampannya di balik bantal sofa. Jelas tak terlihat lagi ekspresinya yang super nyebelin. Aku pun mencoba menyingkirkan bantal itu dengan paksa. Sampai-sampai ku gelitikin perut dan pinggangnya yang emang gampang geli.

"Kamu bilang apa? Serius nih mau cari madu buat aku? Udah bosen yah sama aku? Iya???"

"Ampun Nav, ampun...!! Aku ngaku kalah deh. Enggak berani deh cari madu. Ampun...."

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang