21

31.2K 869 8
                                    

Seminggu telah berlalu, Navia uring-uringan mencemaskan Nathan yang tanpa kabar. Hilang bagaikan ditelan bumi. Tak jarang, kemarahan dan kekesalan Navia dilampiaskan pada Karin.

"Gue bete nih! Nathan tak kunjung kembali! Apa dia baik-baik saja! Gimana kalo sesuatu terjadi padanya?" keluh Navia.

"Dia pasti baik-baik saja!" kata Karin berusaha menenangkan Navia.

"Hah, jadi lo seneng kalo dia nggak ada di sini? Lo nggak ikutan panik kayak gue? Lo ini sahabat macam apa? Ish, lo tuh nggak punya empati dan simpati sama temen. Nathan itu orang yang gue cintai, tapi lo nggak punya perasaan!" kata Navia ketus.

Karin menepuk jidatnya berkali-kali. Pikirannya kacau mendengar ocehan dan omelan Navia yang menurutnya tak beralasan.

"Tapi bagaimana kalo sesuatu terjadi padanya?" gumam Karin.

"APA? Maksud lo apa? Lo pikir Nathan mengalami sesuatu yang berbahaya. Kecelakaan, patah tulang, pendarahan, atau tragisnya dia meninggal?" seru Navia.

Karin membaringkan tubuhnya di sofa. Menutupi wajahnya dengan sebuah majalah yang diambilnya dari tumpukan majalah di bawah meja.

"KARIN!!!!!" pekik Navia mendengus kesal.

Navia mengambil majalah yang digunakan untuk menutupi wajah Karin. Selanjutnya Navia membuang majalah tersebut tak tentu arah. Karin hanya mengernyitkan dahinya. Bingung mau berbuat apa untuk menenangkan hati sahabatnya.

"LO DENGERIN GUE NGGAK SIH???" teriak Navia yang membuat gendang telinga Karin hampir pecah.

"Astaga, kenapa lo teriak-teriak begitu, Navia?" tanya Nathan yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Navia.

"Sudahlah! Lo diem aja! Gue nggak mau ada yang belain Karin. Terlebih ini menyangkut masalah Nathan!" seru Navia.

"AKU??" tanya Nathan.

Karin mendonggakkan kepalanya, memastikan seseorang yang ada di belakang Navia.

'Itu seperti suara Nathan? Tapi tidak! Aku hanya mengigau membayangkan dirinya. Dia sudah pergi entah kemana. Pasti sudah melupakanku. Apalah arti diriku ini?' batin Navia.

"Lo liat tuh, siapa yang datang?" tanya Karin sambil menunjuk seseorang di belakang Navia.

Navia menoleh perlahan. Didapatinya seseorang yang selalu dirindukan siang dan malam. Lebay!

"NATHAAANNNN....!!!!" teriak Navia yang langsung berhambur ke pelukan Nathan.

Tentu saja Nathan menerima reaksi spontan Navia yang memang dirindukan selama beberapa hari ini.

"Gue kangen sama lo, Nav!" bisik Nathan.

"Gue juga. Setiap saat kangen sama lo. Kayaknya ada yang kurang jika lo nggak ada di sini! Gue uring-uringan kalo lagi kangen banget sama lo. Si Karin sering jadi korban gue!" kata Navia pelan.

Nathan mencium lembut pipi Navia yang sudah basah oleh air mata.

"Lo nangis?" tanya Nathan sembari menatap tajam Navia yang berada dalam pelukannya.

"Nggak. Gue bahagia banget kalo lo kembali ke pelukan gue." kata Navia.

"Iya, gue tau." kata Nathan yang kembali mengeratkan pelukannya.

Sesaat hanya terdengar bunyi jam dinding raksasa di pojok ruangan. Nathan meraih dagu Navia agar lebih dekat dengan wajahnya. Lalu mengecup lembut bibir sexy Navia. Navia menerima ciuman Nathan, itu yang menjadi alasan datangnya rindu selama berhari-hari. Mereka berciuman dengan penuh energi, hasrat, dan nafsu yang tinggi.

SEXY MAID & SEXY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang